Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Hendra, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, MK. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang topik "Menjadi Sahabat bagi Saudara Kandung". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
H : Pak Sindu, bagaimana cara kita bisa menjadi sahabat bagi saudara kandung ? Apakah ada langkah-langkah praktisnya, Pak ?
SK : Yang pertama, ampunilah kesalahan saudara kandungmu.
H : Maksudnya seperti apa ?
SK : Di dalam relasi saudara kandung, sangat wajar bila dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan. Ada ketidakjujuran, ada penipuan, ada tindakan yang menyakiti hati kita, itu tanpa sadar tersimpan dan belum tuntas, sehingga yang ada adalah perasaan menolak. Enggan untuk bertemu, bertegur sapa menjadi hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal ini menunjukkan sebenarnya ada gumpalan-gumpalan kekecewaan, kemarahan, sakit hati dan kepahitan. Mari kita kenali sisi-sisi apa saja itu dan kemudian kita datang kepada Kristus, "Tuhan, aku pernah dilukai, disakiti, dipermalukan. Aku menyerahkan luka ini kepada-Mu. Di dalam nama Yesus aku mengambil langkah iman, langkah ketaatan. Aku bersedia memaafkan, mengampuni saudara kandungku untuk kesalahan-kesalahan ini. Dalam nama Yesus aku menolak kebencian, kepahitan dan aku menerima damai sejahtera, memberikan kasih karunia kepada saudaraku dan aku menerima dia karena Tuhanlah yang mengampuniku, Tuhan juga mengampuni dia. Dalam nama Yesus!" inilah yang akan membuat kita merasa lega untuk menjalin relasi yang baik dengan saudara kandung kita, terutama di masa dewasa ini.
H : Ini yang biasa terjadi kalau kita lihat ada saudara kandung yang tidak berbicara sekian lama, saling mendiamkan, perang dingin. Apa mungkin karena belum saling mengampuni ?
SK : Betul. Atau memang maunya formal, hanya bertemu di acara-acara tertentu saja, tapi tidak ada percakapan hangat yang terjalin. Sisi-sisi inilah yang perlu kita kembangkan, sebagai langkah pertama, ampunilah saudara kandungmu.
H : Mengampuni bukan berarti melupakan, Pak ? Apa yang sudah terjadi kadang sulit sekali untuk dilupakan.
SK : Betul mengampuni sangat berbeda dengan melupakan. Justru melupakan adalah tindakan penyangkalan, tindakan menyimpan akar pahit. Pengampunan ditandai dengan ketika kita bisa mengingat peristiwa masa lalu itu atau melihat saudara kandung itu, tidak ada lagi amarah yang terasa sakit. Kalau dengan mengingat peristiwa masa lalu itu atau melihat wajah saudara kandung itu kita masih merasa sakit hati, pengampunan kita itu belum tuntas. Memang ini sebuah perjalanan. Dalam hal ini, mengampuni dan rekonsiliasi, mengampuni dan berhubungan baik kembali itu memang dua wilayah yang berbeda. Mengampuni adalah tindakan sepihak antara kita dengan Allah. Dia tidak pernah minta maaf, dia tetap melakukan kesalahan, kita tetap bisa mengampuni dia di dalam iman, kita mengampuninya supaya tidak ada kepahitan dan kebencian dalam hati kita. bukankah Tuhan mengatakan "Ampunilah. Sebagaimana kamu mau diampuni, ampunilah saudaramu." Tetapi untuk berbaikan kembali memang membutuhkan dua belah pihak.
H : Langkah pertama yang penting sekali bagi saudara kandung adalah mengampuni. Apa langkah selanjutnya, Pak ?
SK : Langkah yang kedua adalah tanggalkan cap buruk dan dukunglah pertumbuhan saudara kandung kita itu.
H : Maksudnya cap buruk disini ini apa, Pak ?
