Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idayanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang Pernak-Pernik Perjodohan. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, memang beberapa waktu yang lalu kita pernah membahas tentang perjodohan, tapi rupanya memang ada banyak hal yang harus dibicarakan dan itu terbukti ada tanggapan dari pendengar yang menanyakan beberapa hal yang tentunya baik untuk kita perbincangkan pada kesempatan kali ini. Antara lain yang ditanyakan itu adalah apa artinya kalau orang berbicara bahwa jodoh itu di tangan Tuhan, sebenarnya apa maksudnya?
PG : Saya kira konsep yang berlaku di masyarakat adalah bahwa Tuhanlah yang menentukan dan menyediakan jodoh kita secara langsung. Maksudnya secara langsung ibaratnya kalau kita berdoa memohon gar Tuhan menyediakan pekerjaan kepada kita, keesokan harinya kita mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan tersebut.
Kita dapat dengan hati nurani yang tenang berkata Tuhanlah yang menyediakan pekerjaan itu, saya kira adakalanya kita mempunyai anggapan seperti itu tentang jodoh adalah di tangan Tuhan. Seolah-olah Tuhanlah yang langsung menyediakan jodoh itu, sama seperti Tuhan menyediakan pekerjaan yang kita minta. Untuk bisa menjawab pertanyaan itu dengan lebih tuntas, Pak Gunawan, saya pertama-tama ingin memberikan penjelasan tentang cara kerja Tuhan. Yang pertama, Tuhan bisa bekerja melalui penetapan yang langsung, maksudnya misalkan waktu Tuhan menciptakan alam semesta ini terjadilah siang, malam, matahari, dan sebagainya, itu adalah kerja Tuhan yang langsung terjadi. Adakalanya Tuhan melakukan pekerjaanNya secara tidak langsung, namun melalui kondisi atau situasi yang tertentu. Yang saya maksud di sini misalkan di Kisah Para Rasul pada waktu Petrus berkhotbah kepada orang-orang Israel dan kepada orang-orang dari negeri lain yang berkumpul pada hari Pentakosta. Petrus di situ memberikan penjelasan bahwa waktu kalian membunuh Yesus, itu sebetulnya dalam rencana Allah. Nah, dari perkataan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kondisi atau situasi membuat Tuhan Yesus dibunuh atau terbunuh oleh orang-orang yang tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Mereka berpikir mereka membunuh seseorang yang bernama Yesus karena Dia mengaku sebagai Anak Allah, namun tanpa mereka sadari sebetulnya mereka menggenapi rencana Allah bahwa memang Yesus harus mati untuk menebus dosa-dosa kita. Nah, itu yang saya maksud dengan cara kerja Tuhan yang tidak langsung namun melalui kondisi tertentu. Yang ketiga adalah Tuhan bekerja secara tidak langsung namun tanpa kondisi, misalkan Tuhan sudah menetapkan bahwa manusia akan makan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang Tuhan sediakan buat kita. Tuhan sudah menetapkan bahwa akan ada matahari yang bersinar dan bulan yang bersinar dan akan ada air yang terus-menerus merupakan bagian dari kehidupan atau ekosistem dalam hidup ini. Hal-hal seperti itu sudah terjadi dan Tuhan tetapkan untuk terus berlangsung secara alamiah. Dalam kategori ini saya bisa memasukkan pernikahan atau perjodohan, yang saya maksud di sini adalah perjodohan merupakan cara kerja Tuhan yang tidak langsung dan tanpa harus adanya suatu kondisi tertentu. Perjodohan adalah sesuatu yang memang merupakan bagian alamiah dalam kehidupan manusia. Waktu manusia bertemu seseorang, dia tertarik kepadanya dan dia akan berusaha mendekati orang tersebut dan akhirnya mereka membangun suatu rumah tangga bersama. Jadi dalam kontak ini kita berkata Tuhanlah yang menentukan secara langsung, Tuhan menentukan secara tidak langsung namun dengan kondisi tertentu. Dan yang ketiga Tuhan menentukan dengan tidak langsung dan tanpa kondisi tertentu, ketiga-tiganya tetap mengandung pimpinan Tuhan, tidak ada yang lepas dari pimpinan Tuhan. Namun yang paling akhir tadi yang saya maksud pimpinan Tuhan tidak langsung dan tanpa kondisi memang memberikan ruang gerak yang sangat besar kepada manusia untuk mengambil keputusan, siapakah jodoh yang ingin dinikahinya. Nah, Tuhan hanya memberikan kita dua rambu yang sangat-sangat jelas di firman Tuhan. Yang pertama misalkan kita bisa melihat di
