Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama dengan ibu Ester Tjahja. Kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami beberapa waktu yang lalu tentang "Pekerjaan yang Cocok". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu kita sudah membicarakan tentang pekerjaan yang cocok yang merupakan pertanyaan dari pendengar setia acara Telaga ini. Pak Paul sudah memberikan ulasan, namun supaya pendengar kita ini bisa mendengarkan secara lengkap, mungkin Pak Paul bisa menguraikan sedikit apa yang sudah kita perbincangkan.
PG : Pada dasarnya perkembangan karier seseorang itu diawali sejak dia berusia 2 tahunan, di mana anak itu mulai mengeksplorasi lingkungannya, dia mulai melihat benda-benda yang asing kemudian ia mau memegangnya, dia melihat tantangan yang baru seperti tangga-dia mau naik dan sebagainya.
Ini adalah bagian penting dalam perkembangan diri dan karier si anak. Artinya ada hal-hal yang perlu si anak kembangkan di usia 2 tahunan, yaitu inisiatif dan kemandirian. Di sini peran orangtua sangatlah penting yaitu untuk bisa memberikan kebebasan dan pengawasan pada si anak. Pada usia masa sekolah anak-anak mulai bermain, dari misalnya usia 5 tahun sampai 10, 11 tahun anak-anak itu maunya main. Ini penting sekali sebab bermain juga nantinya akan memberikan kesempatan pada si anak mengembangkan kualitas yang diperlukan untuk bekerja. Misalnya untuk mencapai tujuan bersama; anak-anak harus bekerja sama dalam permainan, ada kelompoknya melawan kelompok yang lain. Dia harus tenggang rasa-dia tidak bisa hanya menuruti kemauannya sendiri; dia juga harus saling menolong dengan teman-temannya untuk bisa mencapai tujuan bersama itu. Kita melihat di sini ada begitu banyak hal-hal yang nantinya menjadi kualitas yang diperlukan untuk dapat bekerja. Salah satunya yang nanti juga akan sangat berguna dalam bekerja adalah kreatifitas, baik dalam mengembangkan sesuatu maupun kreatifitas dalam upaya untuk menyelesaikan problem. Nah dalam bermain semuanya dipupuk; kemampuan untuk menyelesaikan problem sekaligus untuk mengembangkan sesuatu. Nah semua ini nanti akan sangat berperan dalam dunia kerja. Pada masa remaja anak-anak itu akhirnya berteman; dalam pertemanan inilah anak-anak menjalin dan mempertahankan relasi. Bagaimana saling mengerti satu sama lain, semuanya ini adalah hal-hal yang diperlukan dalam bekerja, karena dalam bekerja kita juga harus menjaga relasi dengan sesama, tenggang rasa dengan teman, dan menghargai teman. Semuanya ini dipupuk pada masa anak-anak remaja. Kalau pada masa remaja, anak-anak tidak mendapatkan semua ini, besar kemungkinan nanti setelah dia besar dia bekerja, dia akan mengalami kesulitan. Tidak mudah diterima oleh orang karena pendapatnya harus dituruti, tidak mau menolong orang, maunya hanya mementingkan diri sendiri. Nah akhirnya kalau pun dia mempunyai kemampuan di bidang tersebut tapi kalau sikapnya seperti itu, dunia kerjanya akan menolak dia sehingga dia akhirnya tidak juga bisa masuk dan mengembangkan kariernya.
GS : Memang pada masa remaja ini merupakan saat-saat yang sulit baik bagi remaja itu sendiri maupun oleh kedua orangtuanya. Tetapi pada masa remaja ini juga biasanya mereka mulai menemukan karier apa yang akan digeluti berikutnya. Nah di sini peranan orangtua sejauh mana Pak Paul?
PG : Pada masa-masa remaja atau pada masa-masa lebih kecil, orangtua seharusnya menjadi pantulan si anak; memberikan konfermasi akan apa yang bisa dilakukan oleh si anak dan apa yang tidak begiu bisa dilakukan oleh si anak.
Orangtua seharusnyalah melihat perkembangan diri anaknya dan memberikan masukan-masukan itu. Ditambah nanti dengan apa yang si anak akan dapatkan dari sekolah yakni evaluasi. Dia kuat di mana, dia lemah di mana; dia suka atau dia tidak suka apa, semua menjadi masukan berharga si anak untuk mengenal apa sebetulnya yang memang dia sukai dan tidak disukainya. Apa yang dia mampu lakukan dan apa yang kurang mampu dia lakukan.
