Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pemuda dan Tantangannya", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, hidup sebagai pemuda memang banyak tantangannya. Kita pernah membicarakan beberapa waktu yang lalu bagaimana pemuda harus bergumul menentukan karier yang harus dia jalani atau profesi yang harus dia tekuni, tetapi selain profesi dan karier tentu ada masalah lain yaitu masalah menentukan pasangan hidup atau teman hidupnya. Nah ini 'kan merupakan bagian yang cukup sulit yang harus dihadapi oleh pemuda. Apa yang Pak Paul bisa berikan kepada kita semua itu Pak Paul?
PG : Pertama kita akan mencoba melihat dahulu tahapan sebelum masuk ke usia pemuda yakni usia remaja Pak Gunawan. Sebab apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya sudah mulai terjadi di masa reaja dan di masa remajalah kita meletakkan fondasinya.
Menurut seseorang bernama Erik Erikson, pada masa remaja seseorang itu berkesempatan membangun jati dirinya, siapakah dia itu. Nah, kalau dia berhasil menemukan dan membangun jati dirinya dia menjadi seseorang yang mantap. Dia tahu siapa dia di tengah-tengah kerumunan teman-temannya. Dia tidak terhilang di lautan teman. Tapi sebaliknya juga dia memiliki konsep diri yang juga realistik, sehingga dia tidak menjadi seseorang yang menonjol dan besar sendirian di tengah-tengah kerumunan temannya. Dengan kata lain dia tahu dirinya dengan pas, kekurangannya, kelebihannya, kebisaannya, keterbatasannya, dan dia bisa merangkul keduanya dengan luwes. Kalau dia bisa menemukan ini semuanya dia akan memasuki usia dewasa dan membangun yang kita sebut keintiman. Sebaliknya kalau dia tidak menemukan dirinya dan dia bingung terus dengan siapa dirinya waktu memasuki usia dewasa bukannya keintiman yang dia bangun malah dia mulailah menarik diri, mengisolasi diri dari orang-orang yang sebetulnya mau dekat dengan dia. Dengan kata lain Pak Gunawan, kita hanya berani intim atau dekat dengan orang kalau kita memiliki kepercayaan diri yang cukup, kalau kita tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup, kita takut dekat dengan orang. Kita takut nanti orang ini mengetahui siapa kita, nanti orang ini menolak mengetahui keterbatasan kita dan sebagainya. Nah, ada orang yang mengisolasi dirinya secara blak-blakan, menyendiri, tidak mau bertemu dengan orang, dan sebagainya, teman-temannya pun tidak ada. Tapi ada sebagian orang yang mengisolasi dirinya secara kamuflase tidak terlihat yaitu dia menjadi orang yang sebetulnya sosial, banyak teman, bergaul, namun semua pertemanannya itu sangat dangkal. Dia menutup pintu sehingga teman-temannya tidak bisa masuk dan mengenal siapa dia. Nah, apapun gaya atau caranya intinya adalah dia memisahkan diri dari lingkungannya sehingga tidak bisa menjalin keintiman. Nah, faktor ini yang akan berpengaruh besar nantinya dalam hal kesiapan seseorang untuk berkeluarga. Sebab berkeluarga menuntut satu syarat yaitu kemampuan kita untuk membagi hidup, untuk dekat dengan orang dan membiarkan orang dekat dengan kita.
GS : Ya sebagai orang tua kita tentunya mau melakukan sesuatu untuk menolong anak kita khususnya yang remaja dalam masa yang begitu sulit, tetapi apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua Pak Paul?
PG : Ini memang sedikit sulit Pak Gunawan, kalau orang tua baru menyadari masalah si anak tatkala anak sudah berusia belasan tahun atau bahkan 20 tahunan. Kenapa sulit, sebab memang biasanya ank-anak itu harus melewati tahapan-tahapan secara alamiah dan kita tidak bisa mengkarbitkannya.
