Sampai Maut Memisahkan Kita II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T302B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Semua orang yang menikah berharap bahwa pernikahannya dapat berjalan langgeng sampai maut memisahkannya. Kita percaya tidak ada orang yang menikah dengan pemikiran bahwa suatu hari kelak ia akan menceraikan pasangannya. Persoalannya adalah, setelah menikah masalah mulai bermunculan sehingga perceraian pun menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangkan. Namun sebelum hal itu terjadi alangkah baiknya kalau kita memelajari dulu bagaimana cara memertahankan pernikahan, agar hal-hal yang berbau perceraian tidak ada di dalam keluarga kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Firman Tuhan berkata, "Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia" (Matius 19:6). Saya kira semua orang yang menikah berharap bahwa pernikahannya dapat berjalan langgeng sampai maut memisahkannya. Saya percaya tidak ada orang yang menikah dengan pemikiran bahwa suatu hari kelak ia akan menceraikan pasangannya.

Persoalannya adalah, setelah menikah masalah mulai bermunculan sehingga perceraian pun menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangkan.

Sekarang marilah kita melihat bagaimanakah membangun pernikahan yang dapat bukan saja bertahan tetapi terus berbuah sampai maut memisahkan kita. Kita akan memulai dengan melihat tahap pernikahan pada masa tua dan menyoroti tantangan yang harus dihadapi pada masa itu agar kita dapat mempersiapkan pernikahan kita mulai dari hari ini.

Dua Ciri Masa Tua
  • Menengok ke belakang, karena tidak lagi dapat memandang ke depan. Masa tua adalah masa menyelesaikan perjalanan hidup, bukan memulai sebuah perjalanan baru. Kita masuk ke masa tua membawa album kenangan, bukan buku dengan halaman kosong. Itu sebabnya pada masa tua kita cenderung mengingat apa yang telah terjadi.
  • Menuai apa yang telah ditabur. Pada masa tua kita menyadari bahwa apa pun yang terjadi di masa lalu tidak dapat diperbarui atau diubah kembali berhubung kesempatan untuk itu pun sudah lenyap. Jadi, jika kita telah menanam pohon kehidupan yang sehat di dalam pernikahan, kita akan mencicipi buah yang manis. Sebaliknya, bila kita menanam pohon kehidupan yang tidak sehat dalam pernikahan, kita pun harus memakan buah yang pahit. Itu sebabnya kita harus menabur benih yang sehat agar dapat menuai buah yang manis untuk diri sendiri, BUKAN SAJA UNTUK ORANG LAIN.
Benih Sehat adalah MENETAPKAN PRIORITAS HIDUP SEJAK AWAL PERNIKAHAN, YAITU:
  1. Memelihara relasi dengan Tuhan
  2. Memelihara relasi dengan keluarga
  3. Memelihara relasi dengan sesama

Dengan kata lain, kita mengutamakan RELASI di atas kepentingan lainnya.

