Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Proses Pertumbuhan Tanggung Jawab," kali ini Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK berhalangan hadir tapi pada kesempatan yang lain beliau pasti menemani Anda dalam perbincangan TELAGA ini. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS :Beberapa waktu yang lalu Pak Paul kita mencoba berbincang-bincang tentang bagaimana menumbuhkan rasa tanggung jawab sejak anak itu masih kecil, nah mungkin kita melanjutkan perbincangan ini tentang bagaimana proses pertumbuhan tanggung jawab selanjutnya. Kita tahu kenyataannya bahwa ada banyak orang yang sudah dewasa pun, rasa tanggung jawabnya bisa dinilai rendah sekali nah itu sebenarnya apa Pak Paul yang menyebabkan?
PG : Saya akan memberikan jawaban dari dua sisi Pak Gunawan, yang pertama adalah dari sisi Theologis spiritual dan yang kedua adalah dari sisi emosional. Saya kira dari segi Theologis dan rohan kita bisa mengakui bahwa memang tanggung jawab itu berkaitan dengan dosa.
Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah melihat bahwa akibat langsung dari dosa ialah manusia untuk pertama kalinya mengelakkan tanggung jawab. Waktu Tuhan bertanya pada Adam, Adam menyalahkan Hawa, waktu Tuhan bertanya kepada Hawa, Hawa menyalahkan ular yaitu si setan sendiri. Jadi kita bisa melihat bahwa konsekuensi yang langsung dari dosa ialah enggannya atau tidak maunya orang bertanggung jawab, jadi itulah jawaban yang pertama kenapa sukar sekali bagi orang itu untuk memikul tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya. Yang kedua dari sisi emosional kenapa orang itu sukar sekali untuk bertanggung jawab sampai pada usia dewasanya, saya kira ini berkaitan dengan kebutuhan emosionalnya yaitu kebutuhan untuk menjadi benar. Dan yang kedua kebutuhan untuk dapat menikmati hidup, yang pertama adalah untuk menjadi benar, adakalanya dengan kita bertanggung jawab kita harus mengakui kesalahan kita atau hal-hal yang telah kita lakukan yang tidak disenangi oleh orang lain. Nah akibatnya kita merasa takut, kita tidak mau mengakui perbuatan tersebut sehingga kita mengelak dari tanggung jawab kita. Atau yang kedua tadi saya katakan kita ini adalah manusia yang ingin menikmati hidup dengan mudah dan gampang, jadi waktu kita harus melakukan tanggung jawab kita, kita merasakan ini adalah suatu beban bagi hidup kita dan menyukarkan hidup kita. Itu sebabnya adakalanya kita melarikan diri dari tanggung jawab supaya hidup kita lebih mudah, kira-kira begitu jawabannya Pak Gunawan.
GS : Jadi seperti perbincangan yang lalu Pak Paul katakan salah satu ciri dari orang yang bertanggung jawab adalah berani mengakui kesalahannya, dan itu yang terjadi pada Adam dan Hawa yang saling menyalahkan pihak lain. Tapi itu memang kecenderungannya, jadi kalau tadi Pak Paul katakan itu merupakan buah dari dosa, kita semua dilahirkan dalam kondisi berdosa, jadi punya kecenderungan untuk tidak bertanggung jawab.
PG : Saya setuju, jadi yang lebih natural bagi manusia adalah tidak bertanggung jawab dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Tapi proses pertumbuhan menjadi seorang dewasa haruslah menikuti juga hukum tanggung jawab.