Misalkan tadi saya sudah katakan bahwa apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya itu fondasinya sudah diletakkan di masa remaja, pembentukan jati dirinya itu. Tapi sesungguhnya juga sebelum masa remaja ada masa kanak-kanak dan di situpun masa kanak-kanak sebetulnya juga harus melewati tahapannya dengan baik. Karena kalau tidak akan mempengaruhi masa remajanya. Saya berikan contoh yang lebih kongkrit. Kalau seorang anak mempunyai banyak teman pada masa kecil masa SD misalkan. Dia akan mulai nyaman dia merasa nyaman berada dengan anak-anak lain. Dia diterima dia bisa bermain dengan mereka dia bisa bermain dengan adil, dengan jujur sehingga teman-temannya suka dengan dia. Sehingga dari masa SD dia sudah persahabatan dengan teman-teman. Memasuki masa-masa remaja SMP, SMA anak ini sudah sedikit banyak mengenal siapa dirinya, sehingga dia lebih bisa masuk juga dengan teman-temannya. Teman-temannya memberikan tanggapan lebih banyak lagi tentang siapa dia. Sehingga sekeluarnya dia dari masa remaja dia mempunyai gambaran yang lumayan jelas tentang siapa dia, kebisaan, ketidakbisaan, dan sebagainya. Nah, ini menjadi modal buat dia memasuki masa pemuda. Dia bisa dekat dengan orang karena dia berani dilihat apa adanya oleh teman-temannya. Sebaliknya kalau anak-anak itu dari kecil memang kurang mendapatkan bimbingan, minder, takut sama orang-orang dan orang tuanya juga tidak peduli tidak membimbingnya sehingga dia terus hidup seperti dalam rimba tersesat, tidak tahu arah. Memasuki masa remaja tambah tersesat. Nah, kalau misalkan teman-temannya memberikan pengaruh buruk dia masuk ke jalur yang buruk atau dia menjadi anak yang terlempar keluar dari lingkungannya. Nah misalkan dia tidak pernah punya teman, dengan lawan jenispun tidak ada pergaulan waktu memasuki usia pemuda orang tuanya baru sadar, nah itu memang sudah sedikit terlambat. Orang tua bisa berkata: "kamu pergi, kamu bergaul, kamu jangan di rumah saja", masalahnya si anak tidak berani dan dia tidak tahu bagaimana cara membangun sebuah pertemanan. Akhirnya dia lebih menarik diri, temannya bicara apa dianggapnya menghina dia, dianggapnya setiap orang sedang mau menyudutkan dia dan sebagainya. Jadi apa yang orang tua bisa lakukan, pada masa pemuda memang sudah sangat sedikit dan memang harus diawali pada masa-masa yang lebih kecil.
GS : Ya Pak Paul, ada yang masa anak-anaknya sudah diupayakan untuk diberikan suatu arahan yang baik, tetapi memang perjalanan hidup ini kadang-kadang sulit ditebak Pak Paul, karena suatu masalah orang tuanya itu bangkrut, jatuh miskin. Anak ini yang tadinya gampang bergaul tiba-tiba dia menarik diri dari lingkungan temannya.
PG : Itu bisa terjadi, karena memang bagaimanapun pengaruh kejatuhan orang tuanya ada pada perkembangan jiwanya. Namun kalau anak ini sudah memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai pergaulan ang baik dengan temannya seharusnya kejatuhan ini hanya bersifat sementara dia mungkin menarik diri sebulan, dua bulan namun teman-temannya tidak membiarkan, teman-temannya akan mencoba menghiburnya karena memang relasinya sehat dia berani ngomong apa adanya, teman-temannya juga baik dengan dia, simpati kepadanya, dia ditarik keluar tidak sempat untuk menguburkan diri di dalam lubang.
Karena teman-temannya mendukung dia. Nah kebalikannya kalau memang pada dasarnya dia tidak mempunyai jaringan pertemanan yang kuat seperti itu seolah-olah tidak ada penahannya. Waktu dia jatuh ya dia jatuh sendirian dan tidak ada yang mengangkatnya.
