Tahun Pertama Pernikahan 1

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T352A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pasangan yang baru menikah, kadang masih merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan, ketetapan apa yang harus dibuat untuk bisa mengatur keluarganya ke arah yang lebih baik. Di sini akan dipaparkan dengan jelas apa saja yang harus dilakukan sejak awal pernikahan agar pernikahan mereka bisa langgeng sampai seterusnya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seperti hal lainnya dalam hidup, pernikahan yang sehat mesti dirawat dan dipupuk sejak awal. Tahun pertama pernikahan adalah masa yang penting sebab pada masa inilah sistem keluarga dibentuk. Berikut akan dipaparkan beberapa hal yang harus dilakukan pada tahun pertama pernikahan.

  1. Pertama,
  2. kita mesti menetapkan aturan yang jelas. Maksudnya, kita mesti mengkomunikasikan dan menegosiasikan aturan kepada masing-masing. Pernikahan tidak mungkin lepas dari konflik, nah, terpenting bukanlah bagaimana menghindar dari konflik melainkan bagaimanakah menyelesaikan konflik. Untuk dapat menyelesaikan konflik dibutuhkan aturan yang jelas dan adil.

    Berikut adalah contoh-contoh beberapa aturan yang dapat diterapkan dalam keluarga:

  • Misalnya, kita mesti menyepakati bahwa konflik tidak boleh bergeser ke arah fisik. Dengan kata lain, kita tidak boleh memukul atau melukai pasangan kita.
  • Contoh lain adalah, tatkala bertikai, kita mesti berusaha meredam suara. Singkat kata, kita tidak boleh berteriak-teriak apalagi mencaci maki pasangan.
  • Dalam rumah tangga kami, sejak awal kami menyepakati aturan bahwa kami tidak boleh mencampuri urusan keluarga asal masing-masing, tanpa diundang. Dan, kami pun tidak boleh menegur langsung mertua. Jika ada keluhan terhadap mertua, hendaklah itu disampaikan kepada pasangan saja.

Satu hal yang sebaiknya dipertimbangkan dalam membuat aturan adalah, jangan membuat terlalu banyak aturan. Terlalu banyak aturan bukan saja membingungkan dan mudah dilupakan, tetapi juga membuat hidup seperti di penjara. Jadi, buatlah aturan yang sungguh-sungguh penting.

  • Kedua,
  • kita harus menyuarakan dan menyepakati pengharapan atau tuntutan terhadap masing-masing. Pernikahan bukan saja membawa dua pribadi menjadi satu, tetapi juga dua berkas pengharapan menjadi satu. Namun kita pun mafhum bahwa tidak selalu kebutuhan dan keinginan kita dapat terpenuhi pasangan. Itu sebabnya penting bagi kita untuk menyuarakan kebutuhan dan keinginan kita kepada pasangan di awal pernikahan. Sebaliknya, kita juga harus berusaha sedapat mungkin memenuhi kebutuhan dan keinginan pasangan. Mustahil baginya untuk dengan terbuka menyuarakan kebutuhan dan keinginannya bila kita menunjukkan sikap tidak peduli dengan pengharapannya. Jadi, suarakanlah kemudian negosiasikanlah supaya apa yang diharapkan dapat terpenuhi, setidaknya pada level seminimum mungkin.

    Berikut adalah beberapa contoh pengharapan yang mesti dikemukakan:

    • Pengaturan keuangan: Kalau dua-dua bekerja, apakah uang akan disatukan? Jika tidak, siapa yang bertanggung jawab membiayai kehidupan sehari-hari, uang sekolah anak, dan sebagainya.
    • Pengaturan rumah: Siapakah yang mengatur makanan ? Siapakah yang bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan rumah ?
    • Perkembangan karier: Siapakah yang akan mengalah bila dua kepentingan bertabrakan?
    • Pemeliharaan anak: Siapakah yang nantinya bertanggung jawab dalam mengurus anak ? Siapakah yang akan mendisiplin anak ?
    • Hubungan intim: Seberapa seringnya dan bagaimana hubungan intim dilakukan ?

    Sudah tentu ada banyak lagi pengharapan yang dapat disampaikan namun bila kita berhasil bernegosiasi dan menyepakati pemenuhan kebutuhan dan keinginan di atas ini, saya kira, kita akan dapat menyehatkan pernikahan kita.

  • Ketiga,
  • kita harus rajin menabung kebaikan ke dalam celengan pernikahan. Secara konkretnya, kita menabung kebaikan dengan cara menolong pasangan. Tidak peduli seberapa sering kita berkata bahwa kita mengasihi pasangan dan bahwa kita adalah orang yang baik, pada akhirnya terpenting adalah pasangan mesti menerima uluran tangan kita yang menolongnya.