ET : Kadang-kadang kita bisa melihat ada anak-anak yang rasanya dengan mantap mau memilih jalur karier yang sesuai dengan orangtuanya. Misalkan orangtuanya dokter, dari kecil sudah bercita-cit mau jadi dokter, seakan-akan ini panutan dan ini positif.
Tapi sebaliknya, tidak sedikit juga orangtua yang memaksakan anak harus menjalani jalur yang sama dengan yang orangtua sudah jalankan. Ini bagaimana Pak?
PG : Ada dua Ibu Ester pada masa anak-anak yang dapat menentukan arah karier si anak, ini bisa berdampak positif dan bisa berdampak negatif. Tadi pertama yang Ibu Ester sudah angkat adalah kadng kala anak itu akan diarahkan masuk ke karier tertentu karena si anak memang mengagumi orangtuanya dan akhirnya apa yang dikerjakan oleh orangtuanya dicita-citakannya pula, bahwa saya nanti juga akan melakukan apa yang ayah dan ibu lakukan.
Ini bukannya pasti jelek, tapi kalau memang bakat si anak tidaklah di situ dan kemampuan si anak tidaklah memadai, ini bisa menimbulkan rasa frustrasi juga. Di sini penting sekali orangtua berperan untuk mengatakan kepada si anak bahwa "Engkau tidak harus sama dengan kami dan engkau tetap bisa berharga dan dipakai oleh Tuhan dengan apa yang sudah kamu terima dari Tuhan; tidak usah kamu membandingkan diri dengan kami dan harus menjadi seperti kami. Kami tidak menuntut kamu harus seperti kami, kami akan tetap terima kamu apa adanya dan bersukacita dengan karunia yang Tuhan telah berikan kepadamu." Jadi di sini peran orangtua penting sekali, sekali lagi apa yang dikatakan Ibu Ester betul; panutan-kalau orangtua menjadi panutan yang positif bagi anak, anak memang lebih terdorong untuk mengikuti jejak orangtuanya. Dan kalau memang inilah bakat atau karunia yang diterimanya pula dia akan lebih cepat masuk ke kariernya atau ke jalurnya. Hal kedua yang juga bisa sangat mewarnai pemilihan karier si anak adalah exposure atau maksud saya anak-anak itu pada masa kecil sudah diperkenalkan dengan bidang tertentu. Misalkan ayahnya itu senang otak-atik mobil sehingga si anak sejak masih kecil diajak untuk ikut mengotak-atik mobil, membenarkan ini, pasang itu dan sebagainya. Karena anak sejak kecil diperkenalkan pada bidang tertentu, nah dia juga bisa mengembangkan minat yang lebih besar pada bidang itu. Apalagi kalau dia bisa mengerjakannya, itu makin menambahkan minatnya dia. Ini bisa positif dan negatif; positif dalam pengertian kalau memang ini sesuai dengan kemampuan si anak, ini memang mempercepat langkah si anak masuk ke jalur kariernya tapi kalau ini bukan minat si anak, walaupun dia bisa mengerjakannya tapi kalau ini bukan minat yang sesungguhnya akhirnya sayang, karena yang sesungguhnya dia bisa kerjakan lebih baik tidak dia kerjakan sebab dia sudah langsung terserap pada apa yang sudah diperkenalkan kepadanya pada masa dia masih kecil.
GS : Kalau anak remaja itu sampai masa remajanya dia belum bisa menemukan karier apa yang akan ditempuhnya, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Pada umumnya yang kita harapkan pada remaja adalah sekurang-kurangnya dia tahu apa yang tidak disukainya, apa yang tidak diminatinya. Kalau dia belum tahu jelas apa yang disukainya, apa yng pasti bisa dilakukannya, saya kira kita masih bisa toleransi.
Sebab memang kadang-kadang perlu waktu untuk memastikan apa itu yang benar-benar kita sukai atau kuasai. Tapi setidak-tidaknya dia harus tahu apa yang tidak dia sukai. Kalau dia tahu lebih jelas lagi apa yang disukai dan yang tidak disukai itu lebih baik lagi karena berarti dia cukup mengenal dirinya. Ini yang diperlukan pada masa remaja yaitu pengenalan diri sehingga anak-anak itu mulai bisa mengarahkan dan menyempitkan pilihannya misalkan hanya kepada tiga pilihan. Pada waktu dia menyelesaikan SLTA, di masa inilah seharusnya dia sudah bisa melihat, "O...pilihan saya ini kalau tidak ini-ini; kalau tidak itu-itu." Jadi ada 2, 3 pilihan yang seharusnya dia sudah mulai pikirkan.
