Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Tatkala Badai Menerpa", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, ada banyak orang yang mengumpamakan kehidupan ini seperti naik perahu atau kapal, dan kita semua tahu di dalam perjalanan itu ada suatu resiko yaitu badai atau gelombang yang tinggi, itu bagaimana menurut pendapat Pak Paul sendiri?
PG : Saya kira perumpamaan itu perumpamaan yang baik ya Pak Gunawan, sebab memang seperti itulah kehidupan kita. Kita akan naik ke perahu, kita akan berlayar dan benar-benar dalam pelayaran itukita harus siap untuk menghadapi segala macam kemungkinan.
Kita mungkin melihat dan bisa mendarat di daratan yang tenang, tapi adakalanya kita harus melewati badai. Nah saya kira kita mesti memikirkan hal-hal apa yang mesti kita persiapkan agar tatkala badai menerpa kehidupan kita, kita bisa menghadapinya.
GS : Hal ini mengingatkan kita akan suatu kisah yang dicatat dalam Injil Pak Paul, tentang Tuhan Yesus bersama dengan para murid yang naik perahu tiba-tiba ada badai, Pak Paul bisa uraikan itu?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, itu diambil dari Matius 8:23-27, saya akan mencoba menguraikannya dan nanti dari semua firman Tuhan ini kita akan menimba beberapa pelajaran yang sanat bermanfaat.
Ayat yang pertama berkata: "Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-muridNyapun mengikutiNya." Nah yang ingin saya angkat adalah kadang kala kita bertanya-tanya kepada Tuhan sewaktu musibah menimpa kita. Kenapa Tuhan yang sudah tahu ini akan terjadi membiarkan ini terjadi. Misalkan ada sekelompok anak-anak Tuhan yang ingin pergi ke suatu tempat, sebelum pergi mereka berdoa terlebih dahulu meminta perlindungan Tuhan. Namun di tengah jalan terjadilah kecelakaan, dan dalam kecelakaan itu misalkan ada yang meninggal dunia. Saya kira pertanyaan yang muncul secara alamiah adalah mengapakah Tuhan tetap mengizinkan kami pergi, meski Tuhan sudah tahu bahwa di perjalanan akan ada kecelakaan. Nah, saya kira ini juga yang terjadi pada kisah Tuhan bersama dengan para murid diterpa badai di danau. Tuhan sudah tahu akan ada badai, Dia adalah Tuhan, tidak ada yang tidak diketahuiNya, tapi Dia tetap bersama murid-muridNya pergi berlayar. Nah dari sini kita bisa simpulkan satu hal, bahwa persetujuan Tuhan tidak berarti pelayaran tanpa badai. Kita harus selalu mengingat itu, Tuhan menyetujui kita untuk melakukan sesuatu tapi itu tidak merupakan jaminan bahwa tidak akan ada halangan, tidak akan ada masalah yang nantinya harus kita hadapi. Dengan kata lain, kita jangan sampai selalu kilas balik dan menyesali kenapa saya ajak anak saya, kenapa saya membiarkan dia pergi, dan sejumlah kenapa dan kenapa yang lain. Sebab yang Tuhan sudah rencanakan akan terjadi dan meskipun Tuhan tahu, Tuhan tetap izinkan. Sebab kenapa? Sebab itu memang dalam rencanaNya.
GS : Tapi apakah itu berarti kita harus selalu was-was atau waspada terhadap segala kemungkinan yang bakal terjadi itu, Pak Paul?
PG : Saya kira kita sebaiknya tidak selalu hidup dihantui oleh kemungkinan buruk, jangan sampai kita akhirnya berjalan dalam hidup ini terlalu berhati-hati. Seakan-akan siap sedialah kalau nant ada bahaya yang akan mengancam kehidupan kita.
Saya kira yang penting adalah kita menjalaninya dan kita tahu kita berjalan dengan Tuhan dan di dalam Tuhan. Nah, apapun yang terjadi kita sadari bahwa Tuhan akan bersama kita, dan (ini yang penting) kita tetap berada dalam rencanaNya. Kadang-kadang karena adanya masalah kemudian kita menyesali dan berkata pasti ini bukan kehendak Tuhan. O......tidak, belum tentu ini bukan kehendak Tuhan, sebab sekali lagi kita terlalu sering mengidentikkan berkat Tuhan dengan kelancaran, belum tentu. Waktu Tuhan berkenan itu tidak selalu berarti tidak akan ada hambatan, jadi waktu kita misalkan ingin memulai sebuah usaha, kita berdoa meminta Tuhan menuntun dan akhirnya kita melihat Tuhan menuntun, kita jalankan usaha kita. Di tengah jalan, kita mungkin mengalami kerugian, nah jangan buru-buru berkata wah.....pasti ini saya keliru. Kalau kita dengan tulus memikirkan tentang usaha ini, meminta masukan-masukan dan berdoa terus, benar-benar memohon tuntunan Tuhan. Dan apa yang telah kita simpulkan menunjukkan memang OK Tuhan sudah menyetujui, jalani. Dan waktu ada masalah, jangan tergesa-gesa berkata pasti saya salah menafsir kehendak Tuhan, nah hati-hati. Sebab saya kira kita sebagai orang Kristen terlalu cepat menyalahkan diri kita.
