Tuntutan Tinggi Kasih Rendah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T240A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dewasa ini banyak orang tua yang memberi perhatian besar kepada anak. Sebagai contoh banyak orang tua yang memikirkan pendidikan dan masa depan anak.. Sayangnya sebagian besar perhatian orang tua pada anak sesungguhnya lebih berbentuk tuntutan. Tanpa disadari, pola asuh seperti ini pada akhirnya berpotensi menjerumuskan anak ke dalam masalah kepribadian yakni borderline.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dewasa ini banyak orang tua yang memberi perhatian besar kepada anak. Sebagai contoh banyak orang tua yang memikirkan pendidikan dan masa depan anak, termasuk perilaku dan masalahnya. Sayangnya sebagian besar perhatian orang tua pada anak sesungguhnya lebih berbentuk tuntutan. Sebaliknya apa yang sesungguhnya dibutuhkan anak - kasih sayang - tidak banyak dilimpahkan. Tanpa disadari, pola asuh seperti ini pada akhirnya berpotensi menjerumuskan anak ke dalam masalah kepribadian yakni borderline. Berikut akan dipaparkan kemungkinan buruk dari pola asuh seperti ini.

§Tuntutan tinggi membuat anak fokus hanya pada aspek di luar dirinya, yaitu performa dan tugas. Alhasil, apa saja yang ada di dalam dirinya luput dari perhatian orang tua dan juga dirinya.

§Tuntutan tinggi membuat anak melihat apa yang masih kurang pada dirinya, bukan pada apa yang telah cukup. Akhirnya anak cenderung sukar menerima diri dan orang lain pula. Pandangan menjadi kritis baik terhadap dirinya maupun orang lain.

§Tuntutan tinggi juga membuat anak susah merasa puas dengan dirinya atau apa yang telah dihasilkannya. Untuk memuaskan dirinya, ia cenderung menuntut diri dan orang lain untuk makin menghasilkan sesuatu - ibarat orang yang tangah mengejar angin.

§Minimnya kasih membuat anak tidak tahu bagaimana mengasihi. Kita hanya dapat mengasihi bila kita pernah menerima kasih. Setalah besar anak-anak ini tidak terbiasa mengasihi, namun akan menuntut orang atau pasangan untuk mengasihi sebab inilah kebutuhan yang tidak terpenuhi.

§Minimnya kasih membuat anak sukar berempati pada orang. Ia cenderung menuntut tanpa belas kasihan karena susah memahami kondisi orang.

§Minimnya kasih dan tingginya tuntutan membuatnya menjadi orang yang tidak sabar dan menuntut dengan seketika. Akhirnya ia tidak bisa berkompromi atau bernegosiasi - keterampilan yang dibutuhkan dalam pernikahan.

§Pada akhirnya pola asuh ini berpotensi menciptakan generasi anak yang borderline di mana keinginannya harus dituruti sebab jika ditolak, ia menganggap kita musuhnya. Ia pun sukar memecahkan konflik sebab untuk itu diperlukan kesabaran yang panjang dan kerelaan untuk mengalah.

§Singkat kata anak ini cenderung produktif karena tingginya tuntutan, namun tidak sehat. Pernikahan mudah putus akibat rendahnya daya tahan terhadap stres.

Firman Tuhan :

"Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya." (Amsal 27:18)