GS : Berarti waktu dia melanjutkan studinya dia akan memilih salah satu dari yang dia sukai itu.
PG : Betul, dan biasanya pemilihan nanti juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor kesempatan. Kesempatan itu bisa karena faktor ekonomi; ada orang yang mau masuk ke bidang trtentu tapi secara ekonomi tidak memungkinkan akhirnya tidak jadi masuk.
Atau juga keterbatasan fisik; mau masuk tapi fisik tidak menunjang sehingga tidak bisa. Jadi kadang-kadang pilihan-pilihan itu disempitkan oleh kondisi sehingga akhirnya si anak memilih yang satu dulu. Yang penting dia bisa lulus, setelah dia bisa bekerja ini nanti yang akan menjadi pertimbangan utamanya, kadang-kadang itu yang harus anak lakukan pula.
ET : Jadi semestinya prosedurnya memang harus memahami karier apa dulu baru kemudian memilih bidang studinya atau nanti jurusan di perguruan tingginya.
ET : Yang sering kali terjadi kebanyakan ya sudah sekolah dulu, nanti setelah sekolah baru berpikir nanti mau bekerja apa. Salah kaprah seperti ini yang sebetulnya cukup menyesatkan Pak Paul.
PG : Dan ini terjadi sangat banyak di Indonesia, karena memang banyak anak tidak benar-benar tahu sebetulnya apa kariernya atau jalur kariernya. Dia hanya ikut-ikutan teman, ikut-ikutan juga aa yang orangtua minta tapi dia sendiri tidak benar-benar memikirkannya.
Sayang sekali, karena dia akan menghabiskan waktunya 4, 5 tahun hidupnya untuk sesuatu yang nantinya dia tidak akan gunakan. Jadi sebaiknya anak-anak ini memberikan waktu yang cukup untuk memeriksa dirinya, kalau perlu silakan ke psikolog, atau ke seorang konselor untuk dapat pertolongan sehingga bisa lebih jelas kira-kira apa jalur kariernya.
GS : Memang sekarang sudah banyak dilakukan di sekolah-sekolah lanjutan pertama maupun atas yaitu psikotest-penelusuran bakat dan minat anak, namun tindak lanjutnya yang kurang. Jadi setelah anak itu memilih apa yang disukai, tetapi untuk tindak lanjut ke depanya yang sulit.
PG : Sebetulnya atau sebaiknya anak-anak itu diberikan juga beberapa penjelasan. Misalkan begini, karier sebaiknya merupakan perpanjangan dari diri kita sehingga kita tidak memilih sesuatu yan berkebalikan dari diri kita.
Misalkan kita orangnya relatif tenang, kita tidak suka dengan ketegangan; janganlah memilih karier yang penuh ketegangan, itu sangat bertolak belakang dengan diri kita. Jadi memang penting sekali kita memilih yang sesuai sehingga karier akan menjadi perpanjangan. Kita orangnya mobile, suka jalan, pergi dan sebagainya; energi kita tinggi; jangan memilih karier yang mengharuskan kita duduk di belakang meja terus-menerus, pilihlah karier yang merupakan perpanjangan dari diri kita. Sekaligus juga karier itu seharusnya menjadi ekspresi diri, artinya kita mau mewujudkan sesuatu, menciptakan sesuatu lewat karier kita. Kenapa ini penting? Sebab kita cenderung merasa baru sukacita, terpuaskan dalam karier kita kalau kita berhasil menghasilkan sesuatu, menciptakan sesuatu. Sering kali kita tidak puas kalau kita hanya mutar-mutar secara rutin, kita ingin melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang kita ciptakan. Jadi sebaiknyalah karier juga merupakan wujud diri kita atau ekspresi diri kita.
ET : Bagaimana dengan pertimbangan emosional dalam hal ini?
PG : Kadang-kadang yang terjadi adalah kita memilih karier karena karier itu akan memenuhi kebutuhan emosional kita. Apakah salah? Tidak selalu salah karena kalau kebutuhan kita terpenuhi ole karier tersebut, sudah tentu kita akan merasa senang.