1 Korintus 7:39 di mana dikatakan oleh Paulus bahwa janda-janda itu yang sudah kehilangan suaminya bebas menikah dengan siapa saja asalkan sesama orang percaya. Alasannya dibahas di
2 Korintus 6 di mana di sana dikatakan bahwa kita tidak boleh berpasangan dengan orang yang tidak seiman dengan kita. Alasannya di pasal ke 6 itu juga yang dikatakan, orang yang tidak seiman mempunyai tujuan hidup yang berbeda dari kita, tujuan hidup kita sebagai orang percaya adalah menyenangkan hati Tuhan. Dan secara status di pasal 5 ayat 17 dari
2 Korintus itu disebut juga kita adalah ciptaan yang baru, orang yang tidak dalam Tuhan Yesus bukanlah ciptaan yang baru di mataNya. Jadi kita tidak bisa dan tidak boleh berpasangan dengan yang tidak seiman, jadi rambu yang Tuhan tetapkan itu sesama orang percaya. Dan rambu yang kedua kita bisa menariknya di kitab
Kejadian 2:18 yaitu Tuhan menciptakan Hawa sebagai seorang penolong yang sepadan bagi Adam. Artinya hubungan nikah, haruslah menjadi hubungan saling tolong, yang cocok. Dalam dua rambu itu Tuhan memberikan kebebasan untuk menyukai, mencintai dan hidup bersama dengan orang tersebut. Nah dalam kategori itulah kita melihat perjodohan di tangan Tuhan.
GS : Tapi mungkin yang menjadi masalah justru karena Tuhan memberikan peluang yang lebih besar itu Pak Paul, di mana unsur emosi dan sebagainya itu masuk di sana, lalu yang menjadi pertanyaan adalah peran manusia itu sendiri, peran kita sampai di mana karena ruang geraknya itu terlalu bebas?
PG : Sudah tentu peran manusia yang pertama adalah dia harus meminta pimpinan Tuhan. Sebagai orang Kristen kita percaya dan kita tahu bahwa tidak ada hal yang terjadi pada kita di luar kedaulatn, kekuasaan dan kehendak Tuhan.
Jadi hal yang tidak mengenakkan sekalipun, tetap terjadi dalam kehendak dan naungan Tuhan. Kadang-kadang susah kita terima ya, namun yang ingin saya tegaskan adalah bahwa sebagai orang percaya kita tahu Tuhan itu memimpin kehidupan kita sehingga yang terjadi pun di dalam kehendak Tuhan. Dengan siapa kita bertemu itu memang selalu dalam naungan Tuhan, apakah itu berarti bahwa waktu kita bertemu dengan seseorang kita langsung menabraknya dan berkata Tuhan yang menghadirkan orang itu kepada kita. Tidak, kita harus berdoa meminta pimpinan Tuhan, namun yang kedua kita harus menaati yang telah Dia tetapkan dengan jelas. Misalkan Dia meminta kita menikah dengan sesama orang percaya dan itu tidak bisa kita tawar-tawar dan berkata saya mendapatkan pimpinan Roh Tuhan yang berbeda, sehingga saya harus menikahi orang yang belum percaya, itu tidak bisa. Jadi hukum Tuhan yang tertulis merupakan standar acuan kita yang paling dasar, Tuhan meminta kita memilih pasangan hidup yang cocok, yang saling menolong. Kalau kita rasakan tidak cocok, tidak saling menolong, kita harus juga berkata ini bukan pasangan hidup saya. Jadi yang pertama, apa yang perlu dilakukan oleh manusia, kita harus meminta pimpinan Tuhan, yang kedua kita harus menaati perintah Tuhan yang tertulis dan yang sudah jelas. Nah, yang ketiga peranannya adalah kita memang harus mencari orang yang sesuai dan yang cocok dengan kita, sehingga hubungan kita itu menjadi hubungan yang penuh dengan saling tolong-menolong.