GS : Nah kalau dengan modal dia bisa intim dengan teman-temannya, apakah itu mempermudah dia menemukan pasangan hidupnya Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, kalau dia sudah memiliki keberanian untuk menjadi dirinya, dilihat apa adanya, membiarkan orang dekat kepadanya, dan mengerti bagaimana dekat dan mengasihi orang,orang-orang ini akan lebih siap memasuki ikatan nikah.
Karena mereka siap untuk membagi hidup. Nah, sudah tentu tidak selalu mulus kadang kala tetap orang-orang atau kita juga harus melewati fase-fase kebingungan ya Pak Gunawan. Kadang kala ada juga ketakutan, aduh bagaimana ini ya dalam masa berpacaran, cocok atau tidak, nanti bagaimana. Namun yang saya ingin tekankan adalah ya kalaupun ada ketakutan dan kebingungan tidak apa-apa kita mesti tetap mempertahankan integritas kita. Kenapa saya menekankan ini sebab ada sebagian kita karena takut tidak mendapat jodoh, kita tahu seharusnya kita dapat jodoh akhirnya kita berpura-pura kita menggunakan topeng, sehingga orang tidak tahu siapa kita. Orang hanya tahunya kita seperti ini, kita mengikuti apa yang orang minta. Kita kehilangan diri sendiri atau ada orang yang berbohong jelas-jelas berbohong karena ingin mendapatkan orang yang dikasihinya. Akhirnya masuk dalam ikatan pernikahan, namun sudah menyimpan masalah, ada orang yang misalkan ini wanita menyerahkan tubuhnya takut kehilangan pasangannya supaya apa pasangannya tidak meninggalkannya. Nah akhirnya menikah juga, jadi saya mau tekankan berhati-hatilah dalam masa persiapan berkeluarga jangan sampai kita mengkompromikan integritas diri kita. Kita mesti berani muncul apa adanya, ditolak apa tidak tetap berani integritas kita, kita pertaruhkan. Jangan berkompromi mengambil jalan-jalan pintas yang tidak benar.
GS : Ya, mungkin perlu diketahui bahwa masing-masing kita itu memang diciptakan secara unik Pak Paul ya, jadi kita tidak perlu kuatir atau harus menyamai orang lain.
PG : Betul sekali. Memang pada masa pemuda ini tekanannya cukup besar Pak Gunawan. Karena ada yang sudah mulai sukses kelihatan arahnya, menanjak kariernya. Nah, misalkan kita melihat diri kitakok masih di bawah nah hati-hati dengan godaan-godaan untuk menutupi diri kita, mengkamuflase diri kita nah hati-hati itu.
Ada orang yang karena ingin tampil bergaya, mampu, beruang justru memeras orang tuanya memberi dia banyak uang padahal orang tuanya tidak punya uang. Supaya apa, di hadapan pacarnya dia tampil orang yang mampu, mempunyai uang yang cukup. Nah, ada godaan-godaan seperti itu jangan ya, yang saya ingin tekankan adalah berdoa, bersandar pada Tuhan, pertahankan integritas diri kita, percayakan hidup kepada Tuhan termasuk dalam hal pasangan hidup ini.
GS : Ya, kalau begitu Pak Paul sudah menyinggung masalah karakter seseorang khususnya pemuda ini Pak Paul, ini bagaimana Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan. Jadi memang tidak bisa tidak persiapan-persiapan menuju kepada kehidupan berkeluarga juga melibatkan faktor karakter-karakter kita. Apakah kita ini menjadi pemudayang setia dan bertanggung jawab.