Sebab secara tubuh kalau dia bertambah dewasa, namun kalau secara emosional tidak bisa bertanggung jawab kita tidak akan panggil dia sebagai seorang yang dewasa. Pada masa kecil memang dia tidak lagi dituntut tanggung jawab karena orang tualah yang bertanggung jawab atas hidupnya untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhannya, namun semakin besar semakin dia mampu untuk menyediakan kebutuhannya nah dia juga dituntut untuk melakukan itu. Kalau dia tetap menuntut orang tuanya melakukan untuk dia berarti dia tidak mengalami pertumbuhan yang sehat. Jadi prinsipnya kebutuhan-kebutuhan si anak perlahan-lahan akan harus dibebankan kembali pada si anak itu. Pada masa kecil, orang tua yang dapat dikatakan mengambil tanggung jawab itu 100%. Dengan bertambah besarnya si anak prosentase tersebut atau porsi tersebut mulai dialihkan pada si anak, kebutuhan untuk membersihkan tubuhnya itu adalah awal dari segala tanggung jawab yang harus dipelajari oleh si anak, tanggung jawab untuk membereskan, merawat barang-barang miliknya itu adalah tanggung jawab yang kedua yang kita harus ajarkan kepada anak-anak. Nah dengan meningkatnya usia si anak kita juga akhirnya menyadarkan si anak kita juga harus melakukan tanggung jawab yang dituntut oleh orang lain. Misalnya di sini adalah sekolah, nah guru mendidik, menuntut dia untuk belajar dan melakukan pekerjaan rumahnya jadi anak-anak ini dituntut untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain yang tidak berkaitan langsung dengan diri dia. Misalnya si orang tua meminta kepada si anak yang berusia 14 tahun untuk mengantarkan adiknya ke tempat tertentu, ke warung membeli barang dan sebagainya, tidak ada kepentingannya sama sekali tetapi demi menolong adiknya. Nah si anak akan harus belajar bertanggung jawab untuk orang lain, bukan saja untuk dirinya.
(2) GS : Jadi Pak Paul kita mau bicara tentang proses pertumbuhan pada diri si anak, katakan itu sudah ditanamkan, ditumbuhkan oleh orang tuanya sampai pada tingkat anak. Kemudian dia menginjak ke masa remaja, tanggung jawab apa yang bisa diberikan orang tua kepada anak remaja?
PG : Yang sudah pasti adalah yang pertama anak-anak ini sudah harus bisa bertanggung jawab atas sekolahnya, jadi ini adalah salah satu hal yang penting. PR tidak lagi harus diberitahukan, diingtkan, dia sudah harus melakukannya sendiri.
Selain dari tanggung jawab sekolah, anak-anak juga dilibatkan untuk bertanggung jawab bagi kebutuhannya. Misalkan dia hendak membeli barang, ada pekerjaan sekolah yang harus dia lakukan dan dia harus membeli barang-barang tersebut. Pada masa kecil kita yang membelikannya buat si anak, tapi setelah dia berusia remaja dan dia bisa pergi sendiri kita mulai berkata engkau yang beli, jadi bukan lagi orang tua yang harus kerepotan ke toko buku membelikan karton dan sebagainya. Kita akan meminta si anak untuk pergi membelinya sendiri, hal seperti itu misalkan pelajarannya mulai menurun dan dia harus mendapatkan pelajaran tambahan atau les, nah bukan kita yang bertanggung jawab mencari-cari guru les yang bisa mereka hubungi dan sebagainya. Hal ini penting untuk dilakukan kalau tidak, bahkan untuk pelajaran sekolah si anak remaja itu tidak memiliki tanggung jawab dan dia merasa ini bukanlah tanggung jawab saya. Mama Papalah yang seharusnya mencarikan guru les buat saya dan sebagainya, nah jadi hal yang saya kira pertama dan utama yang kita perlu tanamkan pada anak-anak remaja ialah tanggung jawab untuk kehidupan akademiknya atau kehidupan bersekolahnya.
(3) GS : Sering kali Pak Paul yang kami hadapi itu anak remaja kalau dimintai tolong, misalnya mengangkatkan bak mandi atau apa dia menolak, Pak Paul, nah itu sebenarnya bagian dari tidak bertanggung jawabnya dia atau apa itu Pak Paul?
PG : Saya kira setiap orang tidak mau disusahkan, nah bagi si anak remaja melakukan hal tersebut menyusahkan dirinya, jadi ada kecenderungan manusia itu akan mengelak dari hal-hal yang akan menusahkan atau merepotkan dirinya.
Nah satu hal yang bisa kita lakukan adalah waktu kita menyuruh dia misalkan mengisi air, nah pada awal-awalnya kita mengajarkan hal itu, kita lakukan bersama dengan dia, kita menuangkan air bersama-sama dengan dia. Hal kedua kalau misalnya kita sudah lakukan itu dan dia sekarang diminta untuk melakukannya sendiri kita jangan tinggalkan dia sendirian di kamar mandi. Pada awal-awal itu kita juga berada di sekitar kamar mandi dan sering-sering bertanya, bagaimana airnya sudah penuh belum, capek belum dan sebagainya. Jadi kita mengajak dia terlibat bukan meninggalkan dia sendirian di dalam pekerjaannya.