IR : Tadi Pak Paul mengatakan bahwa segala sesuatunya itu ada dalam kedaulatan Tuhan, tapi kalau seseorang itu melawan kehendak Tuhan dan akhirnya mencari pasangan yang tidak seiman dan akhirnya jadi. Apakah itu termasuk kehendak Tuhan atau karena orang itu mengeraskan hati?
PG : Saya akan berkesimpulan orang itu mengeraskan hati. Jadi dalam kasus tersebut misalkan orang itu menikah, saya berkata dalam peristiwa ini Tuhan membiarkan dia, bukannya Tuhan menghendaki ernikahan terjadi.
Memang jadi dalam kehendak Tuhan kita melihat ada beberapa sisi atau beberapa lapisan, ada yang langsung merupakan kehendak Tuhan dan memang Tuhan kehendaki itu harus terjadi. Ada yang Tuhan izinkan terjadi meskipun dalam kehendak Tuhan, dan yang ketiga yang paling rendah adalah Tuhan membiarkan hal itu terjadi meskipun melawan kehendak Dia. Jadi yang pertama dan kedua Tuhan menetapkan kehendakNya dan yang kedua Tuhan mengizinkan itu masih dalam kategori kehendak Tuhan sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun yang ketiga Tuhan membiarkan, biasanya itu mengandung konotasi hal yang melawan kehendak Tuhan, tapi tetap Tuhan biarkan. Nah orang yang menikah dengan yang tidak seiman memang Tuhan biarkan.
IR : Tapi tidak menutup kemungkinan, mungkin suatu saat juga bisa bertobat, Pak Paul?
PG : Betul, jadi kalau kita membicarakan tentang apakah ada kemungkinan, jawabannya selalu akan ada kemungkinan. Tapi sekali lagi prinsipnya adalah kita tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar,bahwa kita mau menikah dengan orang tersebut karena bukankah ada kemungkinan orang itu akan bertobat di kemudian hari.
Kita harus mengambil keputusan yang sesuai dengan yang sudah Tuhan telah tetapkan, sebab bagaimana kalau orang itu tidak bertobat, itu menjadi masalah dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya.
(2) GS :Yang juga seringkali menjadi pertanyaan sehubungan dengan hal mencari kehendak Tuhan adalah bagaimana kita bisa tahu bahwa memang orang ini yang disediakan oleh Tuhan bagi kita atau sebagai pasangan hidup kita, Pak Paul?
PG : Pertanyaan ini seringkali diajukan dan saya melihat pertanyaan ini sebagai itikad baik dari begitu banyak anak-anak Tuhan. Jangan sampai kita ini salah memilih, kita mau berhati-hati dan bsa mencerna kehendak Tuhan dengan tepat.
Sekali lagi yang pertama tadi sudah saya singgung, kalau kita bersama dengan orang-orang yang bukan sesama orang percaya kita tidak usah repot-repot berdoa dua hari dua malam menanyakan kehendak Tuhan. Sudah pasti bukan kehendak Tuhan, karena Tuhan tidak akan melawan kehendak yang sudah Dia tuliskan. Kedua, Tuhan meminta kita mencari pasangan yang cocok dengan kita untuk saling menolong, sebab sebetulnya kalau kita melihat pernikahan dan kalau kita mau memandangnya dari sudut yang pragmatis atau praktis, bukankah pernikahan itu sebetulnya suatu hubungan tolong-menolong. Ujung-ujungnya pernikahan merupakan hubungan tolong-menolong, jadi kalau seseorang bisa merasakan menolong dan ditolong itu merupakan suatu tanda adanya kecocokan dalam hubungan mereka itu. Kecocokan memang bersifat sangat luas sekali, dalam hal ini perlu waktu untuk melihat dan menguji apakah kecocokan itu bisa benar-benar diterapkan dalam sebanyak-banyaknya aspek kehidupan mereka. Kalau cocoknya hanya ngobrol-ngobrol dalam hal yang menyenangkan, tapi untuk hal-hal yang sulit berkelahi, itu berarti tidak cocok untuk aspek yang lebih serius. Cocoknya hanya untuk ramai-ramai, rekreasi, seru, cerita, tertawa-tertawa cocok, di luar itu membicarakan keputusan-keputusan yang harus diambil mereka bertengkar. Jadi kecocokan harus meresap ke dalam semua aspek kehidupan, untuk itu memang diperlukan waktu yang panjang, jadi biarlah waktu berjalan sehingga kecocokan itu bisa diuji coba dalam segenap aspek