Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA).Saya, Gunawan Santoso, dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini ditemani oleh Bapak Necholas David. Kami akan berbincang-bincang dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan kami yang terdahulu yaitu "Mencintai Sampai Mati" Kami telah membicarakan topik "Mengatasi Konflik", kali ini kita membicarakan tentang" Memelihara Cinta". Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, karena bagian memelihara cinta ini juga terkait dengan bagian yang pertama mengenai "Mengatasi Konflik" supaya kita bisa saling mengasihi pasangan kita sampai akhir hayat kita masing-masing. Mungkin Pak Paul bisa mengulas secara singkat, hal-hal apa yang Pak Paul bicarakan atau kita bicarakan tentang "Mengatasi Konflik" itu?
PG : Jadi kita ini sedang membicarakan satu topik yaitu bagaimana bisa tetap mencintai sampai akhir hayat kita di dalam pernikahan. Nah, ada dua hal yang mesti kita lakukan yaitu pertama kita mesti dapat mengatasi konflik. Kalau kita tidak bisa mengatasi konflik maka konflik itu nantinya akan menggerogoti pernikahan kita. Dan yang kedua adalah kita mesti memelihara cinta sebab cinta itu memang mesti dipelihara untuk tetap bertahan dan bertumbuh. Nah, kita sudah bahas beberapa prinsip umum dalam mengatasi konflik. Misalkan, yang kita bahas pertama bahwa kita mesti sediakan waktu yang cukup. Jika terburu-buru berkonflik itu tidak akan bisa produktif atau yang kedua adalah dengarkan baik-baik jangan sibuk pokoknya asal didengarkan supaya pasangan mengerti apa yang saya maksud, jangan. Kita mesti mendengarkan baik-baik. Ketiga, biasakan untuk satu konflik satu masalah jangan sampai satu konflik akhirnya membahas permasalahan yang tidak habis-habis. Yang berikut adalah akuilah bagian kita sekecil apapun. Jangan pokoknya tunggu pasangan dulu yang mengakui bagian kesalahannya apa. Jangan. Kita lebih dahulu yang mesti berani berkata, "Oke saya salah disini. Saya minta maaf disini." Terus kita juga mesti belajar menggunakan cara yang benar. Jangan sampai nada suara kita, kita membentak-bentak pasangan, kita membanting pintu atau apa, jangan gunakan cara-cara yang salah. Dan yang terakhir adalah kita berdoa. Jangan sampai kita dalam konflik lupa untuk berdoa, minta tolong pada Tuhan sebab Tuhan ada dalam konflik kita bukan hanya Tuhan ada dalam keharmonisan kita, tapi Dia ada dalam konflik kita. Jadi berdoalah minta Dia tolong kita. Setelah kita selesai berkonflik barulah kita nanti bisa berdoa bersama.
GS : Iya. Jadi kalau sekarang kita akan membicarakan tentang memelihara cinta, ini memang ada hal yang sangat terkait dengan topik yang pertama tadi, Pak Paul. Jadi untuk mengatasi konflik kita perlu memelihara cinta, Pak Paul.
PG : Betul.
GS : Dan dengan memelihara cinta kita bisa mengatasi konflik ini. Bagaimana dengan memelihara cinta ini?
PG : Jadi intinya adalah kita mesti mengerti bahwa cinta itu tidak bertumbuh dengan sendirinya. Nah, salah satu ketidakmengertian kita adalah tentang hal ini, Pak Gunawan. Seringkali kita berpikir, cinta itu akan selalu ada dan kita tidak perlu berbuat apa-apa untuk memeliharanya. Tidak. Kita mesti berbuat sesuatu untuk memelihara cinta. Nah, yang pertama adalah sediakan waktu dan tenaga. Cinta hanya dapat bertahan dan bertumbuh di dalam kebersamaan. Tidak heran ada begitu banyak pernikahan yang retak akibat perpisahan. Kita pun tahu betapa banyak perselingkuhan yang terjadi akibat perpisahan. Nah, kalaupun tidak sampai terjadi perceraian, acap kali dia menahannya bukan karena cinta melainkan komitmen. Jadi banyak orang yang akhirnya pernikahannya rusak. Kenapa tidak bercerai? Bukan karena cinta lagi tapi komitmen, atau alasan anak. Jadi kita memang mesti menyediakan waktu dan tenaga untuk memelihara cinta. Kalau kita jarang bersama-sama dengan pasangan kita, tinggal tunggu waktu nanti akhirnya cinta kita semakin kering.