GS : Tapi masalahnya insidentil, Pak Paul, jadi suatu kegiatan di mana orang tuanya membutuhkan bantuan si anak ini yang sifatnya hanya untuk kali itu dan anak ini menolak karena dia bilang, saya mau pergi dengan teman saya dan sebagainya. Si ibu yang minta tolong pada anak remaja ini menjadi sakit hati, dia mengatakan bahwa kamu kalau minta tolong saya maksa, sekarang saya minta tolong kamu untuk hal sepele saja tidak mau.
PG : Salah satu penyebabnya Pak Gunawan, saya tidak katakan ini satu-satunya penyebab tapi salah satu penyebab kenapa kecenderungan anak remaja menolak permintaan orang tua adalah timing. Jadi adang-kadang yang membuat masalah bukan pekerjaannya tapi kapan pekerjaan itu harus dilakukan.
Nah anak-anak kecil lain dengan anak-anak remaja, anak-anak kecil belum mempunyai rencana jam ini mau berbuat apa dan sebagainya, kebanyakan anak-anak remaja sudah memiliki timing. Kebanyakan anak remaja sekarang bersekolah dari pagi sampai jam 3-an hingga jam 4-an. Kebanyakan dari mereka sekarang sejak dari usia remaja sudah dipaksa oleh sistem kehidupan ini untuk mengatur waktu atau untuk merencanakan waktunya, karena memang tidak lagi terlalu banyak. Jadi cukup banyak di antara mereka itu sewaktu pulang sekolah sudah memikirkan akan melakukan apa dan apa, nah sudah tentu yang mereka rencanakan bukan saja mengerjakan PR tapi ada hal-hal yang bersifat rekreasi, yang menyegarkan yang bersifat sosialisasi yang akan mereka lakukan pula. Nah adakalanya perintah orang tua diberikan di waktu atau di timing di mana anak remaja itu merencanakan sesuatu yang lain, nah sering kali hal itu menjadi gangguan buatnya. Sebab kita perhatikan kalau dia sedang tidak mempunyai kegiatan apa-apa atau rencana apa-apa dia mungkin akan lebih bersedia membantu orang tuanya. Tapi kalau misalnya dia ingin pergi, misalnya pergi masih setengah jam lagi atau masih ada waktu dia sudah uring-uringan. Sebab ketakutannya adalah tugas ini tidak bisa diselesaikan tepat pada waktunya sehingga dia harus pergi, nah dalam hal seperti itu kita sebagai orang tua bertanya apakah engkau ada waktu sekarang, kalau ada waktu bisakah tolong ibu atau tolong bapak. Misalkan dia bilang saya merencanakan untuk ini dan ini, kita mulai menghitung-hitung jumlah waktunya dan misalkan kita hitung masih ada waktuny, boleh tidak saya minta 10 menit saja, engkau 'kan masih ada 10 menit untuk mempersiapkan dirimu sebelum engkau pergi dan sebagainya, kalau dia bilang OK! 10 menit saja, nah itu yang kita minta. Jadi dengan kata lain kita memang harus sensitif dengan jadwal kehidupan si anak remaja itu.
GS : Atau kadang-kadang ini Pak Paul, dia mau menyelesaikan tugas yang kita berikan atau tanggung jawab yang kita minta darinya tapi menurut cara dia, nah itu bisa ditolerir atau tidak?
PG : Nah itu adalah hal yang umum dilakukan oleh remaja, yakni melakukan tugas secepat mungkin, akhirnya mutu pekerjaannya asal-asalan, dengan kata lain dia melakukan itu hanya tujuannya agar cpat selesai, bukan untuk dinilai baik atau berhasil.
Nah yang bisa kita lakukan adalah begini, misalkan ada beberapa hal yang dia harus lakukan, nah daripada meminta dia melakukan beberapa hal, kita minta dia hanya melakukan satu hal, tapi kita minta melakukannya dengan baik. Dan standar baiknya kita beritahu dia, misalkan membereskan kamar, kita meminta dia untuk merapikan kamarnya, tapi kita harus beritahu secara spesifik apa itu yang kita inginkan; misalnya kita mau mainan-mainan ini ditaruh pada suatu tempat di sini. Kita harus beritahu dia, nah kadang kala sebagai orang tua kita terbiasa berkata bereskan kamarmu, tapi kita tidak spesifik mengutarakan tuntutan kita atau apa yang kita inginkan. Nah adakalanya anak-anak langsung membereskan dalam pengertian dia kesampingkan semua barang-barangnya.