GS : Yang sering kali membuat kita panik, badai itu atau masalah yang timbul itu datangnya secara tiba-tiba Pak Paul?
PG : Dan itu memang yang dikatakan di firman Tuhan: "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur." Nah memang seonyong-konyong itu sesuatu yang terjadi tidak diduga, para murid adalah nelayan jadi seharusnya mereka bisa merêka, menebak apakah akan ada badai atau tidak.
Nah, kenapa mereka sampai tidak bisa menebak akan ada badai, sebab mereka memang tidak melihat tanda-tanda akan adanya badai. Dengan kata lain mereka telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, namun di tengah jalan sekonyong-konyong badai datang. Jadi dalam hidup kita pun perlu seperti itu Pak Gunawan, kita persiapkan hidup kita, langkah kita kita rencanakan sebaik-baiknya. Jangan sembarangan, jangan membuat rencana-rencana yang tanpa ada persiapan, jangan, siapkan sebaik-baiknya. Tapi juga mesti siap-siap kalau sekonyong-konyong ada badai yang menerpa. Point lain yang ingin saya angkat di sini adalah badai ini menerpa para murid Tuhan, badai tidak hanya menerpa orang yang bukan murid Tuhan, badai bisa menerpa pengikut-pengikut Tuhan yang setia. Artinya apa, pengikut Tuhan tidak terkecualikan daripada kehidupan. Kadang-kadang kita ini beranggapan kalau kita sudah setia mengikut Tuhan maka Tuhan akan selalu meluruskan jalan kita dan menghalau segala bencana, tidak selalu. Adakalanya Tuhan membiarkan bencana datang menghampiri kita.
GS : Dan sering kali musibah yang datang ini luar biasa besarnya Pak Paul, sehingga kita sendiri merasa kalau begini caranya kita bisa tenggelam, bisa tidak tahan Pak Paul?
PG : Betul sekali, di Alkitab dikatakan bahwa perahu itu ditimbus gelombang, artinya air masuk ke perahu. Diombang-ambingkan oleh gelombang berbeda dengan perahu dimasuki air. Diombang-ambingka gelombang mungkin saja memusingkan kepala tapi kita masih bisa bertahan, namun kalau air sudah masuk ke dalam perahu itu berarti dalam hitungan waktu perahu kita akan tenggelam.
Jadi itulah yang dialami oleh para murid, jadi ini benar-benar bencana yang serius bukan sembarang bencana. Kadang-kadang inilah yang kita alami sebagai anak Tuhan, kita menghadapi masalah yang sangat berat. Begitu beratnya sehingga kita rasanya tidak sanggup lagi, kita benar-benar merasa kita akan tenggelam dalam masalah itu, dan seperti itulah kadang-kadang masalah yang datang. Saya teringat akan seorang penulis lagu yang bernama H. G. Spafford, dia seorang pengusaha mempunyai tiga putri dan suatu kali sekeluarga ingin pergi berjalan-jalan ke Eropa, jadi dari Amerika menyeberang lautan Atlantik ke Eropa. Pada hari mau berangkat dia membatalkan, karena dia ada urusan bisnis jadi dia meminta istri dan ketiga putrinya untuk berlayar terlebih dahulu. Apa daya di tengah jalan, di lautan Atlantik kapal itu karam. Tiga putrinya meninggal dunia dan hanya istrinya yang tetap hidup, istrinya mengirim kabar kepadanya dan berkata hanya saya yang hidup. Nah dalam perjalanan menjemput istrinya di tengah lautan Atlantik H. G. Spafford menulis lagu "Nyamanlah Jiwaku" It Is Well With My Soul. Nah dengan kata lain, dia kuat sekali Pak Gunawan, dalam keadaan seperti itu dia