SK : Seperti kasus soal poin pertama tadi. Kita punya luka, "Memang dia tukang tipu, mata duitan! Memang saudaraku selalu seperti itu!" itu cap buruk. Memang berkali-kali mungkin dia sudah membuat kesalahan itu. Benar, itu fakta. Namun tidak berarti fakta itu membenarkan kita untuk memberi label atau cap buruk "Memang dasar dia ini begini" karena kalau begitu, secara alami kita akan menolak untuk bertemu, bertatap muka, apalagi bicara. Jadi berilah anugerah dan kasih karunia Tuhan. Sekali pun kita jatuh berkali-kali dalam kesalahan yang sama, bukankah Allah tidak memberi label atau cap buruk kepada kita. Dia adalah Tuhan yang penuh anugerah, Bapa yang penuh kasih karunia. Kalau kita sudah menerima kasih karunia itu, marilah dengan langkah iman, "Tuhan, aku sudah menerima kasih karunia-MU, kini dalam nama Yesus, aku mengambil tindakan memberi kasih karunia kepada saudaraku dengan cara melepaskan penghakimanku, cap buruk itu. Dalam nama Yesus aku memberi ruang pertumbuhan. Tetap ada ruang untuk bertobat dan berubah. Aku doakan dia, Tuhan. Beri kesempatan yang kedua." Tentunya tetap dalam konteks hikmat, ya. Bukan berarti jika dia pernah menipu kita, lalu dia meminjam uang dan kita berikan lagi, pinjam lagi, pinjam lagi. Mungkin kita bisa lakukan, "Memang mungkin dia tidak mengembalikan uang itu. Maka kali berikutnya saya tidak akan pernah meminjamkan uang. Saya akan beri sesuai dengan kemampuan saya." Misalnya, "Kak boleh tidak saya pinjam 10 juta ?" bisa kita jawab, "Dik, aku tidak bisa meminjamkan, aku bisa memberi. Tapi maaf, saat ini aku hanya mampu 500 ribu. Terimalah, tidak usah dikembalikan." Itu salah satu cara kita untuk menjalin relasi menjadi sahabat bagi saudara kandung kita itu.
H : Perlu tindakan iman yang luar biasa ya, Pak ?
SK : Betul. Dan jangan lupa, di dalam iman juga ada hikmat. Jadi bukan iman yang bodoh, selalu memberi padahal memberi kesempatan tanpa batas-batas yang perlu kita tegakkan.
H : Tadi Bapak mengatakan menanggalkan cap buruk dan mendukung pertumbuhan. Apakah ini dua tindakan yang berbeda ataukah dengan menanggalkan cap buruk artinya secara otomatis juga mendukung pertumbuhannya, Pak ?
SK : Iya. Dua dalam satu kesatuan. Kata mendukung sebenarnya kata aktif. Artinya selain menanggalkan cap buruk itu kita bisa dalam doa, "Tuhan, tolong saudara saya. Kau tahu dia pemabuk, puluhan tahun dia kawin cerai. Di dalam anugerah-Mu saya berdoa, bukalah pintu hatinya. Saya patahkan kuasa iblis yang membuatnya terjerat dosa dan kebiasaan-kebiasaan itu. Beri hati, beri mata yang tercelik supaya dia melihat anugerah keselamatan dan menjadi anak Allah yang benar. Berkati dan kasihi saudara saya." Ini bagian selain melepas, mendoakan adalah bagian dari mendukung pertumbuhannya.
H : Artinya ada jiwa besar dalam hati kita yang mau melihat saudara kita ini bertumbuh dan bukan terpuruk dalam kejatuhannya, ya Pak ?
SK : Tepat, Pak Hendra.
H : Langkah yang ketiga, Pak ?
SK : Yang ketiga adalah jalinlah relasi dengan saudara kandung kita itu. Misalnya kita bisa menyapa ,"Bagaimana kabarmu ?" lewat SMS, Whatsapp, BlackBerry Messenger, atau Email bila dia ada di luar negeri. Atau kita sekadar mampir, ketika kita pergi ke suatu kota liburan atau bekerja di kota lain, bawalah oleh-oleh. "Ini oleh-oleh buat kamu, buat anakmu, istrimu" atau sekadar memberi uang ketika saudara kita berkekurangan, "Ini untuk sekolah anakmu ya." Jadi jalinlah relasi, termasuk mungkin kita liburan bersama. "Ayo. Tahun depan kita liburan bersama, kita nabung." Atau "Kamu tabung seberapa yang bisa kamu tabung. Nanti aku dukung seberapa aku bisa." Atau kalau keluarga-keluarga ini ekonominya rata-rata sama atau keluarga yang bisa mencukupi diri, swadaya swadana, "Ayo kita rencanakan, semua urunan, kita liburan bersama."