Memelihara Relasi dengan Tuhan
  • Utamakan KEHENDAK Tuhan di atas KEGIATAN bagi Tuhan. Sejak awal kita harus mengerti bahwa kegiatan bagi Tuhan tidak sama dengan kehendak Tuhan. Walaupun giat bagi Tuhan adalah hal yang penting, namun terlebih penting adalah hidup dalam kehendak Tuhan. Tuhan melihat dan mencatat apa yang kita lakukan di luar gereja lebih dari apa yang kita perbuat di dalam gereja. Relasi dengan Tuhan terjaga tatkala kita menaati-Nya di dalam hidup kita.
  • Utamakan FIRMAN Tuhan di atas PENGETAHUAN tentang Tuhan. Kita pun harus meninggikan Firman Tuhan di atas pengetahuan tentang Tuhan. Sudah tentu adalah baik bila kita belajar tentang Tuhan tetapi terpenting bukanlah pengetahuan itu sendiri melainkan hati kita.
Memelihara Relasi dengan Keluarga
  • Utamakan apa yang baik buat SEMUA di atas apa yang baik untuk SENDIRI. Dalam pengambilan keputusan, kita mesti memikirkan kepentingan semua anggota keluarga. Memang memertimbangkan semua kepentingan tidak mudah dan biasanya memperlambat proses pengambilan keputusan namun upaya tersebut memperlihatkan komitmen kita untuk mengutamakan keluarga di atas kepentingan pribadi.
  • Utamakan untuk BELAJAR DARI keluarga di atas MENGAJARKAN KEPADA keluarga. Sebagai orang tua kita harus mengarahkan anak seperti seorang pendidik kepada anak didiknya. Namun kita pun perlu menyadari bahwa kita terbatas dan bahwa kita pun harus terbuka terhadap apa yang keluarga ingin ajarkan kepada kita. Demikian pula terhadap pasangan kita. Jangan sampai kita beranggapan bahwa kita selalu yang tahu dan yang berada di pihak yang benar. Tatkala kita membuka diri dan bersedia belajar, kita menunjukkan bahwa merekalah prioritas hidup kita.
Memelihara Relasi dengan Sesama
  • Perhatikan yang TERTINGGAL di atas yang TERTINGGI. Janganlah kita menjadi orang yang hanya memerhatikan dan berkawan dengan orang yang terhormat atau dengan orang yang dapat memberi kita keuntungan. Perhatikanlah orang di sekitar yang tertinggal dan terpinggirkan. Orang seperti merekalah yang akan menjadi sahabat sejati oleh karena mereka merasakan kasih sayang kita kepada mereka tatkala mereka berada di lembah kehidupan.
  • Utamakan MENGAJAK di atas DIAJAK. Dalam berteman, jangan bersikap pasif dan saling tunggu. Berinisiatiflah untuk bertemu dan menjalin relasi. Jangan menghitung-hitung untung-rugi dalam persahabatan. Relasi dibangun di atas inisiatif untuk memelihara pertemanan.
Selain menabur benih sehat, kita juga harus melindungi pohon nikah yang telah ditanam agar dapat bertumbuh dan berbuah. Berikut akan dipaparkan beberapa langkah yang dapat diambil :
  1. MENJAGA HATI: Tidak ada yang lain. Kita harus melindungi pernikahan secara terencana. Ini berarti kita mesti mengambil tindakan tegas untuk melarang khayalan bergentayangan ke wilayah dosa. Sebagai manusia kita dapat dan akan tertarik kepada orang lain yang mungkin saja lebih menawan dan lebih baik daripada pasangan sendiri. Namun kita harus mengingatkan diri akan komitmen pernikahan yang telah dibuat. Singkat kata, kita mesti dengan tegas berkata bahwa di dalam hati kita, tidak ada ruang tersisa untuk orang lain.
  2. MENJAGA BATAS: Tidak ada yang lekat. Salah satu penyebab mengapa akhirnya banyak orang jatuh ke dalam dosa perzinahan adalah dikarenakan kegagalan kita menarik batas yang jelas SEJAK DINI. Dari awal berelasi dengan lawan jenis kita harus menetapkan batas bahwa relasi ini hanya akan menjadi relasi pertemanan. Kita harus memutuskan untuk tidak menceritakan masalah pribadi-apalagi masalah rumah tangga-kepada rekan lawan jenis. Kita juga harus menolak dengan tegas ajakan untuk pergi berdua atau bahkan mengantarnya pulang. Kita mesti menyadari bahwa interaksi pribadi yang dilakukan terus menerus berpotensi menumbuhkan ketertarikan dan ketertarikan pada akhirnya melahirkan hasrat atau nafsu untuk menyatukan diri dengannya. Kendati pencobaan dapat datang kapan saja, namun satu fakta yang tak dapat dipungkiri adalah sering kali kita turut berandil memberi undangan kepada pencobaan untuk datang.
  3. MENJAGA IMPIAN: Tidak berlebihan. Pernikahan pun mesti dilindungi dari kehancuran yang bersikap ekonomi. Kadang kita terlalu berambisius dan ingin cepat kaya sehingga kita gelap mata dan mengambil keputusan bisnis yang terlalu riskan. Alhasil, ingin untung kita malah buntung. Semua menderita akibat keputusan keliru yang kita buat. Kendati ikatan pernikahan tidak sepenuhnya bergantung pada kestabilan ekonomi, namun sebagai manusia kita terpengaruh olehnya. Kesulitan ekonomi yang mendera cenderung menambah frekuensi pertengkaran karena dalam keadaan terjepit, kita mengalami lebih banyak stres.
Kesimpulan Jika kita ingin sampai pada garis akhir dengan baik, kita harus merencanakan pertandingan dengan sebaik-baiknya. Itu sebabnya Firman Tuhan berikut ini haruslah menjadi pedoman hidup kita sekalian "PERCAYALAH kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada PENGERTIANMU sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, TAKUTLAH akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan akan menyembuhkan tubuhmu dan MENYEGARKAN tulang-tulangmu." Amsal 3:5-7