Nah, saya kira dua hal itu setia dan bertanggung jawab adalah dua karakter yang menjadi tantangan terbesar pemuda, kenapa, sebab pada masa inilah seorang pemuda itu diuji kesetiaannya. Misalkan setiap ada pacarnya dia sudah memberikan komitmen dan pacarnya memang menyayangi dia dan diapun menyayanginya. Hubungan itu baik, tapi sekarang melihat yang lain, terus memikirkan yang lain-lain. Nah dia gonta-ganti pacar, sehingga kesetiaan itu dengan mudah ditanggalkan. Pada masa pemuda inilah kesetiaan menjadi ujian bagi seorang pemuda, bisa atau tidak dia setia. Setia ini juga berkaitan dengan pekerjaannya, dia sudah menekuni satu bidang yang dia memang cocok apakah dia akan terlalu mudah tergiur dengan tawaran-tawaran yang lain. Bisakah dia berpikir dengan jernih dan tenang dan melihat apakah dia memang harus pindah, apakah semua keputusan didasari atas kriteria finansial saja. Apakah tidak bisa kita mendasarinya atas faktor kenyamanan bekerja, pertemanan dengan teman-teman yang baik. Nah, di sinilah kesetiaan diuji. Nah tadi saya sudah singgung selain kesetiaan yang juga akan menjadi ujian bagi pemuda adalah faktor bertanggung jawab. Apakah kita itu dengan mudah melepaskan tanggungjawab, berkelit dari tuntutan, pokoknya yang penting kita selamat, nah ini masa pemuda diuji. Kalau kita menaruh fondasi berkelit terus-menerus, cuci tangan terus-menerus, kita akan membawa kebiasaan ini untuk masa-masa selanjutnya. Tapi kalau dari masa pemuda kita sudah menetapkan kita mau bertanggung jawab, apa yang kita katakan kita pegang dan apa yang kita janjikan kita coba penuhi. Nah kita akan membawa fondasi ini masuk ke dalam karier kita nantinya.
GS : Ya tapi dalam rangka ini menemukan tempat kerja yang tepat untuk dia, bukankah dia memerlukan kesempatan untuk bisa berpindah dari satu pekerjaan ke tempat pekerjaan yang lain?
PG : Tepat sekali, memang perlu adanya keseimbangan di sini Pak Gunawan, sudah tentu boleh seseorang itu pindah kerja, boleh meningkatkan kesejahteraan. Namun yang saya ingin tekankan adalah jagan sampai kita mengambil keputusan hanya atas dasar itu.
Kita mesti juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Ada kalanya memang ini kesempatan terbuka namun kalau kita ambil misalkan kita harus berpisah dengan pacar kita. Nah kita tahu bahwa prioritas kita bukan hanya bekerja tapi juga membangun relasi. Kalau kita pindah ke kota yang berbeda kita harus berpisah dari pacar kita, kemungkinan kita akan kehilangan waktu bersama untuk saling mengenal. Kalau kita digelapkan mata kita digelapkan hanya fokus pada pokoknya pekerjaan ini lebih bagus, uang lebih besar. Nah mulailah kita kehilangan perspektif ya yang namanya kesetiaan dan bertanggung jawab nah itu mulai kita kurangi. Nah ini yang mesti kita jaga. Banyak orang memulai masa pemudanya dengan modal setia dan tanggung jawab yang lumayan banyak, dengan berjalannya waktu makin hari makin kurang. Karena semua dikompromikan untuk kepentingan pribadi supaya mendapatkan yang diinginkan. Nah inilah yang harus kita jaga.
GS : Pak Paul, apakah ada contoh kongkret di dalam Alkitab tentang orang-orang yang setia dan bertanggung jawab itu?
PG : Kebetulan ada Pak Gunawan. Salah satunya yang menarik perhatian saya adalah kehidupan Yusuf. Yusuf adalah seseorang yang mengalami perubahan hidup cukup besar. Dan dapat kita katakan karienya juga tukar-menukar dengan cukup drastis.
Pertama dia adalah seorang gembala yang menjaga ternak dia diminta oleh ayahnya membantu kakaknya karena itulah mungkin yang dilakukan oleh keluarganya. Setelah itu apa yang terjadi, yusuf harus ditangkap oleh saudaranya sendiri, dijual sebagai budak akhirnya menjadi seorang budak. Setelah menjadi budak menjadi budak yang baik. Tapi akhirnya difitnah oleh nyonya majikannya dibuang lagi masuk sebagai seorang tahanan. Ganti lagi profesi menjadi seorang tahanan. Dari tahanan akhirnya Tuhan mempromosikan dia menjadikan dia seorang perdana menteri. Dengan kata lain kita melihat lonjakan-lonjakan perubahan hidup dan karier dalam hidup Yusuf ini.