H : Tapi ‘kan ada tipe kepribadian orang-orang tertentu yang sulit menjalin komunikasi dengan akrab. Tidak biasa SMS-an, tidak biasa berhubungan lewat media sosial. Apakah tetap bisa terjalin relasi yang dekat ?
SK : Tentu kita tidak bisa 180 derajat berubah seketika dari struktur kepribadian kita, tapi paling tidak ada niat dan usaha. Tentu kita tidak sama. Orang yang dasar koleriknya kuat kemudian menjadi orang sanguin yang hangat dan supel, tidak bisa. Tapi mari kita ada ruang pertumbuhan bagi diri kita, niat dan tindakan nyata untuk menjalin relasi. Sekecil apa pun, sesederhana apa pun tapi kita ada niat proaktif memulai, memberi ruang, menciptakan momen-momen relasi, jalin relasi. ‘Kan jadi sahabat bagi saudara kandung. Berarti ada kesengajaan untuk mendekatkan diri kita dengan saudara kandung kita itu.
H : Jadi bisa juga melalui pemberian-pemberian. Misalnya kita tinggal di kota yang berbeda, sesekali kita kirimkan makanan atau oleh-oleh atau apapun kepada saudara kita itu.
SK : Betul. Saat ulang tahun, kita SMS atau telepon, atau tiba-tiba datang, "Ayo kita makan sama-sama. Traktiran" bawa kejutan-kejutan kecil, kue kecil, sebagai momen aku sayang kepadamu. Wah itu sangat berkesan. Selama ini diam, selama ini ada banyak konflik, tiba-tiba dia datang, "Aku minta maaf karena menyimpan kemarahan kepadamu selama ini. Aku minta maaf, aku mengasihi kamu. Ini tanda kasihku, terimalah." Lalu pergi. Itu menciptakan ruang penuh anugerah. Surga tiba-tiba hadir di tengah saudara kandung kita itu. Itulah yang perlu kita ciptakan di dalam nama Tuhan kita.
H : Dalam menjalin relasi secara hangat kadang jadi kebablasan dan menembus batas-batas privasinya.
SK : Ini poin ke empat. Hargai privasi saudara kandung kita, jangan karena kita terlalu bersemangat mau menjadi sahabat bagi saudara kandung kita, kita tabrak saja, "Bagaimana keuanganmu ? Bagaimana suamimu ? Bagaimana istrimu ?" Tidak bisa ! Tetap hargai privasi. Ada batas-batas dimana kita tidak memaksa saudara kita untuk membuka diri dan kita pun tidak perlu membuka diri kita dengan begitu telanjang. Rahasia keuangan kita dan sebagainya. Ada wilayah yang tidak perlu kita bagi dan kita tidak perlu meminta dia untuk berbagi dan cerita. Hargai.
H : Karena ada dorongan karena kita sangat memerhatikan saudara kandung kita, kita ingin jadi mata-mata, begitu Pak.
SK : Betul. Jadi kita tidak perlu serba ingin tahu kemudian menggosipkan, "Adik kita itu begini ya." Nanti dengan orang lain juga menggosipkannya. Justru saya melihat cukup banyak keluarga yang mengalami, karena gossip dan suka mencampuri urusan saudaranya atau keluarga saudaranya ini, lahirlah konflik yang tidak sehat. Keponakannya diurus. Sudahlah, itu ‘kan anak dia. Dia orang tuanya. Beri ruang dia untuk mengurus. Anaknya ada masalah, apa yang bisa kita dukung secara positif, lakukan itu. Bukannya malah menambahi dengan penghakiman, celotehan ataupun gossip. Ini ‘kan namanya tindakan di luar iman yaitu tindakan iblis, mengembangkan api pertengkaran dan permusuhan, tidak ada damai sejahtera.
H : Perlu berhikmat dalam memerhatikan batasan privasi itu ya, Pak ?
SK : Betul.
H : Tadi Bapak sempat mengatakan perhatikan hari ulang tahunnya, kita ucapkan selamat. Selain hari ulang tahun, momen-momennya yang lain juga perlu kita perhatikan atau hanya ulang tahunnya saja ?