masih kuat. Dia berkata dalam lirik lagunya meskipun badai dan gelombang menerpa dia masih tetap kuat dan berkata tidak apa-apa, nyamanlah jiwaku, kuatlah jiwaku, tenanglah jiwaku. Tapi Pak Gunawan, cerita ini tidak berakhir di sini, apa yang terjadi kemudian adalah belakangan anaknya yang laki meninggal dunia, tidak dijelaskan kenapa mungkin karena sakit. Nah akibat kematian anaknya itu, gereja (kita membicarakan di abad 18 atau 19) gereja beranggapan bahwa Spafford itu pasti bergaul dengan kuasa gelap, dengan iblis, maka dia dikutuk oleh Tuhan dan anak-anaknya itu dibuat tumbal dan sebagainya, akibatnya dia dikucilkan oleh gereja. Dan pada saat itu kalau dikucilkan oleh gereja berarti dikucilkan dari komunitas tempat dia hidup, itulah yang membuat dia tidak tahan. Dia terpukul sekali dan akibatnya sakit jiwa, dalam keadaan sakit jiwa itulah dia meminta istrinya untuk pulang ke Israel, dia orang Amerika tapi dalam sakit jiwa dia beranggapan bahwa dia Mesias, dialah yang dijanjikan oleh Tuhan untuk datang nanti. Karena Alkitab mencatat bahwa Mesias akan turun di bukit Zaitun, dia berkata dia harus ada di Israel dan turun dari bukit Zaitun dan akhirnya meninggal dunia di Israel dalam keadaan sakit jiwa. Dengan kata lain, yang terjadi pada Spafford bukan saja gelombang masuk ke dalam perahunya Pak Gunawan, perahunya pecah. Kadang kala goncangan dalam hidup datang terlalu berat dan akhirnya sanggup memecahkan perahu kehidupan kita, nah ini bisa terjadi juga pada orang-orang beriman.
GS : Tadi di bagian ayat yang Pak Paul bacakan, ada bagian kalimat yang mengatakan: "Tapi Tuhan Yesus tidur."
PG : Betul sekali, nah kata tetapi Pak Gunawan, menandakan kondisi yang berlawanan dengan kondisi yang sebelumnya. Kondisi sebelumnya apa? Panik, para murid sedang sibuk-sibuknya menguras air, ungkin menegakkan layar karena badai yang begitu besar.
Tetapi Yesus tidur, artinya kontras sekali para murid panik, Tuhan sangat tenang. Nah artinya apa? Artinya adalah Tuhan ingin menyatakan kepada para murid bahwa Dia adalah Tuhan, sehingga meskipun mataNya terpejam Dia tetap memegang kendali atas apa yang terjadi. Murid-murid mengenal Dia hanyalah sebagai seorang guru, seorang rabi, mereka tidak menyadari bahwa yang bersama mereka adalah Anak Allah sendiri, adalah Allah yang menjadi manusia. Nah, Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada para murid; bukan, Aku bukan hanya manusia, Aku memang manusia tapi Aku adalah Allah yang menjelma menjadi manusia maka mesti mataku terpejam, Aku tidak kehilangan kendali atas apa yang terjadi. Jadi inilah pelajaran yang bisa kita petik juga Pak Gunawan, kadang kala kita melihat Tuhan itu tidak berbuat apa-apa, seolah-olah Tuhan tertidur. Tapi jangan sampai kita beranggapan Tuhan tertidur, Tuhan tidak akan tertidur. Meskipun seolah-olah Tuhan tidak berbuat apa-apa, Dia tetap memegang kendali atas apa yang terjadi dalam hidup kita.
GS : Pak Paul, ada bagian lain di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Tuhan itu tidak akan mencobai anak-anakNya itu melampaui kekuatannya. Tadi contoh yang Pak Paul sebutkan mengenai seorang pengarang lagu "Nyamanlah Jiwaku" kok bisa sampai seperti itu Pak Paul?