kehidupan kita. Yang berikutnya lagi biasanya saya gunakan tanda atau konfirmasi dari sesama orang percaya, kalau teman-teman sesama orang percaya memberikan kita konfirmasi cocok memang, sesuai dengan kita, itu bagi saya suatu sumbangsih juga yang menguatkan kita. Misalkan juga berapa sering kita bertengkar, apakah kita sering bertengkarnya daripada berbaikan, apakah kita harus menjadi diri orang lain kalau bersama dengan pacar kita, apakah kita kehilangan diri kita waktu bersama dengan dia. Karena dia mempunyai permintaan yang tidak sama dengan yang kita inginkan ataukah kita justru merasa kita ini terus-menerus harus memberi, kita tidak menerima dari hubungan itu, hubungan itu menjadi hubungan yang tidak seimbang. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa sebetulnya ada banyak faktor yang harus kita pertimbangkan untuk bisa berkata inilah kehendak Tuhan, inilah jodohku sesuai dengan yang Tuhan desain untuk saya. Jadi kalau orang mengharapkan jawaban yang lurus, yang sederhana saya kira saya tidak punya jawaban seperti itu. Jadi menentukan pasangan hidup memang merupakan suatu proses yang kompleks dan panjang. Semuanya harus disatukan secara konsisten, setelah konsisten barulah kita akan mendapatkan damai dalam hati kita untuk melangkah masuk ke dalam mahligai pernikahan.
GS : Ya memang sulit ada satu kasus yang pernah ada, yang saya tahu dengan betul, kedua orang itu seiman itu sudah pasti, kelihatan cocok setelah berpacaran selama 1, 2 tahun mereka tidak ada masalah. Tetapi pada tahun yang kedua itu tiba-tiba orang tua dari pihak perempuan tidak menyetujui hubungan mereka dan akhirnya mereka berpisah dengan baik-baik. Selama dua tahun kedua-duanya yakin ini kehendak Tuhan hanya tinggal tunggu waktu saja untuk melangsungkan pernikahan, tapi akhirnya batal sehingga kedua-duanya kehilangan kepercayaan bahwa apa yang diyakini selama ini sebagai kehendak Tuhan itu cuma semu saja. Bagaimana cara kita menolong dalam kasus seperti itu?
PG : Dalam kasus itu saya kira kita bisa melihat bahwa konsep kehendak Tuhan yang keliru akan membawa kebingungan di dalam hidup kita. Saya seringkali melihat hal seperti itu Pak Gunawan, karen itu tadi waktu Pak Gunawan menanyakan pertanyaan pertama apakah jodoh itu di tangan Tuhan, ini adalah konsep yang memang beredar dengan begitu meluasnya di tengah-tengah kita.
Saya perlu menjelaskan secara spesifik apa yang saya maksud dengan perjodohan di tangan Tuhan, saya tidak berniat memberikan jawaban yang memudahkan, sebab akhirnya saya kira kita bisa kecewa. Misalkan kita dengan begitu naif menyimpulkan ini kehendak Tuhan karena apa, misalnya sesama orang Kristen dan kita menganggap dia cinta Tuhan, saya cinta Tuhan, setelah 3 bulan kita langsung menikah. Setelah menikah baru kita sadari bahwa orang ini mengapa sangat berbeda dari saya, saya tidak mengerti dia, dia tidak mengerti saya, kalau berkomunikasi tidak pernah ketemu, hanya bisa bertemu kalau bicaranya tentang Tuhan. Bicara hal yang lain misalnya belanja, beli rumah, makanan pasti bertengkar, hanya bicara tentang Tuhanlah baru tidak bertengkar. Di sini kita melihat bahwa kecocokan itu sangat sempit, hanya di dalam hal-hal rohani. Tapi hidup bukan hanya hal-hal rohani, hidup itu mencakup cakupan yang lebih luas, nah apakah itu kehendak Tuhan, saya menyimpulkan ya bukan. Jadi orang tersebut yang 2 tahun berpacaran kemudian orang tuanya berkata tidak ini bukan jodohmu apakah itu pasti kehendak Tuhan, saya belum bisa mengatakannya. Yang manakah yang kehendak Tuhan itu, yang dua tahun pertama ataukah keputusan orang tuanya. Saya belum bisa pastikan, sebab saya harus mengetahui lebih detail kenapa orang tuanya berkeberatan, apakah memang mereka mempunyai alasan yang sangat tepat untuk melarang anak-anak mereka menikah.