SK : Betul. Itu poin yang kelima bagaimana menjadi sahabat bagi saudara kandung. Yaitu rayakan momen-momen penting saudara kandung kita itu. Ulang tahun, waktu dia meraih keberhasilan besar atau kecil, lagi buka usaha, naik jabatan, kalau dia sebagai seorang yang bekerja di perkantoran ataupun jabatan sebagai pegawai atau karyawan, atau anaknya naik kelas, anaknya ulang tahun, ataukah ada hal-hal apapun yang perlu dirayakan, mari. Minimal hadir, ucapkan sesuatu.
H : Pernikahannya, pernikahan anaknya, begitu ya Pak ? Termasuk peristiwa duka ya, Pak ?
SK : Ya, termasuk itu.
H : Selain merayakan momen penting hidupnya, langkah lain ?
SK : Yang keenam adalah tegakkan tata krama. Ini penting dan mirip dengan bagian menghargai privasi saudara kandung kita. Artinya, sekalipun kita saudara kandung, dia tetap adalah orang lain. Ingat itu. Sekalipun kita pernah sekian puluh tahun hidup bersama-sama, dia tetap orang lain. Artinya, beri salam, nyatakan terima kasih, minta maaf. Mungkin di keluarga asal kita tidak pernah diajari mengucapkan terima kasih, "Sudahlah, sesama saudara kandung tidak usah terima kasih. Itu ‘kan sudah selayaknya." Itu keliru. Mari kita berani mengoreksi, itu bukan budaya yang sehat. Dengan menyatakan terima kasih, ada sebuah penghargaan. Bukan berarti kita justru menambah jarak lebih lebar, tetapi ketika kita memberi ucapan terima kasih itu justru membangun jarak yang lebih dekat, karena ada penghormatan harkat dan martabat seseorang ini. Juga minta maaf. Mungkin orang tua kita di masa lalu tidak pernah meminta maaf kepada kita dan kita tidak pernah diajari, "Minta maaflah kalau kamu melakukan kesalahan, sekalipun itu kepada saudara kandungmu." Di dalam konteks ini, mari kita berani berubah. Tegakkan tata krama, minta maaflah. Kita permisi, ketok pintu dulu sebelum masuk rumahnya. Misalnya mencari saudara tidak ada tapi bertemu anaknya, jangan "Eh, dimana sih mamamu ? Dicari-cari kok tidak ada !" jangan begitu. Cobalah, "Dimana mamamu, ada tidak ? Lagi tidur ya ? Oke, tidak usah dibangunkan. Tante titip pesan ya buat mamamu." Memang kesannya formal. Tapi sesuatu yang seperti ini akan membuat hubungan itu jauh lebih baik daripada tindakan yang tabrak sana sini, justru membuat orang terluka dari hal-hal kecil. Akhirnya tanpa rasa respek, persahabatan tidak mungkin terbangun.
H : Kesulitannya, biasanya kalau kita dengan saudara kandung yang tinggal serumah, besar bersama dari kecil, namanya saudara kandung ya, kadang sudah seperti teman yang tidak terlalu formal. Dan tiba-tiba begitu mereka bertumbuh, harus memperhatikan formal, etiket. Bagaimana cara menghadapinya ?
SK : Begini, setiap daerah punya gaya dan cara. Gaya orang Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, Ambon, Medan, Papua bisa berbeda-beda menurut gaya daerahnya ya. Tetapi semangat menghormati itu tidak boleh dihilangkan. Itu universal. Penerjemahannya bisa berbeda. Cara saya berbicara tadi ‘kan berbahasa Indonesia yang konotasinya lebih formal daripada kalau kita berbahasa daerah. Tetaplah pakai bahasa daerah, tetapi hindari ekspresi bahasa daerah yang sebenarnya dekat dengan bentuk pelecehan. Misalnya ada daerah tertentu yang kalau memanggil memakai kata-kata jorok. Sebaiknya ditinggalkan, pakailah kata-kata yang wajar, bukan kata-kata jorok. Misalnya dulu adik kita dipanggil (maaf) "babi" karena dari kecil lucu dan suka makan. Bukan berarti dulu "babi" adalah bahasa akrab untuk menyapa dia, ketika dewasa memakai kata "babi" itu adalah penghinaan atau bullying. Gantilah dengan kata yang lain. Keakraban bukan berarti harus ditandai dengan tidak adanya penghormatan.
H : Dengan menegakkan tata krama, kita sudah belajar enam langkah menjadi sahabat bagi saudara kandung. Langkah berikutnya, Pak ?