PG : Karena ini Pak Gunawan, pelajaran yang bisa kita petik adalah Tuhan tidak akan mencobai kita melampaui kekuatan kita. Bahkan pada saat itu pun Tuhan akan memberikan jalan keluar kepada kita. Dengan kata lain, ada andil manusia juga kalau sampai manusianya tidak sanggup lagi menahan beban yang Tuhan embankan kepadanya. Sebab Tuhan pernah berkata juga bahwa: "Belajarlah dariKu, bahwa Aku ini rendah hati dan lembut dan bahwa bebanKu itu ringan." Nah itulah yang Tuhan katakan, jadi kalau sampai kita tidak sanggup berarti apa, ada bagian-bagian kita, tanggung jawab kita yang kita juga harus pikul. Saya tidak bisa menghakimi pengarang lagu ini tapi saya hanya bisa berkesimpulan bahwa sebetulnya ada hal-hal yang kemungkinan besar bisa dia lakukan dalam masa-masa sulit itu, namun mungkin dia tidak lakukan sehingga akhirnya dia harus memikul beban itu sendirian dan menanggung derita seperti itu. Jadi setiap kali kita mengalami kesusahan sebesar apapun, Tuhan akan menyediakan bantuanNya, jalan keluarnya. Nah bagian kita adalah untuk dengan rendah hati melihat apa yang perlu kita koreksi pada diri kita, bantuan seperti apakah yang harus kita gunakan. Saya akan memberikan satu contoh yang lain Pak Gunawan, beberapa tahun yang lalu ada seorang istri rektor Perguruan Tinggi Kristen di Amerika namanya Vivian Felix. Dia didiagnosis kena kanker, waktu dia menerima diagnosis tersebut dia sangat kaget. Dalam masa-masa sakitnya dia dikunjungi oleh Pdt. Jack Hayford, Pdt. Jack Hayford itu pengarang lagu Majesty atau Mulia. Nah dia memberikan nasihat yang sangat indah pada ibu Vivian Felix, dia berkata nomor satu bahwa: "Ibu Vivian Felix, janganlah engkau takut merasa takut." Nah, itu nasihat yang indah, kadang kala kita itu mengharamkan takut, maka Pdt. Hayford berkata janganlah takut untuk merasa takut, tidak apa-apa merasa takut itu manusiawi. Kedua, nasihatnya kepada ibu Vivian Felix adalah "inilah saatnya bagi kamu, mengizinkan orang lain mengulurkan tangan dan menolongmu." Kadang-kadang di dalam penderitaan kita menutup pintu Pak Gunawan, kita tidak mengizinkan orang datang menolong kita. Kadang-kadang karena kekerasan hati kita dalam menghadapi problem, kita akhirnya makin menjerumuskan diri kita ke dalam masalah yang lebih berat lagi. Nah, saya kira itulah andil kita yang membuat masalah makin parah. Tuhan menyediakan jalan keluarnya tapi kita tidak menggunakannya.
GS : Ada yang menarik dari apa yang dicatat dalam Injil Matius tadi, di mana para murid itu masih sadar bahwa Tuhan Yesus itu masih ada di situ, sehingga dia membangunkan Tuhan Yesus itu.
PG : Betul, nah ini suatu tindakan yang memang sangat baik, sangat indah. Sebab begini Pak Gunawan, pertama-tama adalah waktu kita melihat Tuhan tertidur meskipun kita bisa berkata Tuhan itu teap memegang kendali, namun Dia diam-diam saja.
Nah, waktu kita melihat Dia diam-diam saja, itu mudah sekali membuat kita merasa bahwa Tuhan tidak peduli. Tuhan kok tidak peduli, kita begini susah, kita begini menderita, Tuhan kok tidak berbuat apa-apa. Tampaknya inilah yang juga dirasakan oleh para murid, maka waktu mereka datang membangunkan Tuhan, yang mereka katakan adalah tolonglah, Tuhan tolonglah kita binasa. Tersirat dalam perkataan itu seolah-olah kok Engkau diam saja, kok Engkau tidak berbuat sesuatu untuk menolong, kita 'kan hampir mati. Nah, sekali lagi saya kira ini adalah ungkapan manusiawi Pak Gunawan, dalam penderitaan kita berharap Tuhan berbuat sesuatu. Dan tatkala Tuhan sepertinya tidak berbuat sesuatu, kita akan kecewa dan kita berkata kok Engkau tidak berbuat apa-apa sedangkan kami ini hampir binasa. Namun pelajaran yang bisa kita petik adalah tetap datanglah kepada Tuhan, meskipun kecewa, meskipun bertanya-tanya kok Tuhan tidak berbuat apa-apa, tetap datang kepada Tuhan. Artinya apa, tetap berdoa, jangan berhenti berharap. Saya kira ini pegangan kita sebagai seorang Kristen. Kita bisa kehilangan keluarga kita, bisa kehilangan orang yang kita kasihi, bisa kehilangan pekerjaan kita, kita bisa kehilangan anak kita tapi jangan sampai kita kehilangan pengharapan, sebagai orang beriman jangan sampai kita kehilangan pengharapan. Pengharapan apa? Bahwa Tuhan mempedulikan kita dan Dia sedang berbuat sesuatu, ada rencanaNya yang sedang berjalan yang mungkin tidak kita pahami.
