Tepat Sasaran Dalam Pelayanan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T444A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu perbedaan mencolok antara kita dan Tuhan berkaitan dengan hal nilai.Apa yang kita nilai penting belum tentu penting di mata Tuhan, begitu pula sebaliknya. Itu sebabnya di dalam pelayanan kadang kita salah sasaran karena apa yang kita nilai penting ternyata tidak penting dan sebaliknya, apa yang kita nilai tidak penting ternyata penting di hadapan Tuhan. Kita mesti menyelaraskan persepsi tentang apa yang penting supaya kita dapat melayani Tuhan tepat sasaran.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Salah satu perbedaan mencolok antara kita dan Tuhan berkaitan dengan hal nilai. Apa yang kita nilai penting belum tentu penting di mata Tuhan, begitu pula sebaliknya. Itu sebabnya di dalam pelayanan kadang kita salah sasaran karena apa yang kita nilai penting ternyata tidak penting dan sebaliknya, apa yang kita nilai tidak penting ternyata penting di hadapan Tuhan. Kita mesti menyelaraskan persepsi akan apa yang penting supaya kita dapat melayani Tuhan tepat sasaran. Berikut akan dipaparkan beberapa panduan.

(1) MELAYANI TUHAN DAPAT MENGAMBIL PELBAGAI BENTUK DAN RUPA. Karena kita terbiasa dengan beberapa bentuk pelayanan maka sering kali kita berkesimpulan bahwa pelayanan hanya mencakup aktivitas itu-itu saja. Sudah tentu pelayanan ke penjara, memberi bantuan kepada orang miskin dan melayani di Komisi Anak adalah pelayanan kepada Tuhan. Namun sesungguhnya pelayanan lebih luas dari semua itu.

Kolose 3:17 memberikan kepada kita definisi melayani Tuhan, Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Sebagaimana dapat kita lihat, Paulus membuka lebar tirai pelayanan seluas-luasnya--segala sesuatu yang kita lakukan dalam nama Tuhan Yesus.

(2) ACAPKALI HAL-HAL YANG KITA ANGGAP SEBAGAI INTERUPSI ATAU GANGGUAN JUSTRU ADALAH PELAYANAN YANG DIKEHENDAKI OLEH TUHAN. Sebagai contoh pada waktu kita sedang mempersiapkan pujian untuk ibadah, tiba-tiba seseorang datang untuk mengobrol. Reaksi pertama kita adalah kita tengah melayani dan tidak ingin diganggu. Singkat kata, bagi kita kedatangan orang tersebut merupakan sebuah interupsi dan gangguan. Sesungguhnya belum tentu demikian. Tidak jarang itulah orang yang dikirim Tuhan kepada kita untuk tujuan tertentu. Misalkan ia sedang membutuhkan penghiburan dan Tuhan menghendaki agar kita melayaninya. Itu sebabnya kita mesti membuka diri terhadap kemungkinan lain sebab jika tidak, kita justru kehilangan kesempatan melayani Tuhan dengan tepat.

(3) VOLUME ATAU KUANTITAS KEBUTUHAN TIDAK DAPAT SELALU DIJADIKAN SEBAGAI TOLOK UKUR YANG TEPAT. Pada kenyataannya selain volume atau kuantitas Tuhan pun melihat strategi. Memang kita harus memberi perhatian kepada volume atau kuatitas kebutuhan namun kita mesti terbuka terhadap kemungkinan bahwa Tuhan menghendaki kita melakukan sesuatu yang tampaknya tidak berguna. Adakalanya Tuhan menempatkan kita di dalam situasi yang tampaknya tidak penting untuk mengerjakan suatu tugas yang juga tidak penting. Misalkan oleh karena masalah kesehatan maka pasangan kita tidak lagi dapat bekerja dan membutuhkan perawatan. Sebagai akibatnya kita pun tidak lagi terlibat dalam pelayanan gerejawi yang selama ini kita lakukan. Mungkin kita mengeluh dan beranggapan bahwa apa yang sekarang kita lakukan tidaklah sepenting melayani Tuhan di gereja. Tetapi, kita tidak tahu bahwa memang Tuhan menempatkan kita di rumah--bukan di gereja--supaya anak-anak melihat pengorbanan dan kesetiaan kita melayani pasangan. Sebab, di kemudian hari Tuhan mau memakai anak-anak kita untuk terjun ke dalam pelayanan orang sakit. Singkat kata, penempatan Tuhan didasarkan atas unsur STRATEGI, bukan saja kebutuhan.

(4) RESPONS ORANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN UKURAN KETEPATAN PELAYANAN. Di dalam 1 Korintus 16:8 Paulus berkata, Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang. Mohon diperhatikan Paulus tidak berkata bahwa karena banyak orang yang menentangnya maka ia akan pergi meninggalkan Efesus. Ia justru melihat bahwa pintu pelayanan makin terbuka. Jadi, kenyataan orang tidak menanggapi atau menghargai apa yang kita perbuat belum tentu merupakan pertanda bahwa pelayanan yang kita lakukan keliru sasaran. Kita tidak boleh cepat menarik kesimpulan sebab kita tidak mengetahui keseluruhan rencana Tuhan. Sebaliknya, respons orang yang berapi-api belum tentu pertanda itulah pelayanan yang tepat sasaran. Di tengah kebangunan rohani yang tengah melanda Samaria, Tuhan memindahkan Filipus ke sebuah jalan yang sunyi untuk menjumpai seorang sida-sida dari Etiopia (Kisah Para Rasul 8:26). Ya, kadang Tuhan memindahkan kita dari pelayanan yang ramai ke pelayanan yang sunyi sebab justru di situlah terletak sasaran yang dikehendaki-Nya.

Pada akhirnya satu hal yang mesti selalu kita camkan adalah HASIL pelayanan tidak pernah lebih penting daripada HATI yang melayani. Kolose 3:23 mengingatkan, Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kita tidak boleh memilah-milah pelayanan berdasarkan ukuran manusia seperti pujian yang diterima, imbalan materi yang diberikan, serta pengaruh yang diperoleh. Kita harus menerima tugas yang disajikan Tuhan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sebab, nilai pelayanan bukan terletak pada HASIL melainkan HATI.

Belum lama ini saya berjumpa dengan seseorang yang telah dipakai Tuhan untuk memulai dan mengembangkan sebuah pelayanan yang sekarang berskala nasional. Ia seorang wanita bersahaja, bersuara lembut, dan tidak berkharisma sewaktu berbicara. Singkat kata dari segi penampilan ia tidak memperlihatkan wibawa kepemimpinan. Namun Tuhan memakai hamba-Nya ini menjadi perintis dan pemimpin sebuah pelayanan karena ia mengerjakan semua yang Tuhan percayakan kepadanya dengan sepenuh hati.