GS : Ya tapi kalau kita melihat tokoh Yusuf yang tadi Pak Paul sampaikan itu kan keadaan memang memaksa dia, Tuhan itu menggunakan situasi dan kondisi saat itu untuk menggiring dia menjalani sekian banyak karier Pak Paul?
PG : Betul, memang itu adalah cara Tuhan membawa Yusuf ke Mesir dengan tujuan pada akhirnya membawa Yusuf ke Mesir untuk menyediakan kebutuhan orang Israel dalam masa kelaparan. Yusuf tidak tah itu namun kita melihat di sini satu karakter Yusuf setia dan bertanggung jawab.
Waktu dia di rumah disuruh oleh ayahnya menemui kakak-kakaknya yang sedang menjaga hewan. Sebetulnya dia bisa langsung pulang setelah menemukan bahwa kakaknya tidak ada di tempat itu. Namun waktu dia tanya-tanya di mana kakaknya berada dia tahu kakaknya berada bermil-mil jauhnya dari tempat dia di situ. Dia mengambil waktu berjalan begitu jauh untuk menemui kakaknya, membawa makanan untuk mereka. Dengan kata lain dari kecil kita melihat setia dan bertanggung jawab. Yusuf memang begitu. Waktu dia dibuang sebagai seorang budak bekerja di rumah Potifar, dia menjadi orang yang dipercaya, kenapa dipercaya, karena dia setia dan bertanggung jawab. Kesetiaannya terbukti waktu istri Potifar menggodanya. Dia berkata: "Semua hal di rumah ini dipercayakan kepada saya oleh suamimu. Hanya satu yang tidak yaitu engkau karena engkau miliknya. Masakan aku berbuat hal yang seperti ini kepada suamimu dan (ini yang ditekankan) masakan aku berdosa atau berbuat jahat kepada Tuhan." Nah, jadi kita melihat Yusuf seorang yang setia. Waktu dia di penjara juga seperti itu dia menjadi tahanan dia tetap menjadi orang yang baik. Temannya mimpi bingung dia mencoba mendoakan, dia mencoba mencari jawaban mimpi itu. Jadi kita melihat di dalam posisi apapun karier apapun yang harus dilewati oleh Yusuf baik itu karier yang baik maupun yang sangat buruk. Dia tetap setia dan bertanggung jawab.
GS : Bagaimana dengan relasi dia dengan sesamanya Pak Paul?
PG : Nah kita bisa juga menyoroti Yusuf dari sudut relasi Pak Gunawan. Yaitu ini dia tetap menjadi bagian dari keluarganya meskipun dia disakiti oleh kakak-kakaknya pada akhirnya dia tetap meneima keluarganya.
Dia tidak marah kepada mereka, dia tetap memeluk mereka sebagai bagian dirinya. Dan salah satu orang yang memang dikenal beristrikan satu adalah Yusuf di Alkitab di Perjanjian Lama ini. Nah Yusuf memang tidak dikenal sebagai orang yang mempunyai lebih dari satu istri, dia setia juga pada satu istrinya. Jadi dalam hal berelasi Yusuf pun menunjukkan kesetiaan dan tanggung jawabnya. Waktu kakak-kakaknya datang setelah ayahnya meninggal ya takut Yusuf akan marah kepada mereka. Yusuf berkata tidak. Dan Yusuf berjanji akan mencukupi kebutuhan mereka bertanggung jawab. Jadi dalam setiap relasi sifat atau karakter setia dan tanggung jawab diperlihatkan oleh Yusuf.
GS : Karakter setia dan bertanggung jawab ini Pak Paul itu memang terbentuk sejak kecil atau sejak lahir?
