Sepi di Hari Tua I

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T289A
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kehadiran anak membawa perubahan yang besar. Hari lepas hari diisi dengan pelbagai kegiatan yang berkaitan dengan anak. Jika kehadiran anak membawa perubahan yang begitu besar dalam kehidupan kita, maka dapat dibayangkan bahwa kepergian anak juga membawa perubahan besar. Kendati semua perubahan ini sukar, namun tidak bisa tidak, mesti dihadapi dan dijalani. Apa yang harus kita lakukan jika hal ini sudah mulai melanda kehidupan kita?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kehadiran anak membawa perubahan yang besar. Rumah yang tadinya sepi sekarang berubah ramai. Lantai yang tadinya mengkilap sekarang cemong oleh tumpahan makanan dan minuman. Hari lepas hari diisi dengan pelbagai kegiatan yang berkaitan dengan anak-dari mengantar anak ke sekolah di pagi hari sampai meninabobokan anak di kala malam.

Jika kehadiran anak membawa perubahan yang begitu besar dalam kehidupan kita, maka dapat dibayangkan bahwa kepergian anak juga membawa perubahan besar.

Kendati semua perubahan ini sukar namun tidak bisa tidak, mesti dihadapi dan dijalani. Memang masih ada keluarga yang bersedia menampung orang tua yang uzur namun tidak semua bersedia. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan dampak yang buruk pada hubungan kita dan anak. Berikut akan dipaparkan dua perubahan yang umumnya terjadi di hari tua dan cara menghadapinya.

Hilangnya Kesibukan Rutin dan Makna yang Terkandung di Dalamnya

Bagi kita yang terbiasa hidup sibuk, hari tua tanpa kegiatan akan menghadirkan rasa jenuh yang luar biasa besar. Kita mesti menyadari bahwa yang terhilang bukanlah kegiatan itu semata melainkan makna dan semua perasaan yang terkait dengan kegiatan itu. Itulah yang membuat hidup begitu kosong dan hambar. Berikut adalah beberapa saran untuk menghadapi kekosongan ini.

  • Pertama, kita harus hidup dengan kekosongan ini. Dengan kata lain kita harus menerima kenyataan bahwa masa tua adalah masa kehilangan. Jadi, sesuaikanlah harapan sesuai kenyataan. Terimalah fakta bahwa kebahagiaan kita akan berkurang bukan bertambah.
  • Kedua, kendati tidak ada satu pun kegiatan yang dapat sepenuhnya mengganti makna yang terkandung dalam kegiatan yang lama, seperti membesarkan anak, isilah hari dengan kegiatan lainnya-serutin mungkin. Kuncinya adalah rutin! Entah itu dilakukan tiap hari atau beberapa hari per minggu. Makna sesungguhnya dari apa yang kita kerjakan hanya dapat bertunas dalam jadwal yang rutin. Rasa sayang pada apa pun yang kita kerjakan hanyalah dapat tercicipi bila kita melakukannya sesering dan serutin mungkin.
  • Ketiga, peliharalah relasi yang baik dengan anak, jangan malah merusakkannya. Kunci memelihara hubungan dengan anak pada masa tua adalah, "hormati batas dan bersedia menolong." Hormati batas berarti senantiasa mengingat bahwa kendati ia tetap anak kita, namun ia bukan "kepunyaan" kita lagi. Artinya, kita mesti menyadari bahwa ada tanggung jawab lain dalam hidupnya selain kita sebagai orang tuanya. Kita tidak bisa menuntutnya untuk menyediakan waktu dan perhatian sama seperti dulu lagi. Untuk memelihara relasi yang baik, tawarkan dan sediakan bantuan sedapatnya agar hubungan kita dengan anak menjadi relasi "memberi dan menerima," bukan "meminta dan menerima."
  • Keempat, berinisiatiflah untuk memelihara kontak dengan anak. Sudah tentu kita harus memelihara relasi yang baik dengan anak terlebih dahulu sebelum dapat menikmati kontak yang menyenangkan dengan anak dan berinisiatiflah menghubungi anak secara rutin, jangan menunggunya untuk menghubungi kita. Secara berkala ajaklah anak untuk pergi bersama atau undanglah mereka untuk datang ke rumah. Asalkan tidak terlalu sering, besar kemungkinan pasangannya dan anak-anaknya tidak akan berkeberatan.
  • Kelima, doronglah anak untuk mengasihi dan mementingkan pasangan dan anak-anaknya. Walapun kita "kehilangan" anak, di usia senja ini kita mungkin akan mendapat gantinya lewat kasih sayang dan perhatian pasangan dan anak-anaknya. Sebaliknya, bila kita hanya memerhatikan anak sendiri, tidak bisa tidak, pasangannya pun akan merasa diri tidak bernilai di mata kita. Sebagai akibatnya, ia pun tidak lagi berminat menjalin hubungan dengan kita.