GS : Ya, itu di saat-saat yang tenang, yang lancar, kadang-kadang kita bisa menghayati itu Pak Paul. Tetapi pada saat-saat panik seperti tadi yang dialami oleh para murid, sering kali orang justru dalam kepanikannya itu menjebur ke dalam danau atau meninggalkan kapal dan sebagainya.
PG : Betul sekali, dalam kepanikan memang cenderung kita mengambil langkah-langkah yang tidak kita pikir panjang. Saya kira sampai batas tertentu Tuhan memaklumi kemanusiawian kita itu, namun Da tetap mengingatkan mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya.
Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh kembali. Dengan kata lain, Tuhan menenangkan badai dengan sekejap, Tuhan menunjukkan bahwa masalah sebesar ini sebetulnya sangat kecil bagi Dia. Tapi ada sesuatu hal yang lebih penting daripada sekadar meneduhkan badai yang ingin Dia ajarkan kepada para murid, yaitu apa, Dia ingin mengajarkan kepada para murid bahwa Dialah Tuhan. Dan untuk dapat mengajarkan pelajaran itu dengan jelas, Dia harus mengizinkan badai itu datang. Jadi kadang-kadang kita akan diizinkan Tuhan menerima badai dalam hidup ini agar kita melihat kuasa Tuhan yang lebih besar lagi, agar kita melihat rencana Tuhan yang lebih indah lagi. Kadang-kadang kalau kita hanya mengangkat beban misalnya barbel satu kilo, kita berpikir kekuatan kita hanyalah satu kilo, waktu kita bisa mengangkat 5 kilo baru kita sadar bahwa otot kita itu cukup kuat bisa mengangkat 5 kilo. Maka kadang Tuhan menghadirkan masalah yang besar agar kita menyadari betapa kuatnya, berkuasanya Tuhan kita. Sebesar apapun masalah itu, Dia bisa menghardiknya dan meneduhkannya.
GS : Kadang-kadang kita tidak sabar menantikan Tuhan yang menghardik, kita sendiri yang menghardik. Dan menghardiknya itu kadang-kadang juga memakai nama Tuhan, itu bagaimana Pak, misalnya saja anak sedang sakit dan sebagainya, sering kali orang mempraktekkan hal seperti itu.
PG : Saya kira kalau kita berdoa dan meminta Tuhan menyembuhkan dalam nama Tuhan Yesus, tidak apa-apa, jadi silakan berdoa, atas namakanlah Tuhan Yesus, mintalah kesembuhan atas orang yang kitadoakan itu, tidak apa-apa.
GS : Tetapi yang penting tidak mengambil alih posisi Tuhan, Pak Paul.
PG : Betul sekali, yang penting kita tidak mengambil alih posisi Tuhan.
GS : Nah, di sini apakah ada perbedaan pandangan antara Tuhan Yesus dan para murid itu menghadapi realita kehidupan seperti itu Pak Paul?
PG : Saya kira ada Pak Gunawan, dan inilah pelajaran pertama yang bisa kita petik. Yaitu perbedaan fokus dapat mengakibatkan perbedaan sikap. Para murid memfokuskan pada badai dan luput memfokukan pada Yesus sebagai Tuhan mereka, akhirnya mereka memang dikuasai oleh ketakutan itu sendiri.
Jadi yang Tuhan minta pertama-tama adalah fokus itu harus tepat, kalau kita menghadapi problem fokus yang harus lebih kita berikan adalah pada Tuhan bukan pada problem. Kita terus berharap, berharap dan berharap, melihat terus kepada Tuhan, menghampiri Tuhan, baca firmanNya, berdoa terus, itu langkah pertama. Fokus kita selalu pada Tuhan dulu baru pada problemnya. Pelajaran kedua yang ingin saya angkat di sini adalah yang terpenting bukanlah apa yang terjadi melainkan siapa yang menjadikan. Apa yang terjadi itu bermacam-macam dalam hidup ini, dan kita tidak bisa mengontrol semuanya dan tidak ada gunanya terus-menerus mengkhawatirkan apa yang terjadi. Pegangan kita adalah siapa yang menjadikan, siapa yang menjadikan alam semesta ini, siapa yang menjadikan manusia, siapa yang menjadikan semuanya ini, Tuhan. Nah kita tahu siapa yang menjadikan itulah yang bersama kita dan kita nantinya bisa menghadapi apa yang terjadi.
GS : Mungkin kita memang tidak bisa menghindarkan badai di dalam kehidupan ini, tapi kita bisa mengundang Tuhan di dalam hidup ini untuk berlayar bersama-sama dengan kita dan biar Dia yang menjadi nakhoda dalam kehidupan ini. Terima kasih sekali Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tatkala Badai Menerpa". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami persilakan juga Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.