PG : Saya percaya bahwa karakter ini bentukan dari keluarganya ada dari ayahnya dan yang kedua dari kecil Yusuf memang sudah menunjukkan satu sikap takut akan Tuhan. Jadi takut akan Tuhan yangakhirnya membentuk seseorang untuk bertangung jawab dan setia.
Kalau kita sudah tidak takut akan Tuhan, kita tidak lagi mempedulikan kesetiaan atau sikap bertanggung jawab. Yang penting kita bebas, kita selamat, kita mementingkan diri sendiri, hanya itu. Jadi saya kira Yusuf memperlihatkan sikap takut akan Tuhan dari awalnya.
GS : Padahal kalau kita melihat keluarganya Pak Paul, kita tahu Yakub misalnya yang dikenal sebagai penipu, lalu kakak-kakaknya juga tidak mendukung itu tapi kok bisa terbentuk suatu sikap yang begitu bagus dalam diri Yusuf ya Pak Paul?
PG : Begini Pak Gunawan, memang kelurga Yakub adalah keluarga yang jauh dari ideal. Yakub tidak menyayangi istrinya, dia hanya menyayangi satu dari empat istrinya itu yakni Rachel yang lainnya emang tidak.
Dia menikah dengan Lea karena terpaksa dan Lea akhirnya menyerahkan budaknya kemuadian Rachel juga menyerahkan budaknya, jadilah Yakub mempunyai empat istri. Tapi yang sangat dia kasihi sebetulnya hanya satu, maka anak-anak dari Rachellah yang paling dikasihinya. Dengan kata lain anak yang dikasihinya menerima sangat banyak darinya, anak yang tidak dikasihinya tidak menerima apa-apa bahkan Yakub menciptakan kebencian pada diri saudara-saudara Yusuf. Nah, kalau kita bisa sedikit sejenak untuk kesampingkan relasi Yakub dengan anak-anaknya yang lain kita hanya fokuskan pada relasi dia dengan Yusuf dan Benyamin, kita bisa memetik suatu pelajaran di sini Pak Gunawan, bahwa anak menyerap banyak dari orang tua yang mengasihinya. Bahkan dalam hal ini anak-anak Yakub yang bernama Yusuf dan Benyamin ini terutama Yusuf ya menyerap sifat-sifat rohani papanya. Jadi apa yang menjadi keyakinan apa yang menjadi keyakinan si ayah, apa yang menjadi gaya hidup rohaninya itu diwariskan kepada anaknya. Kenapa, sebab memang Yusuf menerima kasih sayang dari papanya itu. Jadi kalau kita balikkan situasinya kalau seorang ayah tidak menunjukkan kasih kepada sianak ya jangan terlalu berharap tinggi si anak akan mewarisi iman kepercayaan kita juga. Kira-kira itulah yang terjadi dalam keluarga Yusuf Pak Gunawan.
GS : Ya tentu kita berharap Pak Paul, banyak pemuda-pemuda menjadi Yusuf pada jaman ini, tetapi apakah ada bagian firman Tuhan khususnya dalam konteks itu yang menguatkan kita?
PG : Saya akan bacakan dari Kejadian 50:19-20, Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jaht terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," pemuda harus melewati masa yang penuh kebingungan, tantangan, banyak keputusan yang harus diambil pada masa pemuda, termasuk karier dan berkeluarga.
Nah, jangan sampai tantangan-tantangan itu melumpuhkan kerohanian kita, jangan sampai tantangan itu akhirnya membuat kita kehilangan kesetiaan dan tanggung jawab. Untuk bisa terus mempertahankannya kita harus hidup takut akan Tuhan. Yusuf selalu takut akan Tuhan dan itulah yang telah menyelamatkan dia melewati perubahan karier dan perubahan hidup yang begitu drastis. Dia tetap setia kepada keluarganya kepada istrinya dan terakhir kepada Tuhan.
GS : Baik, terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pemuda dan Tantangannya". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.