Misalkan kita memang sangat membutuhkan kasih sayang terutama waktu kita masih kecil kita kurang kasih sayang, sehingga kita akhirnya memilih pekerjaan yang berkecimpung dengan anak-anak. Kita bisa melimpahkan kasih sayang pada mereka agar mereka bisa kembali menyayangi kita. Itu baik tidak apa-apa, tapi bisa ada dampak negatifnya; karena kadang-kadang kita akhirnya terkecoh, sesungguhnya kemampuan kita bukan di situ tapi karena kita mempunyai kebutuhan tertentu akhirnya kebutuhan itu yang mendorong kita masuk ke jalur karier tersebut. Biasanya kalau ini yang terjadi, tatkala kebutuhan emosional kita sudah terpenuhi lewat pekerjaan itu, yang akan muncul dalam hati kita adalah rasa jenuh. Jadi kalau ini bukanlah bidang yang sesuai dengan kemampuan atau minat kita, pada umumnya kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional-sampai titik tertentu kita mulai jenuh. Itu sebabnya kita melihat ada orang-orang yang alih kariernya itu cukup mengagetkan; benar-benar bertolak belakang, sering kali memang karena faktor ini. Tadinya karier itu dipilih karena sebetulnya untuk memenuhi kebutuhan (dia mungkin tidak menyadarinya) setelah kebutuhannya terpenuhi barulah dia merasa tidak nyaman, bosan, tidak lagi suka, baru dia mau mengembangkan sesuatu yang tadinya dia pikir bukanlah bakatnya. Tapi waktu dia kembangkan, dia benar-benar baru menyadari betapa sukacitanya dia, kariernya benar-benar ekspresi diri, menjadi wujud dari dirinya sendiri dan merupakan perpanjangan dari dirinya.
ET : Atau kadang-kadang mungkin akhirnya tidak terpenuhi juga walaupun akhirnya sudah memilih jalur karier ini tapi kebutuhannya tidak terpenuhi. Misalnya memilih jalur karier tertentu untuk mmenuhi keinginan harga diri, gengsi, rasanya profesi ini lebih meningkatkan prestise tersendiri, namun itu sangat relatif untuk tercapai dan terpenuhinya.
PG : Betul, kalau itu yang terjadi saya khawatir nanti kita itu terus-menerus mengejar-ngejar guna mendapatkan pemenuhan kebutuhan tersebut lewat karier kita. Kadang kita memang harus berhati-ati, sebaiknya karier memang bukan untuk memenuhi lubang-lubang dalam hidup kita, sebaiknya lubang-lubang kita penuhi dengan cara yang lain yang lebih sehat.
Misalkan lewat relasi dengan sesama. Nah lebih baik begitu sehingga karier benar-benar merupakan ekspresi diri dan ekstensi atau perpanjangan diri.
GS : Ada sebagian orang yang memisahkan karier dengan hobynya, jadi untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya dia menyalurkan itu lewat hoby tapi untuk kariernya dia berbeda sekali. Apakah bisa seperti itu?
PG : Bisa, saya kira itu sangat wajar, jadi bagi dia karier adalah wujud dirinya dan juga perpanjangan dirinya sedangkan untuk kebutuhan emosionalnya dia peroleh dari hal-hal yang lainnya. Mislnya dari relasinya dengan teman dan itu baik sekali.
GS : Itu berarti dalam menentukan karier ada pertimbangan mengenai apa yang dia sukai dan apa yang dia mampu melakukannya?
PG : Betul, selalu di dalam menentukan pilihan mengenai karier ini kita harus selalu menimbang-nimbang dua faktor ini yaitu kesukaan dan kemampuan. Misalkan kita harus menghadapi suatu pilihanyang seperti ini, idealnya memang kita bisa menggabungkan keduanya.
Tapi misalkan pilihan itu tidak ada, yang ideal itu tidak ada; saya anjurkan kita memilih kemampuan daripada memilih sesuatu yang kita sukai namun tak dapat kita lakukan. Kenapa? Sebab kita membangun karier di atas kemampuan, kalau kita hanya sukai dan kita tidak mampu lakukan artinya tinggal tunggu waktu akan jeblok juga, akan hancur karena kita tidak mendapatkan pengakuan dari orang-orang sekerja. Dan mereka malahan bukan hanya tidak memberikan pengakuan mungkin malah mengkonfermasi bahwa ini bukan bidang kita. Akhirnya kita tertolak, jadi pilihlah sesuatu yang sesuai kemampuan kita. Dan bangunlah diri di atas kemampuan itu, pertajamlah kemampuan kita pada bidang kita itu. Setelah kita bisa mempertajam dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai, mendapatkan pengakuan dari kebisaan kita itu, kalau kita masih mempunyai waktu dan mengembangkan sesuatu yang memang kita sukai tetapi belum kita kuasai, silakan. Tapi jangan kebalikan, terus bersikeras mau menambah, mengasah kemampuan yang kita tidak pernah miliki; yang kita miliki kita abaikan, itu keliru. Justru yang kita sudah terima dari Tuhan itu adalah bagian kita, porsi kita dan kita bertanggung jawab untuk mengembangkannya.