GS : Tapi biasanya ini ibu-ibu yang sudah membersihkan kamar anak itu tadi yang sudah remaja. Nah itu semacam contoh Pak Paul, kalau membersihkan kamar itu ya seperti ini tapi tidak spesifik memang yang tadi Pak Paul katakan mainannya dan sebagainya, tapi coba lihat ibu membersihkan kamarmu dan lain kali buat seperti ini. Tapi pola pikirnya si remaja ini lain lagi.
PG : Yang kita harus sadari Pak Gunawan, membentuk anak itu tidak hanya berlaku 1 bulan atau 1 tahun, jadi itu akan menuntut misalnya waktu selama 5, 6 tahun pada usia remajanya itu. Berarti teus-menerus harus kita katakan itu yang pertama yang harus kita sadari.
Yang kedua adalah meskipun kita berkata lakukanlah seperti yang ibu lakukan sekarang, keesokan harinya kecenderungannya akan ada 2, 3 hal yang tertinggal yang tidak dia lakukan. Nah daripada kita berkata kamarmu tetap tidak beres, berantakan dan sebagainya lebih baik si ibu masuk kamar dan berkata ini belum beres, ini harus di sini jadi kita tunjukkan satu persatu hal yang memang dia harus lakukan, keesokan harinya juga sama. Waktu masih ada yang kurang, kita hanya menunjuk yang kurangnya tapi tidak lagi melabelkan kamarmu tidak beres atau berantakan, jadi kita tunjukkan secara spesifik.
GS : Biasanya ibunya itu sudah tidak sabar lagi sudah langsung dibetulkan sendiri, sambil ngomel-ngomel pasti.
PG : Memang harus menyadari bahwa ini akan memakan waktu bertahun-tahun, contoh yang sederhana menaruh handuk digantungan handuk. Nah di rumah kami handuk itu memang harus ditaruh di gantungan anduk, anak-anak sudah diberitahu tidak tahu berapa puluh kali agar menaruh handuk yang benar.
Kecenderungannya Pak Gunawan sebelum saya sempat ngomong handuk itu sudah dilempar ke tempat handuk, yang harus saya lakukan adalah handuk ditaruh lebih rapi harus saya katakan terus-menerus seperti itu. Nah hasilnya apa, hasilnya pasti ada kemungkinan besar tidak bisa kita lihat sekarang, tapi waktu nanti dia tinggal sendiri atau dia nanti sudah menikah tanpa disadari bakat atau pengetahuan atau kecenderungan tersebut akan ada pada dirinya. Dia akan membereskan handuk dengan baik dan sewaktu istrinya atau suaminya menaruh handuk sembarangan dia akan bereaksi tiba-tiba tanpa disuruh dia akan bereaksi kenapa handukmu dilempar saja, jadi akan ada hasilnya.
GS : Cuma memang perlu diingatkan dan diingatkan terus ya Pak Paul?
(4) GS : Nah sekarang kalau anak itu sudah meningkat lebih dewasa lagi, memasuki usia pemuda hal-hal apa yang akan diajarkan kepada pemuda itu?
PG : Satu hal yang kita perlu tanamkan adalah bertanggung jawab atas emosinya, nah ini adalah orang tua kadang kala tidak begitu perhatikan. Emosi sesuatu yang menjadi milik si anak tersebut mialnya emosi marahnya, emosi sedihnya, nah dia harus bertanggung jawab dalam pengertian dia harus melakukan sesuatu, dia tidak bisa dikuasai oleh emosi-emosi tersebut.