    Salah satu alasan mengapa penting bagi kita untuk mulai menabung kebaikan sejak awal adalah karena pada waktu konflik atau ketika kita merasa tidak puas dengannya, penting bagi kita untuk dapat mengingat kebaikannya—apa yang telah dilakukannya buat kita.

    Jadi, jika kita sulit mengingat kebaikannya, berarti tabungannya minus alias kosong dan pastilah hal ini akan makin mengobarkan api kemarahan. Sebaliknya, bila kita dapat mengingat begitu banyak kebaikan yang telah diperbuatnya bagi kita, maka kemarahan atau ketidakpuasan pun menyusut. Jadi, sering-seringlah menabung kebaikan dalam bentuk memberi pertolongan kepadanya.

  • Keempat,
  • kita harus membiasakan diri menyelesaikan konflik sampai tuntas. Godaan terbesar pada awal pernikahan adalah mendiamkan atau sedapatnya menghindarkan konflik. Masalahnya adalah konflik yang tak terselesaikan akan menjadi masalah terpendam yang dapat muncul kembali. Jika konflik yang tak terselesaikan itu sudah menumpuk, itu berarti tatkala muncul, ia akan muncul dengan kekuatan yang besar.

    Konflik dapat muncul setidaknya dari tiga sumber:

    • Kesalahpahaman. Dua pribadi berbeda tentulah memunyai gaya bicara, gaya mendengarkan, gaya menyuruh, gaya bersuara, dan gaya-gaya lainnya yang berbeda. Itu sebabnya kesalahpahaman mudah sekali terjadi. Tidak bisa tidak, kita mesti sering-sering menjelaskan maksud perbuatan atau perkataan kita supaya kesalahpahaman tidak terulang dan berkepanjangan.
    • Perbedaan. Ada banyak keputusan yang mesti diambil bersama dalam pernikahan. Tidak bisa tidak, dua pribadi yang berbeda akan melihat sesuatu secara berbeda pula. Sebagai akibatnya, terjadilah perbedaan pendapat yang berakhir dengan pertengkaran.
    • Kekecewaan. Tidak selalu pasangan melakukan apa yang kita kehendaki. Sudah tentu hal ini akan menimbulkan kekecewaan. Namun adakalanya pasangan bukan saja tidak melakukan apa yang kita inginkan, ia pun melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Perbuatan ini akan menimbulkan kekecewaan yang dalam.

    Konflik mesti diselesaikan dan untuk itu diperlukan usaha yang terus menerus. Makin sering kita mengusahakan penyelesaikan konflik, makin mampu kita menyelesaikannya. Jadi, di awal pernikahan, janganlah takut untuk berkonflik selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya.

  • Kelima,
  • kita harus membiasakan diri untuk melakukan aktivitas yang menumbuhkan keintiman. Sejak awal, biasakan untuk pergi bersama, berekreasi, menikmati musik atau film, bercengkerama sebelum tidur, dan berhubungan intim secara teratur. Semua ini adalah kegiatan yang berpotensi menambah kedekatan di antara kita. Di dalam dunia yang penuh kesibukan, kita harus "berkelahi" melawan hal-hal lain yang dapat menyedot perhatian kita dan membuat hubungan kita makin merenggang. Itu sebab penting buat kita untuk memulai pernikahan dengan kebiasaan baik ini. Juga, kita mesti menyadari bahwa keintiman adalah seperti air yang membasahi daun yang membuatnya tidak mudah terbakar. Relasi yang kurang keintiman menjadikan relasi itu seperti daun kering yang mudah terbakar. Singkat kata, tanpa keintiman, relasi pernikahan mudah terbakar konflik dan kemarahan.
  • Keenam dan terakhir,
  • sejak awal kita harus mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Biasakan untuk menjadikan hari Minggu sebagai hari Tuhan di mana kita berbakti dan melayani-Nya. Biasakan membaca Alkitab dan bersaat teduh setiap hari. Biasakan untuk memberi persembahan kepada Tuhan sesuai dengan berkat yang dilimpahkan-Nya kepada kita untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada-Nya. Biasakan untuk berdoa bersama setiap malam dan biasakan untuk berbagi berkat rohani. Jadikan Tuhan pusat kehidupan dan tunduklah pada kehendak-Nya. Biasakan sejak awal untuk mencari kehendak-Nya dalam memutuskan sesuatu. Biasakan untuk menomorduakan materi dan menomorsatukan semua yang penting bagi Tuhan, seperti membangun relasi dengan sesama dan mengenalkan Kristus kepada sesama. Sebagai penutup, Firman Tuhan di Ulangan 4:5-7 mengajarkan kepada kita akan apa yang penting dan membawa kemuliaan bagi Tuhan, "Ingatlah aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya?" Jika kita berhasil menjalankan semua ini, orang akan melihat dan berkata yang sama tentang kita, "Memang keluarga ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi, sebab keluarga manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan Allah kita."