Pribadi yang Disatukan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T021B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dalam pengertian tetap mempertahankan pribadi masing-masing atau diri masing-masing tapi dia akan belajar hidup dengan yang lainnya. Dan dalam hal ini tidak bisa tidak harus ada perubahan gaya hidup, tingkah laku, tutur kata dan lain sebagainya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada anggapan bahwa setelah kita menikah maka dua kepribadian yaitu suami-istri itu menjadi satu, dalam pengertian masing-masing kehilangan pribadinya atau dirinya. Sesungguhnya yang terjadi adalah bukannya dua orang itu membentuk suatu pribadi yang baru, tetapi dua orang itu tetap mempertahankan pribadi masing-masing atau diri masing-masing tapi dia akan belajar hidup bersama dengan yang lainnya. Jadi dalam hubungan ini tidak bisa tidak harus ada yang namanya prubahan, perubahan gaya hidup, perubahan tutur kata dan juga harus ada unsur penahanan diri. Kepribadian adalah sesuatu yang unik tentang diri kita, misalkan orang yang bersifat sanguin atau yang lebih bersifat melankolik. Keunikan tidak harus diubah sewaktu kita menikah dengan pasangan kita, yang tidak sehat justru adalah gara-gara kita menikah kita ini harus mengubah kepribadian kita.

Penyesuaian kepribadian dengan pasangan kita memerlukan proses yang berlangsung seumur hidup, namun yang paling berat adalah

  1. Lima tahun pertama dan tiga tahun pertama setelah kita menikah. Ini adalah tahap penyesuaian, karena dua orang berkumpul dalam satu rumah dan harus menyesuaikan diri.

  2. Tahap kedua adalah kira-kira usia sekitar 45 hingga 55 atau usia setengah baya, pada usia ini kita kehilangan peran sebagai orangtua, anak-anak sudah mulai besar, anak-anak sudah ada yang menikah. Kita kehilangan peran sebagai seorang ayah atau ibu, sebagai suami dan istri dan kita harus kembali menyesuaikan diri sebagai orang yang tiba-tiba kehilangan peran, dan menyesuaikan diri, hidup lagi dengan istri atau suami kita.

Yang dimaksud dengan pribadi adalah diri, sedangkan kepribadian adalah ciri yang khas atau sifat-sifat yang khas, yang terkandung dalam diri kita itu. Istilah karakter dan kepribadian secara bergantian digunakan orang. Namun di sini karakter itu secara rohani dan kepribadian itu secara psikologis. Karakter rohani termaktub dalam Galatia 5:22,23, "Buah Roh Kudus ialah kasih, sukacita, kemurahan, penguasaan diri, kesetiaan.... nah setiap orang kristen seharusnya memiliki karakter kristiani.

Dalam pernikahan kita harus menghargai kepribadian pasangan kita yang memang tidak sama. Untuk bisa menyatukan kepribadian itu dalam satu wadah pernikahan, yang diperlukan adalah karakter kristiani kita. Jadi tidak peduli kita ini sanguin, plegmatik, melankolik, atau kolerik yang paling penting adalah apakah kita bisa menumbuhkembangkan buah Roh Kudus, apakah kita bisa menjadi suami yang sabar, apakah kita bisa menjadi istri yang bisa menguasai diri, apakah kita bisa menjadi pasangan yang murah hati, apakah kita bisa menjadi suami-istri yang setia terhadap satu sama lain. Jadi akhirnya yang paling penting adalah karakter kristiani, yang perlu kita tumbuhkembangkan, kita tidak usah berupaya mengubah kepribadian pasangan kita.

Roma 13:8, "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia dia sudah memenuhi hukum taurat." Untuk memadukan dua pribadi dalam satu pernikahan tidak bisa tidak harus punya kekuatan Tuhan untuk bisa mengasihi dan akhirnya kita baru bisa menerima dan buah-buah Roh Kudus lainnya bisa tumbuh dengan bebas.