Firman Tuhan: Amsal 14:1 mengingatkan, "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri." Sudah tentu ayat ini berkenaan baik dengan perempuan maupun laki-laki. Pada hari tua, kita akan memetik buah dari pohon yang kita tanam. Bila kita telah menanam relasi yang sehat dengan anak, pada hari tua kita akan menikmati buah manis dengan anak. Juga, di hari tua janganlah kita malah merusakkan hubungan dengan anak dan keluarganya. Jagalah baik-baik sebab di situlah terletak kekuatan untuk menghadapi hari-hari yang sepi.

Hilangnya Rasa Berguna dan Dibutuhkan

Bagi kita yang terbiasa hidup dibutuhkan orang, melewati hari tua tanpa ada yang datang meminta bantuan sungguh menyiksa. Berikut akan dipaparkan cara untuk mengatasi rasa tidak berguna ini.

  • Terimalah fakta bahwa setelah mencapai usia tertentu, kita tidak bertambah bijak. Sampai titik tertentu benarlah pepatah yang berkata bahwa makin kita tua makin kita menjadi barang klasik, namun lewat masa tertentu sesungguhnya yang terjadi adalah makin kita tua, makin kita menjadi kuno. Inilah fakta kehidupan yang tak dapat diingkari.
  • Kedua, terimalah kenyataan bahwa pada usia tua kita tidak lagi diingat orang. Bagi kita yang terbiasa dibutuhkan, kondisi tidak dibutuhkan akan membuat kita merasa tidak berguna. Bak barang usang, kita merasa dipinggirkan. Nama kita makin jarang disebut, sumbangsih kita makin jarang diingat.
  • Ketiga, hiduplah berkenan kepada Tuhan dan jangan berdosa. Pada hari tua, tatkala kita merasa tidak berguna dan dibutuhkan lagi, ingatlah akan Tuhan dan hidup takut akan Dia supaya kita tetap hidup berkenan kepada-Nya. Jangan menggunakan cara berdosa untuk membuat diri berguna.
  • Keempat, akui keterbatasan dan alihkan tanggung jawab. Di hari tua kita mesti jeli dan berbesar hati melihat keterbatasan. Kita pun harus memberi kesempatan kepada yang muda untuk mengambil alih bagian yang tadinya menjadi porsi kita. Orang yang jeli dan berbesar hati menerima keterbatasannya, justru akan lebih dihormati. Kendati ia tidak seberguna dulu, namun masukannya tetap dihargai sebab hikmat tetap menjadi bagian hidupnya.
  • Kelima, ciptakanlah kebergunaan dalam hal yang lebih sederhana. Makin tua, makin terbataslah wilayah di mana kita dapat berkiprah dan menimba rasa berguna. Mungkin pada akhirnya kita hanyalah berguna dalam mengurus cucu dan hal-hal sederhana lainnya. Sungguhpun demikian tetaplah berkiprah di dalam kesederhanaan. Belajarlah menikmati dan menghargai yang sederhana.
  • Keenam, peliharalah relasi yang membangun dan mendukung dengan generasi penerus. Jangan membanding-bandingkan diri dan meninggikan kemuliaan masa lalu. Setiap masa memunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Firman Tuhan: "Apa yang pernah ada akan ada lagi dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari." (Pengkhotbah 1:9) Kita yang tidak ingin hidup sia-sia perlu melihat hidup dari perspektif Tuhan. Kadang kita cepat berbesar hati karena merasa telah berhasil melakukan sesuatu yang berguna. Kita ingin dapat meninggalkan sesuatu yang abadi. Hanya Tuhan yang kekal. Tidak ada yang lain. Tuhan memakai kita untuk menggenapi kehendak-Nya untuk zaman atau masa kita. Bersyukurlah untuk kesempatan yang diberikan-Nya setelah itu lepaskanlah genggaman.