Kita memberikan izin kepadanya untuk sedih, untuk marah dan sebagainya tapi waktu dia sedih jangan sampai dia mengurung diri berjam-jam di kamar. Waktu dia marah dia tidak boleh membuang atau membanting barang seenaknya, jadi kita mulai mengajarkan tanggung jawab atas emosinya dan dampak emosinya pada orang lain, anak-anak remaja atau pemuda ini harus sadari. Bahwa waktu dia tidak mau bertemu temannya karena sedikit menjengkelkan dia, temannya akan marah dan temannya kemungkinan besar tidak mau untuk mengunjunginya. Dia harus menyadari dampak emosinya itu pada orang lain dan dia harus bertanggung jawab, sebab ada kecenderungan si anak yang sudah remaja atau dewasa awal ini akan menyalahkan temannya. Dia yang tidak mau ke rumah saya, dia yang berbeda sekarang, dia yang meninggalkan saya dan sebagainya. Nah orang tua yang jeli akan dapat menempatkan masalah dalam perspektif yang baik, orang tua bisa berkata lihat kenapa dia tidak mau begitu apa mungkin ada hal-hal yang tidak dia sukai tentang perbuatanmu. Nah anak-anak akan cenderung berkata apa, tidak ada yang saya lakukan yang tidak benar, dianya memang yang berubah, dianya memang yang sekarang tidak mau main lagi dengan saya dan sebagainya. Nah kita mau soroti mungkin ada yang engkau lakukan yang akhirnya melukai hati temanmu, jadi dia harus bertanggung jawab atas dirinya, atas dampak perbuatannya pada orang lain, atas dampak emosinya atau cetusan emosinya pada orang lain. Nah dengan cara itulah kita akan menyempurnakan pertumbuhan tanggung jawab pada dirinya, puncaknya adalah anak akhirnya juga akan dituntut bertanggung jawab untuk kehidupan rohaninya. Pada masa-masa kecil kita yang mengajarkan dia berdoa, mengajak dia ke gereja, mengajak dia untuk beribadah di rumah dan sebagainya, menyuruh dia membaca Alkitab, bersaat teduh itu semua hal-hal yang akan ditekankan oleh orang tua pada anak yang masih kecil. Namun setelah anak menginjak dewasa hal-hal seperti ini kita harus kembalikan pada si anak, tergantung padamu sekarang mau mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan atau jauh, mau hidup di dalam Tuhan atau di luar Tuhan. Engkau tidak bisa lagi hidup bergantung kepada orang lain ini adalah antara engkau dan Tuhan. Jadi tanggung jawab terakhir yang harus kita sadari pada anak sebelum dia meninggalkan rumah kita adalah dia bertanggung jawab kepada Tuhan dan hubungan seperti apakah yang dia akan miliki dengan Tuhan benar-benar berada pada tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab orang lain.
GS : Tapi itu semua dirintis sedini mungkin Pak Paul, juga bertanggung jawab dalam hal keuangan yang dia miliki?
PG : Betul, jadi salah satu hal dalam pertumbuhan tanggung jawab pada usia-usia dewasa awal adalah dalam hal keuangan Pak Gunawan. Yang kita mulai rintis sejak kecil, kita memberikan uang jajandan kita tanyakan untuk apa, apa yang dia belanjakan tadi, nah kita mulai mengajarkan dia apa yang berguna, apa yang tidak berguna dan sebagainya, sehingga dia mulai bisa memegang uang dan menggunakan uang itu dengan bijaksana.
GS : Mungkin juga bertanggung jawab di dalam merintis kariernya, Pak Paul?
PG : Betul, merintis kariernya dalam pengertian dia bertanggung jawab atas pilihan studinya juga, kebutuhan-kebutuhan dia harus bekerja, nah itu memang akhirnya akan kita dorong. Tapi sebetulny dari kecil kalau kita sudah menanamkan tanggung jawab itu dengan otomatis saya dapat katakan tanggung jawab untuk memilih pekerjaan dan sebagainya akan muncul pada dirinya.
Yang sering kali akhirnya tidak bergerak adalah anak-anak yang memang terlalu menerima semuanya karena disediakan oleh orang tua, sehingga jarang sekali untuk melatih diri bertanggung jawab.
GS : Juga dalam hubungan khususnya dengan pacar dan sebagainya itu 'kan menuntut tanggung jawab juga, dari seorang pemuda.
PG : Betul, nah ini berkaitan dengan tanggung jawab emosionalnya bahwa dia akan mempengaruhi kehidupan orang lain. Dan kebalikannya juga penting yaitu orang lain akan mempercayai dirinya karenadia bertanggung jawab.
Nah dengan kata lain kalau kita menanamkan tanggung jawab dengan benar pada masa-masa kecilnya dia menjadi orang yang bertanggung jawab dengan tugas dan pekerjaannya, dengan dirinya dan perbuatannya dan hasilnya dia akan nikmati sendiri. Yaitu akan ada respons dari orang-orang dari teman-teman disekitarnya, di mana mereka itu akan mempercayai dirinya, nah ini akan mendorong dia untuk makin bertanggung jawab, karena diberikan kepercayaan yang begitu besar oleh orang-orang lain.
GS : Nah di dalam proses pertumbuhan ini Pak Paul apa yang firman Tuhan itu katakan?
