Tatkala Badai Menerpa

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T153A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kehidupan kita ini diumpamakan seperti naik perahu atau kapal, kita akan berlayar dan dalam pelayaran itu kita harus siap menghadapi segala macam kemungkinan. Mungkin kita bisa mendarat di daratan yang tenang, tapi adakalanya kita harus melewati badai.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kehidupan kita ini seumpama kita sedang naik perahu, kita akan berlayar dan dalam pelayaran itu benar-benar harus siap untuk menghadapi segala macam kemungkinan. Kita mungkin bisa mendarat di daratan yang tenang, tapi adakalanya kita melewati badai. Nah kita mesti memikirkan hal-hal apa yang mesti kita persiapkan agar tatkala badai menerpa kehidupan kita, kita bisa menghadapinya.

Pengamatan tentang Matius 8:23-27 "Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-muridNya pun mengikutiNya." Kadang kala kita bertanya-tanya kepada Tuhan sewaktu musibah menimpa kita. Tuhan sudah tahu bahwa akan ada badai, namun mengapa Tuhan tetap menyetujui pelayaran? Persetujuan Tuhan tidak berarti pelayaran tanpa badai, dan ada rencana Tuhan pada setiap tindakanNya.

"Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu sehingga perahu itu ditimbus gelombang tetapi Yesus tidur." Badai menerpa para murid Tuhan, badai menerpa pengikut Tuhan yang setia. Artinya pengikut Tuhan tidak terkecualikan dari badai kehidupan.

"Perahu itu ditimbus gelombang." Artinya air mulai memasuki perahu; ini berarti bahaya telah benar-benar mengancam. Kadang bahaya kehidupan masuk ke dalam kehidupan kita dan kita sungguh-sungguh tidak sanggup lagi untuk mengatasinya.

"Tetapi Tuhan Yesus tidur." Kata 'tetapi' menandakan suatu kondisi yang berlawanan dengan kondisi sebelumnya. Para murid panik tetapi Tuhan tidur. Ini menandakan Tuhan tenang sebab meski mata jasmaniahNya tertutup, Ia tetap memegang kendali atas apa yang terjadi. Ini pelajaran yang bisa kita petik, kadang kala kita melihat Tuhan tidak berbuat apa-apa, seolah-olah Tuhan tertidur. Tapi jangan sampai kita beranggapan Tuhan tertidur, Tuhan tidak akan tertidur. Dia tetap memegang kendali atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Tetapi Tuhan tidur juga dapat membuat kita berpikir bahwa Tuhan tidak peduli.

"Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya, Tuhan, tolonglah kita binasa." Tetap datanglah kepada Tuhan, meskipun kecewa, meskipun bertanya-tanya kenapa Tuhan tidak berbuat apa-apa, tetap datang kepada Tuhan. Artinya tetap berdoa, jangan berhenti berharap.

"Ia berkata kepada mereka, 'Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya. Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu maka danau itu menjadi teduh kembali." Tuhan menenangkan badai dalam sekejap, ini menunjukkan Ia adalah Allah, bukan sekadar rabi biasa. Jadi kadang-kadang kita diizinkan Tuhan menerima badai dalam hidup ini agar kita melihat kuasa Tuhan yang lebih besar, agar kita melihat rencana Tuhan yang lebih indah.

Pelajaran yang dapat kita petik:

  1. Perbedaan fokus dapat mengakibatkan perbedaan sikap. Yang Tuhan minta fokus kita harus tepat, kalau kita menghadapi problem fokus yang harus lebih kita berikan adalah kepada Tuhan bukan pada problem.

  2. Yang terpenting bukan "apa" yang terjadi melainkan "siapa" yang menjadikan. Pegangan kita adalah siapa yang menjadikan, siapa yang menjadikan alam semesta, siapa yang menjadikan manusia yaitu Tuhan. Siapa yang menjadikan itulah yang bersama kita untuk bisa menghadapi apa yang terjadi.