SK : Hormati saudara ipar kita. Ini penting ya. Kita ingin menjadi sahabat bagi saudara kandung kita, tanpa sadar bisa jadi kita mengabaikan saudara ipar kita, baik itu suami atau istri dari saudara kandung kita, kita tidak cocok. Kita tidak respek bahkan menyakiti, gigi ganti gigi, mata ganti mata, dia pernah menyakiti kita, jadi kita balas. Dalam hal ini, rasa hormat itu perlu. Rasa hormat bukan berarti kita harus menyembah-nyembah, harus menuruti kemauan saudara ipar kita itu atau sama artinya dengan menuruti saudara kandung kita. menghormati dan menuruti adalah dua hal yang berbeda. Adakalanya kita boleh menolak keinginan atau usulannya, tapi tetap dilandasi dengan rasa hormat. "Maaf ya, aku hargai keputusan dan pilihanmu. Tapi aku tidak sepakat dalam hal ini. Maaf ya aku tidak bisa mengikuti hal ini." Nyatakan itu dengan sikap hormat. Bagaimana pun saudara ipar kita itu adalah bagian kehidupan yang menyatu dengan saudara kandung kita sebagai suami dan istri.
H : Pak, kadangkala kita bisa tidak suka dengan pilihan saudara kita sehingga dia menjadi ipar kita. Nah, cara mengatasinya bagaimana ?
SK : Sadarilah bahwa itu adalah batasan (Boundary). "Aku dan saudara kandungku, aku dan anakku, aku dan orang tuaku, tetap dua individu yang berbeda. Masing-masing Allah beri talenta, kepercayaan dan masing-masing akan dituntut pertanggungjawaban. Aku tidak harus bertanggung jawab kepada pilihan hidup saudara kandungku atau pilihan hidup anakku, aku tidak harus bertanggung jawab." Yang keliru, tanpa sadar ada beberapa keluarga adalah keluarga yang terbelit, dimana mungkin orang tua menuntut anak sulung, "Hei, kamu anak sulung! Kamu adalah pengganti papa mama ya. Kalau papa mama sudah meninggal, kamu jadi orang tua bagi adik-adikmu." Sehingga ada jiwa mesianik, ada jiwa yang terlalu bertanggung jawab pada si sulung ini. Sehingga apapun yang dilakukan adiknya, keponakannya, istri atau suami serba dia atur. Dia langgar tata krama, menghantam privasi saudaranya itu. Ini keliru. Tetap dalam persahabatan, dalam keakraban relasi keluarga saudara kandung, tetap ada yang namanya privasi. Ada individualitas, ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Itu yang perlu kita pahami dan camkan. Dengan demikian maka kita tidak akan memaksa sekalipun saudara kita pilih narkoba, memilih bercerai, memilih langkah-langkah meninggalkan Tuhan. Kita hormati pilihannya tanpa kita melakukan kekerasan. Kita hormati sekaligus pada saat yang sama kita mendoakan. Mungkin kita menangisi pilihannya itu, tapi kita terus mendoakan supaya anugerah Tuhan tidak meninggalkan dia, ada kesempatan kedua yang Allah berikan untuk dia berbalik.
H : Jadi meskipun ada banyak dinamika dan kadang juga bisa berkonflik dengan hadirnya saudara ipar, sebelum ada ipar pun misalnya sudah berkonflik, kadang kita sebagai anak atau sebagai saudara kandung, kita melihat teman kita yang bersesuaian dengan saudara kandungnya, kita bisa iri hati.
SK: Betul. Maka inilah langkah kedelapan menjadi sahabat bagi saudara kandung, yaitu syukuri sekaligus tolak pembandingan hubungan kakak beradik orang lain. Seringkali rumput tetangga terlihat lebih hijau daripada rumput kita. apapun sejarah relasi kita, syukurilah, bahwa ini adalah anugerah yang Allah berikan. Asset, talenta yang Allah berikan. Inilah saudara-saudara kandungku. Saya bersaudara kandung dan bersaudara ipar bukan kebetulan di dalam anugerah Tuhan. Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, termasuk di tengah relasi yang buruk dengan saudara kandung maupun saudara ipar kita ini.
H : Jadi kita harus mengaminkan bahwa bukan sebuah kebetulan kita bisa bersaudara kandung dengan kakak atau adik kita saat ini, begitu ya ?
