Mengapa Wanita Berselingkuh?

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T528A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Dosa perzinahan tidak hanya menghancurkan hidup pribadi tapi juga keluarga dan pelayanan kita. Berbagai penyebab wanita berselingkuh, yaitu :
(1) kebutuhan akan perhatian,
(2) kebutuhan akan dukungan konkret;
(3) kebutuhan akan rasa aman dan
(4) rasa kesepian. Perselingkuhan adalah dosa yang tersembunyi, tidak ada yang melihatnya namun Tuhan melihatnya. Perzinahan memperburuk masalah yang kita hadapi dan perzinahan adalah jalan buntu, tidak pernah menjadi jalan keluar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sewaktu ditanya apakah ingatan tentang dirinya yang ia ingin tinggalkan setelah kematiannya, Pendeta Billy Graham menjawab, "integritas." Puji Tuhan ! Itulah ingatan tentang dirinya yang telah ia titipkan kepada kita semua. Sampai akhir beliau menjaga kekudusan hidupnya dan tidak jatuh ke dalam dosa yang mengharuskannya kehilangan integritas.

Sebagai anak Tuhan kita pun ingin menjaga kekudusan dan membawa integritas sebagai persembahan hidup kita kepada Tuhan. Tetapi, ada yang berhasil, ada yang tidak. Dari semua yang tidak berhasil, sebagian jatuh ke dalam dosa perzinahan—dosa yang tidak hanya menghancurkan hidup pribadi, tetapi juga keluarga dan pelayanan kita. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengapakah wanita jatuh ke dalam dosa perselingkuhan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa faktor penyebabnya.

  • Mungkin penyebab yang paling sering membuat wanita jatuh ke dalam dosa perzinahan adalah kebutuhannya akan PERHATIAN. Tidak soal apakah pernikahan baik atau tidak baik, begitu ia mendapat perhatian dari pria, ia akan merasa senang dan sadar atau tidak sadar, ia akan berusaha memperolehnya lagi. Ditelepon, ditanya, diberikan senyum, diajak bicara, diajak pergi, diberikan kabar, adalah beberapa contoh bentuk perhatian yang biasanya mendapat sambutan hangat dari wanita. Sudah tentu bila ia mendapat perhatian yang cukup dari suami, ia akan lebih dapat menahan diri, tetapi jika tidak, akan terlebih sukar baginya untuk menguasai dirinya. Itu sebab ia mesti mengawasi kebutuhannya akan perhatian dan tidak membiarkan diri terseret olehnya.
  • Hal lain yang juga cukup berperan besar dalam keputusannya untuk terlibat secara romantis dengan orang yang bukan suaminya adalah kebutuhannya akan DUKUNGAN KONKRET. Di satu pihak wanita senang mendengar kata-kata romantis dan sarat kasih tetapi pada kenyataannya wanita jauh lebih senang melihat dukungan atau bantuan konkret. Mungkin wanita yang masih belia lebih menikmati kata-kata romantis dan mesra, tetapi wanita yang telah berkeluarga dan mengerti kenyataan hidup akan lebih menghargai tindakan konkret sebagai wujud kasih dan kepedulian. Itu sebab tatkala ia menerimanya dari pria di luar rumah, ia mudah tersentuh dan menyerah.
  • Hal lain yang juga menjadi pintu masuk perselingkuhan bagi wanita adalah kebutuhannya akan RASA AMAN. Pada umumnya wanita menyukai keajegan; ia tidak suka keterkejutan. Bila ia menikah dengan pria yang tidak stabil, ia merasa cemas. Nah, di dalam kecemasan ia akan mencari rasa aman; sewaktu ia menerimanya dari seorang pria, godaan itu susah dilawannya. Itu sebab wanita mudah tertarik dengan pria yang mapan dan matang karena keduanya identik dengan kestabilan dan keamanan.
  • Satu lagi kebutuhan yang kerap membuka pintu perselingkuhan adalah KESEPIAN. Lebih daripada pria, kebanyakan wanita membutuhkan teman yang dapat bercakap-cakap dengannya. Di dalam kesepian ia rentan; begitu seseorang masuk dan mengisinya, ia mudah jatuh. Berbeda dengan pria, kebanyakan wanita tidak mendambakan pemenuhan seksual untuk mengisi kesepiannya. Bukan berarti kebutuhan itu tidak ada, tetap ada, tetapi tidak terlalu mendesak, seperti yang dialami pria.

Kitab 2 Samuel 11 memuat kejatuhan Daud ke dalam dosa—ia berzinah dengan Batsyeba. Di sini dapat kita lihat bahwa Batsyeba berpartisipasi secara sukarela tanpa paksaan. Pertanyaannya adalah, mengapa? Jawabannya terdapat di dalam penjabaran di atas:

  • Batsyeba membutuhkan perhatian dan ia memperolehnya dari Daud. Pada saat itu tentara pergi berperang selama berbulan-bulan dan kadang bertahun-tahun tanpa berkesempatan pulang menemui keluarganya. Kita dapat menduga bahwa Batsyeba membutuhkan perhatian dan perhatian dari Raja Daud tidak mudah diabaikan.
  • Besar kemungkinan Batsyeba cemas memikirkan suaminya yang sedang bertugas di medan tempur. Hidup dengan Uria bukanlah sebuah kehidupan yang ajeg; ia tidak tahu apakah suaminya akan pulang atau tidak. Daud datang membawa rasa aman; Batsyeba pun tidak kuasa menampiknya.
  • Sudah tentu kesepian berperan besar di dalam perselingkuhan itu. Kita tidak tahu sudah seberapa lama ia hidup sendiri, tidak ada yang dapat diajaknya bicara dan tidak ada yang mendampinginya baik secara fisik maupun emosional. Tidak heran, begitu Daud masuk ke dalam hidupnya, Batsyeba tidak kuasa menolaknya. Ia menyambutnya.

Perselingkuhan adalah dosa yang tersembunyi—dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan di dalam ruang yang tertutup. Tidak ada yang melihatnya. Namun, Tuhan melihatnya, sebagaimana ditegaskan di dalam Amsal 5:21, "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasinya."

Menahan diri untuk tidak berselingkuh memang tidak dengan serta merta menyelesaikan masalah pernikahan. Tetapi setidaknya kita dapat berkata bahwa menahan diri untuk tidak berselingkuh membuat masalah tidak bertambah parah. Perzinahan pastilah memperburuk masalah yang kita hadapi; perzinahan tidak pernah menjadi jalan keluar. Perzinahan justru adalah jalan buntu.