GS : Kalau seseorang mulai menyadari bahwa dia keliru, apa yang dia bisa lakukan?
PG : Sebaiknya alih karier, ini memang berat apalagi kalau ini baru kita sadari di usia paro baya, dan secara keuangan keluarga bergantung pada kita, ini berat. Tapi kalau memungkinkan kita alh karier.
Pada umumnya kita alih karier sekurang-kurangnya sekali dalam hidup, jadi sering kali kita alih kariernya itu belok arah masuk ke karier yang berbeda. Nah itu bukan sesuatu yang tidak lazim melainkan justru lazim. Kalau memang karier yang baru ini bisa mengembangkan diri kita, benar-benar merupakan pertanyaan dari diri kita dan memang memungkinkan kita melakukannya, lakukanlah. Namun kalau harus mengorbankan keluarga kita, ya untuk sementara kita harus mengalah, kita bertahan meskipun kita tidak terlalu menyukai apa yang kita lakukan.
GS : Ada orang yang suka berpindah-pindah karier, dan itu mungkin kalau kita bicarakan tentang karier bukan satu rumpun lagi. Kenapa bisa seperti itu Pak Paul?
PG : Kalau kita mau berpikir positif, ada orang yang memang dikaruniai Tuhan banyak kemampuan, jadi benar-benar dia bisa menguasai berbagai jalur karier. Ada yang seperti itu tapi jarang, kebayakan kita itu sebetulnya hanya satu jalur karier yang sangat kuat kemudian dua yang setengah kuat.
Jadi kita memang bisa pindah sekurang-kurangnya dua kali, karena di situ juga kita mempunyai kemampuan yang lumayan baik. Tapi umumnya hanya satu yang sungguh-sungguh kita sangat cakap untuk melakukannya. Jadi kalau orang yang suka-suka pindah kalau memang sebetulnya tidak seperti itu yang kemampuannya tidak di semua bidang, kemungkinan besar memang belum tahu apa yang dia sukai, apa yang tidak disukai, apa kemampuannya. Berarti proses yang seharusnya dia lewati pada masa-masa yang lebih kecil misalkan usia-usia remaja, tidak dia lewati dengan baik. Sehingga sampai sudah tua tetap belum tahu apa itu yang benar-benar adalah karunianya.
ET : Bukankah yang sulit itu memang dalam ekonomi yang tidak menentu, kadang-kadang untuk memilih yang sesuai itu yang susah sekali didapatkan baik bukan hanya dari segi minat tetapi dari segi emampuan kadang-kadang harus melakukan banyak penyesuaian lagi.
PG : Jadi pada akhirnya akan ada 3 kata K yang kita nanti harus gabungkan; kesukaan, kemampuan, kesempatan. Karena adakalanya kita bisa mengerjakan yang kita sukai dan sesuai kemampuan, itu kaena kita diberikan kesempatan oleh Tuhan tapi adakalanya kita tidak diberikan kesempatan itu.
Kondisi lingkungan tidak mengijinkan, sehingga meskipun kita menyukainya dan kita mempunyai kemampuan melakukannya tapi kita tidak bisa mengerjakannya karena kita tidak mempunyai kesempatan itu. Jadi benar-benar 3 ini harus ada yaitu kesukaan, kemampuan dan kesempatan. Berbahagialah orang yang diberikan ketiganya, tapi saya tahu tidak semua orang diberikan ketiganya, bahkan banyak orang yang tidak memiliki kesempatan itu, dan kita tidak pernah benar-benar tahu kenapa Tuhan tidak memberikan kesempatan itu kepada sebagian orang. Kita tidak boleh menuduh Tuhan tidak adil, sebab ada rencana Tuhan yang sering kali tidak kita ketahui, pastilah yang Dia berikan baik untuk kita dan itulah yang kita terima.
