Saling Ketergantungan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T009B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Topik ini membahas tentang saling ketergantungan antara suami dan istri. Dan dalam hal ini suami lebih senang kalau dia disandari istrinya. Ketika dia merasa istri tidak begitu bergantung kepadanya dia akan panik.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada masa dulu wanita atau istri cenderung bergantung pada suami khususnya bergantung pada penyediaan finansial dari suami. Dan tidak bisa disangkali, siapa yang memegang uang itulah yang berkuasa, ini hukum yang pada saat itu berlaku dalam keluarga. Karena itulah mengapa ada kasus di mana suami merasa kurang aman sewaktu istrinya mempunyai penghasilan yang lebih besar darinya. Meski istri tidak mengancam atau merendahkan suami, namun secara psikologis suami sudah merasa tidaklah terlalu berharga. Karena apa karena suami tidak merasa istri bergantung padanya. Sewaktu istri tak terlalu bersandar padanya, suami akan merasa panik karena tiba-tiba dia merasa kehilangan peran, kehilangan sumbang sih dalam hubungan suami-istri.

Suatu istilah di dalam ilmu konseling keluarga yang disebut co-dependence yang diterjemahkan seolah-olah saling bergantung namun istilah ini justru sarat dengan muatan yang berbau negatif. Maksudnya istilah ini sebetulnya merujuk pada keadaan di mana sepasang suami-istri gagal untuk melihat realitas secara gamblang apa adanya. Dan malah mencoba menutup-nutupi realitas tertentu atau aspek tertentu agar tidak menjadi problem dalam hubungan mereka. Contoh : si suami yang diminta datang ke pesta ulang tahun anaknya tidak datang, misalnya mabuk tetapi istri berkata pada orang-orang, suami saya berhalangan ada urusan kerja lembur dan sebagainya. Jadi di sini si istri justru menutupi problem si suami sehingga orang di luar tidak bisa masuk dan menolong rumah tangganya yang sebetulnya sedang dilanda problem yang serius itu.

Yang seharusnya dilakukan istri adalah:

  1. Meminta bantuan dari luar, jadi harus mengatakan bahwa rumah tangganya sedang ada problem.

Kenapa sedikit orang yang bisa berani keluar dan mengatakan kami butuh bantuan, sebab pernikahan kami sedang dilanda problem. Ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sbk:

Faktor-faktor yang sehat adalah:

  1. Karena faktor malu
  2. Faktor putus asa
  3. Faktor gengsi
  4. Faktor ingin membenarkan diri

Faktor lain yang tidak sehat, istilah teknisnya dalam ilmu konseling pernikahan disebut enabling yang adalah memungkinkan, memampukan pasangan untuk terus bertindak hal yang tidak benar dengan menutupi tindakan pasangannya atau tidak sungguh-sungguh mengambil tindakan yang tegas memberitahu orang di luar meminta bantuan ke orang ketiga. Karena istri pun mempunyai kebutuhan tertentu, di sinilah hubungan tersebut di sebut co-dependence, saling tergantung untuk memenuhi kebutuhan masing-masing yang terselubung, di mana kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang tidak sehat.

Ketergantungan menurut Efesus 5 dengan jelas Tuhan meminta istri untuk tunduk kepada suami dan suami berfungsi sebagai seorang kepala. Memang ada ketergantungan tapi yang memang seharusnya, karena sebagai kepala, suami diminta bukan memerintah tapi justru yang lebih penting adalah suami bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarganya.

Langkah yang dapat dilakukan pasangan suami-istri dalam membina hubungan yang sehat adalah sbb:

  1. Berani melihat kekurangan dalam hubungan nikah atau hubungan pacaran kita.

Antara orang tua dan anak pun bisa terjadi ketergantungan yang tidak sehat contohnya Daud dan Absalom.