PG : Saya akan bacakan dari Amsal 12:9, "Lebih baik menjadi orang kecil tetapi bekerja untuk diri sendiri, daripada berlagak orang besar tapi kekurangan makan." Nah, firmanTuhan yang kita baca ini sebetulnya menekankan pertama seseorang itu harus bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.
Janganlah sampai dia yang kecil mencoba-coba akan menjadi besar itu tidak akan pas dengan dirinya. Nah ini berkaitan langsung dengan tanggung jawab Pak Gunawan, karena orang ini menjadi orang yang memang mengerti porsi dirinya dan dia bertanggung jawab atas porsi dirinya yang memang segitu. Jangan sampai dia menganggap dirinya begitu besar sehingga akhirnya dia juga tidak bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan betul. Yang kedua adalah Alkitab mengatakan penting sekali bekerja untuk diri sendiri, di sini artinya Alkitab mendorong kita untuk memenuhi kebutuhan diri kita dan jangan melemparkan tanggung jawab itu kepada orang lain. Nah ini bukan saja bagi saya, bukan saja untuk hal-hal yang bersifat fisik tapi untuk segala hal. Kita mau menjadi orang yang dikasihi orang, mengasihi orang kita harus baik kepada orang, kita harus ramah pada orang, kita mau diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Jadi sekali lagi kalau kita mau mendapatkannya kita harus bekerja untuk itu, tidak mendapatkan dengan cuma-cuma, ini yang perlu kita tekankan pada anak-anak dan ini yang Tuhan ajarkan pada kita pula.
(5) GS : Nah di dalam rangka menjadi dirinya sendiri dan berusaha melakukan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, ada kemungkinan seseorang itu gagal melakukan tanggung jawabnya Pak Paul, apalagi kalau dia sudah memasuki masa pemuda, dewasa dini, nah itu sebenarnya bagaimana sikap orang tua dan sikap dia sendiri sebenarnya menghadapi kegagalan itu?
PG : Ada 3 prinsip Pak Gunawan, yang dapat kita tekankan pertama adalah berikan penghargaan untuk keberhasilannya. Jadi sewaktu anak berhasil melakukan sesuatu ya, tanggung jawab yang kita embakan kepadanya, berikan dia penghargaan, ucapkan pujian kita, jangan ragu-ragu memujinya.
Kalau dia gagal beri dorongan jangan kita malahan menghinanya, melecehkannya. Justru untuk kegagalan yang telah diusahakan beri dia dorongan, jangan sampai dia kecil hati, lain kali coba lagi. Namun beri sanksi untuk kelalaiannya untuk hal-hal yang dia seharusnya lakukan tapi dia sengaja melalaikan tanggung jawab itu kita harus berikan sanksi, alias kalau perlu berikan hukuman, jadi berikan ketiga hal ini.
GS : Juga kalau dia sudah dewasa Pak Paul, sudah pemuda harus ada sanksi?
PG : Sama, sanksi itu mungkin datang dari kita atau datang langsung dari lingkungannya. Waktu dia bertindak semau-maunya kepada si pacarnya, pacarnya akan meninggalkan dirinya, nah kita katakanini adalah sanksi yang harus engkau tanggung, karena engkau melalaikan dia, cinta harus dipupuk berdua, tidak sendirian seperti itu.
GS : Jadi memang tanggung jawab itu rupanya tumbuh dalam bentuk suatu proses yang harus diawali sejak dini Pak Paul. Tapi apakah ada kemungkinan seseorang itu setelah dewasa menjadi orang yang tidak bertanggung jawab?
PG : Segala kemungkinan ada tapi saya kira kecil, sebab dia tidak akan merasa nyaman dengan dirinya yang tidak bertanggung jawab.
GS : Karena sudah terbiasa sejak kecil sudah bertanggung jawab.
GS : Nah para pendengar yang kami kasihi demikianlah tadi kami telah persembahkan sebuah perbincangan ke hadapan Anda tentang "Proses Pertumbuhan Tanggung Jawab." Dan pembicaraan ini kami lakukan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 54 B
- Apakah yang menyebabkan tanggung jawab seseorang dinilai rendah…?
- Tanggung jawab apakah yang dapat diberikan orang tua kepada anak remaja…?
- Apakah yang menyebabkan kecenderungan anak remaja menolak kalau dimintai tolong…?
- Tanggung jawab apakah yang dapat diberikan orang tua kepada anak yang memasuki usia pemuda….?
- Bagaimana sikap orang tua maupun anak menghadapi kegagalan dalam rangka melaksanakan tanggung jawab…?