GS : Tetapi bagi orang yang bersangkutan, ini menjadi pertanyaan besar kenapa Tuhan memberikan saya kemampuan seperti itu tapi tidak memberikan kesempatan sehingga dia merasa aneh.
PG : Tuhan adakalanya memang menutup pintu sehingga kita tidak bisa masuk dan mengembangkan kemampuan kita, Tuhan tidak memberikan kesempatan itu. Kenapa? Adakalanya Tuhan ingin melatih kita ntuk melengkapi kita dan pada akhirnya kita benar-benar bisa menjalankan dan mengemban peran itu dengan lebih baik.
Seperti Musa, Musa memerlukan berpuluhan tahun bentukan Tuhan; 40 tahun di Mesir, 40 tahun di Midian untuk mengerjakan tugas Tuhan selama 40 tahun terakhir hidupnya. Jadi adakalanya itulah yang Tuhan harus lakukan kepada kita. Yosua, sebelum dia memimpin umat Israel masuk ke tanah Kanaan; bertahun-tahun dia mendampingi Musa, dia benar-benar menjadi asisten dan tangan kanan Musa sampai pada akhirnya Tuhan memberi kesempatan itu kepada dia. Tapi Kaleb rekan Yosua, tidak memberikan kesempatan itu; yang diminta menggantikan Musa adalah bukannya Kaleb tapi Yosua. Kenapa bukan Kaleb? Tidak kita ketahui juga, tapi Tuhan memberikan kesempatan itu kepada Yosua. Nah kita tidak bisa mengerti sepenuhnya rencana Tuhan, kita mesti percaya rencana-Nya baik, dan kalau kesempatan itu tidak Tuhan berikan percayalah bahwa ini tetap baik. Kadang-kadang ada hal-hal yang sebaiknya tidak kita kerjakan, karena kalau kita paksakan diri itu mungkin lebih berakibat atau berpengaruh buruk pada diri kita.
GS : Kalau begitu, mungkin sikap yang benar adalah kita harus mensyukuri karier dalam bentuk apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita Pak Paul?
PG : Betul Pak Gunawan, jadi sebaiknya kesempatan yang Tuhan berikan kita terima, porsi yang Tuhan berikan kita terima; kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Sebab firman Tuhan pun berkatayang Tuhan tuntut adalah kita setia dalam hal-hal yang kecil, dan kalau kita bisa membuktikan setia dalam hal yang kecil baru Tuhan nanti memberikan kepercayaan untuk hal-hal yang lebih besar.
GS : Kalau kita melihat karier dari Yusuf, itu juga penuh dengan variasi.
PG : Sangat-sangat bervariasi dan benar-benar bagian-bagian yang tidak mengenakkan itu banyak, dan berlangsung selama belasan tahun dalam hidupnya. Dan satu kurun dia tidak tahu apakah yang nati akan menimpa hidupnya karena seolah-olah terus-menerus kemalangan yang menimpa hidupnya.
Dia dijual oleh saudara-saudaranya sendiri, bahkan hampir dibunuh oleh saudara-saudaranya, kemudian difitnah oleh istri majikannya, harus masuk ke penjara; di penjara dilupakan oleh temannya yang ditolongnya, terus seperti itu. Tapi memang itulah persiapan yang Tuhan tentukan bagi Yusuf untuk dia melakukan sesuatu yang sangat penting dalam sejarah umat Israel.
GS : Untuk mengakhiri perbincangan kita tentang "Pekerjaan yang Cocok" ini mungkin Pak Paul ingin menyampaikan dari sebagian firman Tuhan?
PG : Di akhir hidupnya Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya setelah ayahnya meninggal dunia di hari tuanya. Dia berkata, "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu tela mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti apa yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."
Kejadian 50:19 dan 20. Kita melihat di sini Yusuf pada akhirnya menyadari maksud Tuhan. Belasan tahun dia tidak menyadari maksud Tuhan tapi akhirnya dia menyadari Tuhan memang ingin membawa dia ke Mesir menjadi Perdana Menteri untuk menyiapkan tempat dan kehidupan bagi keluarganya, agar mereka tidak mati kelaparan. Dan pada akhirnya Tuhan membawa Israel keluar dari Mesir untuk kembali lagi ke tanah Kanaan.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini, juga Ibu Ester terima kasih. Kami percaya perbincangan ini menjawab pertanyaan pendengar kita dan menjadi berkat bagi kita sekalian. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pekerjaan yang Cocok" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.