SK : Betul. Dan lihat ini dari kedaulatan, cara pandang dan pemeliharaan Allah. Bahwa yang paling utama, kita pribadi menjadi hamba yang baik dan setia. Allah percayakan kita dengan saudara kandung yang begitu (maaf) brengsek, dengan saudara ipar yang begitu menjengkelkan dan menyakitkan membuat persaudaraan tercerai berai gara-gara dia. Tetapi di dalam anugerah Tuhan kita meminta kelapangan hati dan terimalah kelapangan hati itu. Beri ruang bagi proses dinamika bagi saudara kita dalam anugerah Tuhan.
H : Kadang di dalam diskusi dengan saudara kandung, ada topik-topik tertentu yang kalau dibahas bisa membuat ribut.
SK : Iya. Itu sangat mudah dijumpai dalam banyak relasi saudara kandung. Maka langkah yang kesembilan adalah berilah ruang bagi perbedaan dan kepekaan. Misalnya saudara kita peka kalau bicara pendidikan formal. Dia sekolah hanya sampai SMP. Dia memang tidak berminat sekolah, mungkin karena situasi orang tua kita dimasa lalu kurang memperhatikan penghargaan diri, suka membanding-bandingkan. Kebetulan kita superior dengan potensi kecerdasan akademis, kita melejit. Kemudian saudara kita dikatai, "Kamu itu tidak pintar. Tidak rajin seperti adikmu." Sehingga semakin pahit dan dia pun meninggalkan sekolah. Bicara soal pendidikan itu adalah wilayah yang sensitif. Bicara soal gelar akademis, kaya raya, atau yang lain. Apa boleh buat, dia ada dalam proses dititik terluka dan dia belum bisa memberi pengampunan. Kita hindari sedapat-dapatnya topik yang bersinggungan tentang hal itu.
H : Ada satu topik yang sensitif juga yaitu tentang warisan, Pak.
SK : Iya, Pak Hendra. Itu topik yang seperti api dalam sekam bagi banyak keluarga kita. Secara tradisional jarang orang tua yang semasa hidup sudah membuat akta warisan, misalnya dengan notaris, supaya pada waktu orang tua meninggal, pembagian warisannya sudah jelas. Ini yang melahirkan dinamit atau bom-bom yang meledak pada waktu orang tua meninggal. Maka langkah ke-10 menjadi sahabat bagi saudara kandung adalah berhikmatlah dalam membagi warisan. Artinya, akuilah Tuhan. Bukankah takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat. Libatkan Tuhan, akui Tuhan dalam cara pandang kita terhadap uang, kekayaan dan jaminan hidup. Artinya jangan sampai gara-gara warisan saudara kandung jadi bermusuhan. Akui bahwa Tuhan yang memelihara. Sekalipun kita mendapatkan warisan yang lebih kecil atau bahkan tidak dapat warisan pun, di dalam anugerah Tuhan, hidup kita tetap terjamin. Ini yang perlu kita amini. Sehingga tanpa kita dapat warisan sepeser pun, kita tetap bisa mengampuni saudara kandung kita dan memberi ruang bagi persahabatan sehingga tetap terjalin. Karena Allah di atas warisan.
H : Dengan kekuatan Tuhan, kita bisa ya Pak ?
SK : Betul. Itu tidak mudah tetapi itu kesempatan kita untuk bertumbuh serupa dengan Yesus.
H : Apa pesan firman Tuhan untuk topik kita kali ini ?
SK : Saya bacakan dari Kitab Amsal 18:24, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Kalau firman Tuhan mengatakan ada, berarti tidak semua ‘kan ? Tidak semua saudara mendatangkan kecelakaan. Tidak semua saudara porak poranda. Mari jadikanlah saudara kandung kita sebagai saudara kandung yang diberkati oleh keberadaan kita, bukan menerima kecelakaan karena kita. Jadikanlah saudara kandung kita itu sahabat dan kita minimal mau menjadi sahabat bagi saudara kandung kita apapun kasusnya. Dengan demikian, kehadiran kita memberkati saudara kandung kita dan nama Allah dipermuliakan.
H : Terima kasih untuk percakapan yang sangat menarik ini, Pak Sindu. Para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, MK. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang topik "Menjadi Sahabat bagi Saudara Kandung". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami melalui surat yang dapat dialamatkan kepada Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.