GS : Ya katakan alasannya kurang tepat, nyatanya mereka patuh artinya lebih menempuh jalan tidak meneruskan hubungan mereka, supaya orang tuanya juga puas, begitu Pak Paul dan tidak mencari masalah di sana, lalu mereka jalan sendiri menikah dengan pasangan mereka masing-masing lagi.
PG : Dalam hal itu mereka jadinya mengambil keputusan. Menurut saya juga sangat sepihak, sebab mereka tidak lagi melihat aspek hubungan mereka yang sudah berjalan dengan begitu baik. Sekali lag saya tidak tahu kenapa orang tuanya tidak setuju dan itu menurut saya hal yang penting untuk diketahui.
Apakah memang benar beralasan, kalau memang berdasar dan anak-anak ini menyetujui, memang kami tidak cocok ya orang tua itu hanyalah memberikan stempel, melegitimasi memang kalian tidak cocok. Tapi ketidakcocokan itu sudah mereka rasakan sejak awalnya. Tapi kalau mereka cocok dalam hampir semua aspek kehidupan mereka dan hanya karena orang tua tidak setuju atas hal-hal yang tidak berdasar, saya kira mereka mengambil keputusan yang terlalu pagi, hanya demi menghormati keputusan orang tua mereka.
GS : Tetapi masalahnya pernikahan itu jadi kompleks Pak Paul, bukan hanya mereka berdua, ada pihak keluarga masing-masing yang terlibat di sana. Mereka mengatakan kalau dilanjutkan akan bertambah parah.
PG : Dalam hal itu saya akan berikan kebebasan, tidak apa-apa, sebab pernikahan memang adalah suatu hal yang serius, berlangsung seumur hidup dan mempengaruhi banyak orang dalam keluarga. Kalaukedua orang ini beranggapan dan akhirnya berkesimpulan lebih baik kami berpisah daripada seumur hidup membuat masalah bagi keluarga kami dan kami tidak siap untuk menghadapi resiko itu, ya lebih baik kami berpisah, saya pikir ya tidak apa-apa.
Dan menurut saya kalau itu yang terjadi, Tuhan pun tidak keberatan sebab saya lebih mempunyai prinsip dalam soal perjodohan memang Tuhan memberikan kita ruang gerak yang sangat besar, asalkan rambu-rambunya itu kita patuhi. Namun benar-benar sesuai dengan selera kita itu adalah hal yang luas.
IR : Bagaimana sebaliknya Pak Paul, kalau anak ini mengeraskan hati tetap melangsungkan hubungan mereka padahal kedua orang tuanya itu tidak setuju. Biasanya alasan orang tua karena anak ini tidak seiman, tapi kalau dia ingin tetap menikah, bagaimana sikap orang tuanya terhadap anaknya itu?
PG : Saya kira orang tua bisa dengan tegas berkata kami tidak menyetujui pernikahan ini, karena ini bukanlah pernikahan yang Tuhan berkati. Yang kedua adalah orang tua harus mengambil keputusanapakah orang tua akan memutuskan hubungan ini ataukah tetap menerima si anak.
Meskipun tidak menyetujui dengan tegas mengkomunikasikan itu kepada mereka, namun setelah itu apakah orang tua tetap mau menjalin hubungan sebagai orang tua dan anak, memang ini keputusan yang harus diambil oleh orang tua. Bagi saya orang tua yang dengan tegas menolak juga tidak apa-apa, orang tua berkata kami tidak setuju. Tapi kami tetap akan menjalin hubungan dengan kamu, karena kamu tetap anak kami, itupun juga baik. Jadi saya kira ini tergantung bagaimana orang tua menanggapi hal ini, boleh tegas tidak mau ikut campur dan tidak mau menghadiri pernikahan tersebut atau kita berkata kami tidak setuju tapi tetap kami menganggap kamu anak karena tidak ada yang bisa mengubah hal itu, bagi saya dua-duanya tidak apa-apa.
