Tahap Pertumbuhan Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T202A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Penting bagi kita untuk memahami tahap pertumbuhan keluarga agar kita mengerti tugas yang terkandung didalam setiap fase itu. Terdapat Tahap Membangun, Tahap Memelihara, Tahap Mempersiapkan, Tahap Menikmati. Setiap tahapan berhubungan dengan tiga tugas yakni kerabat, keluarga, dan karier.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Penting bagi kita untuk memahami tahap pertumbuhan keluarga agar kita mengerti tugas yang terkandung di dalam setiap fase itu. Keberhasilan menyelesaikan tugas pada setiap tahapan akan mempengaruhi perkembangan tahap selanjutnya. Ada empat tahapan yang masing-masing mencakup sekitar kurun 12 tahun. Setiap tahapan berhubungan dengan tiga tugas yakni kerabat, keluarga, dan karier.

  1. Tahap Membangun. Ini adalah 12 tahun pertama setelah pernikahan. Tahap ini disebut "membangun" sebab pada tahap ini pasangan nikah barulah memulai membangun (a) jaringan kekerabatan dengan lingkungan, (b) keluarga, dan (c) karier. Tantangan terbesar diberikan pada karier.
  2. Tahap Memelihara. Ini adalah penggal kedua dari pernikahan di mana kita memelihara atau mempertahankan kerabat, keluarga, dan karier yang telah kita bangun sebelumnya. Tahap ini berlangsung sekitar 12 tahun dan berjalan menuju usia paro-baya. Relasi dengan keluarga pada umumnya meminta perhatian terbesar sebab anak sudah masuk ke usia remaja sedangkan pernikahan sering kali menjadi dingin pada masa ini.
  3. Tahap Mempersiapkan. Ini adalah penggalan ketiga dari pernikahan dan disebut persiapan sebab memang kita harus mulai mempersiapkan masa pensiun sekaligus menolong anak mempersiapkan memilih pasangan yang tepat. Tantangan terbesar pada 12 tahun ini adalah menjalin relasi kerabat yang kuat agar dapat memasuki hari tua tidak dalam kesepian.
  4. Tahap Menikmati. Disebut menikmati sebab memang kunci untuk melewati hari tua adalah menikmatinya. Sudah tentu jauh lebih mudah bagi kita untuk menikmatinya bila kita telah menanam benih yang sehat dalam hidup. Pada masa sakit dan dan dalam keterbatasan tantangan terbesar yang harus kita hadapi adalah apakah kita tetap dapat menikmati hari tua.

Firman Tuhan: Satu pun dari segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, tidak ada yang tidak dipenuhi. Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satu pun yang tidak dipenuhi. Yosua 23:14


Ada pasangan yang makin lama menikah, makin serasi dan bahagia. Apakah yang menjadi kiat keberhasilan pasangan ini? Berikut ini akan dipaparkan beberapa kuncinya.

  1. Mereka berjalan di atas kekuatan, bukan kelemahan masing-masing. Mereka tidak buta terhadap kelemahan pasangan namun itu bukanlah fokus utamanya. Mereka sadar bahwa penekanan pada kelemahan tidak berfaedah banyak; mereka maklum bahwa perubahan terjadi justru sewaktu mereka berhenti menyoroti kelemahan pasangan dan mulai memberi pengakuan pada kekuatannya.
  2. Mereka rajin menunaikan kewajiban masing-masing. Mereka menyadari bahwa pernikahan dibangun di atas alas kerajinan dan kerelaan untuk melakukan tanggung jawab masing-masing. Mereka tahu bahwa kemalasan akan merusak pernikahan sebab kemalasan adalah awal hilangnya respek. Mereka pun maklum bahwa hidup tidak mudah dan penuh tuntutan dan bahwa hanya dengan bekerjalah kita dapat memenuhi kebutuhan hidup. Itu sebabnya mereka berusaha keras untuk menunaikan peran dan tanggung jawab baik itu sebagai suami-istri maupun ayah-ibu.
  3. Mereka memfokuskan pada pertumbuhan. Mereka tidak lepas dari konflik atau krisis namun mereka menggunakan konflik sebagai titik balik pertumbuhan. Dengan kata lain mereka belajar dari konflik dan bertekad untuk tidak menyalahkan satu sama lain. Mereka memandang konflik lebih sebagai perbedaan, bukan masalah pada pribadi masing-masing. Pada faktanya memang kebanyakan konflik timbul dari perbedaan, bukan masalah pada kepribadian. Terpenting bagi mereka adalah mereka berhasil belajar untuk tidak mengulang konflik yang sama dan bertumbuh selangkah lebih dewasa sebelum konflik terjadi.
  4. Mereka mengutamakan kebersamaan. Bilamana memungkinkan mereka mencoba untuk menghabiskan waktu bersama dan melakukan kegiatan bersama-sama. Ingat, kebersamaan menciptakan persamaan. Mereka pun dapat membatasi diri dalam pergaulan ataupun pekerjaan dan pelayanan sehingga tetap dapat menjaga kebersamaan. Dengan kata lain mereka memprioritaskan kebersamaan dan berhasil menjaganya dengan baik.
  5. Mereka mendasari pernikahannya di atas fondasi yang kuat yakni Tuhan. Ada tiga hal yang termaktub dalam kategori ini.
    • Pertama, apa pun yang mereka rasakan atau pikirkan, mereka tetap tunduk pada Tuhan dan kehendak-Nya. Dengan kata lain, mereka takut akan Tuhan dan takut untuk berdosa. Jadi, kendati mereka bersitegang, mereka tetap patuh pada Tuhan dan berusaha keras untuk tidak melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak diperkenankan Tuhan.
    • Kedua, mereka mempercayai pimpinan Tuhan, bukan pertimbangan manusia belaka. Dalam membuat perencanaan hidup, mereka melibatkan Tuhan dan mencari kehendak-Nya, bukan selera pribadi. Jadi, mereka tidak terpaku pada apa yang baik bagi diri sendiri melainkan apa yang baik bagi Tuhan.
    • Ketiga, mereka melihat pernikahan sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih luas. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan ingin memakai mereka sebagai saluran berkat-Nya dan untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.

Firman Tuhan: Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan. (Amsal 12:11)