GS : Tapi baru-baru ini ada satu peristiwa, yang saya sendiri masih meragukan kebenarannya. Pasangannya memang belum seiman dari pihak yang perempuan orang Kristen, tapi yang laki belum. Menjelang pernikahan orang tua dari anak perempuan ini berkata kamu boleh menikah dengan anak saya asal kamu jadi orang Kristen, kamu dan segenap keluargamu, artinya orang tuanya juga. Nah saya yakin dengan terpaksa mereka itu jadi orang Kristen, dalam hal ini bagaimana Pak Paul?
PG : Saya pribadi juga cenderung beranggapan bahwa kemungkinan mereka menjadi Kristen dengan tulus itu kecil. Kemungkinan yang lebih besar adalah mereka mengikuti permintaan orang tua si wanitaitu menjadi orang Kristen dan saya sayangkan hal itu.
Jadi orang tua si wanita bagi saya akhirnya mengambil jalan pintas seolah-olah damai dihadapan Tuhan karena anaknya tetap dalam kehendak Tuhan, namun di pihak lain sebetulnya mungkin mereka pun sadar bahwa keluarga si pria ini tidaklah menjadi Kristen secara sukarela. Bagi saya buat apa itu, artinya hanya untuk menyenangkan hati orang tua dan dilihat orang sebagai hal yang baik.
GS : Masalahnya mereka itu sudah agak lama berpacaran. Jadi dari pihak si pria, keluarganya itu merasa kalau sampai bubar, bukan cuma sayang tetapi juga mereka merasa malu, Pak. Tuntutan itu mau tidak mau dipenuhi saja, mereka jadi orang Kristen, masuk ke gereja dan sebagainya diberkati di gereja. Tapi saya agak meragukan, terus terang yang tadi Pak Paul katakan ketulusan mereka untuk menjadi orang Kristen, jadi setengahnya terpaksa ya, Pak Paul?
PG : Betul mudah-mudahan dalam kasus tersebut anugerah Tuhan dilimpahkan kepada mereka, sehingga meskipun awalnya mereka terpaksa menjadi orang Kristen tapi akhirnya mereka mengerti cinta kasihTuhan dalam hidup mereka sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus.
GS : Alasan yang sama juga seringkali dikemukakan oleh pasangan-pasangan yang tidak seiman, jadi berharap kemurahan Tuhan itu berlaku atas pasangannya, suatu saat dia akan menjadi orang Kristen yang betul-betul lahir baru.
PG : Orang yang berprinsip seperti itu juga harus siap menghadapi resikonya kalau-kalau pasangannya tidak menjadi pengikut Kristus. Dia boleh berharap pada kemurahan Tuhan, tapi saya kira dia jga harus siap menghadapi kemungkinan yang satunya.
Memang Tuhan penuh anugerah, jadi meskipun anak Tuhan kadangkala nakal, adakalanya atau sering kita melihat Tuhan melimpahkan kemurahanNya, itu memang terjadi. Tapi sebagai anak yang mencintai dan taat kepada Tuhan, seharusnya kita tidak menggunakan hal tersebut untuk memaksakan kehendak kita. Jadi janganlah kita seolah-olah memanfaatkan kebaikan Tuhan untuk kepentingan kita, tetapi yang Tuhan inginkan kita ini menaati kehendakNya, itu yang lebih indah.
GS : Ini memang masih banyak hal Pak Paul yang harus kita bicarakan tentang pernak-pernik perjodohan, tapi mungkin kita akan bicarakan pada kesempatan yang lain. Namun sebelum kita mengakhiri pembicaraan ini saya rasa ada baiknya Pak Paul membacakan sebagian dari firman Tuhan yang memberikan bimbingan kepada kita.
PG : Saya akan bacakan dari Amsal 20:25 "Suatu jerat bagi manusia adalah kalau ia tanpa berpikir mengatakan kudus dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar." Di sini diteankan bahwa kita harus berpikir panjang sebelum memberikan stempel inilah kehendak Tuhan.
Sebelum memberikan stempel itu pasti untuk Tuhan dan dari Tuhan, Tuhan meminta kita menimbang-nimbang terlebih dahulu. Biarlah orang yang ingin menikah menimbang dulu sebelum memberikan stempel kudus atau ini dikuduskan Tuhan.
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan kehadapan Anda sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang pernak-pernik perjodohan. Dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami harapkan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.