ND : Ini maksudnya suami dan istri jarang bersama-sama atau bagaimana dengan pasangan yang tinggalnya berjauhan karena pekerjaan atau kondisi lainnya?
PG : Kadang-kadang memang hidup itu tidak ideal, Pak Necholas. Jadi sebetulnya kita tidak ingin berpisah tapi kita harus berpisah karena pekerjaan. Atau masalahnya adalah kalau kita memaksa keluarga kita pindah maka kita kasihan kepada anak-anak tentang sekolahnya dan sebagainya. Jadi akhirnya kita yang mengalah; "Sudah saya saja yang pergi bekerja, karena hanya ada lowongannya disini. Kalau saya tidak terima kita tidak akan ada penghasilan." Nah, dalam kondisi yang seperti itu sudah tentu tidak apa-apa kita berpisah. Namun memang kita mesti mengusahakan sekali, sedapat-dapatnya dengan segera kita kumpul kembali dan kita juga mesti mengusahakan sering-sering pulang dan waktu pulang jangan merepotkan diri dengan hal-hal lain. Jadi benar-benar pulang hanya untuk bersama keluarga kita. Tapi memang idealnya adalah kita tidak terpisah, sebab pada akhirnya cinta itu tidak bisa dipertahankan kalau akhirnya kita tidak tinggal lagi bersama-sama dengan pasangan kita.
GS : Iya. Tapi perpisahan secara fisik itu akan mengakibatkan perpisahan secara emosional. Dan mana yang lebih sulit untuk ditangani; perpisahan secara fisik atau secara emosional?
PG : Yang emosional, Pak Gunawan. Karena memang itu berkaitan dengan perasaan kita. Kalau memang akhirnya kita sudah merasa jauh meskipun tinggal bersama tetapi tidak ada koneksi, itu serius, Pak Gunawan. Itu berarti memang ada masalah yang berat dalam pernikahan kita sehingga kita itu kehilangan kasih kepada pasangan kita.
GS : Jadi walaupun kita tinggal serumah tapi sebenarnya kita juga bisa berpisah?
PG : Betul. Dan banyak yang seperti itu, masih dalam satu rumah tangga tapi sebetulnya tidak ada lagi tali yang mengikat mereka kecuali anak-anak atau janji menikah saja. Ini tidak sehat. Jadi memang perlu sekali kita menyediakan waktu dan tenaga, ini berkaitan dengan konsep atau pengertian kita tentang cinta, Pak Gunawan. Saya akan berikan 3 masukan secara teoritis. Di dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang digunakan untuk melukiskan cinta, 3 diantaranya adalah eros, fileo dan agape. Kita tahu agape adalah cinta yang terluhur, cinta pada puncaknya yaitu mencintai tanpa pamrih. Seperti inilah kasih Allah kepada kita, selalu memberi dan berkorban. Fileo adalah cinta persahabatan. Kita cenderung mengasihi orang yang punya banyak kesamaan dengan kita dan baik kepada kita. Sedangkan eros adalah cinta yang dikaitkan dengan cinta kedagingan, cinta yang bermuatan ketertarikan secara fisik serta keinginan untuk memiliki dan menikmati. Karena kita beranggapan bahwa terpenting adalah cinta agape dan bahwa pernikahan hanya boleh diisi oleh cinta agape maka pandangan ini keliru. Sesungguhnya di dalam pernikahan ketiga cinta ini mesti hadir dan bahwa cinta dalam pernikahan justru dimulai dan dibangun di atas cinta eros. Kita tidak mungkin tiba pada cinta agape tanpa cinta eros atau fileo. Kita mesti memiliki ketertarikan fisik dan keinginan untuk memiliki serta menikmati pasangan sebelum pada akhirnya kita dapat mengasihinya tanpa pamrih. Kita pun harus memiliki cinta fileo yakni menjadikan pasangan sebagai sahabat karena kita menemukan kesamaan dan hal-hal yang baik pada dirinya. Kita senang bersahabat dengannya karena dia sungguh baik dan memerhatikan kita. Nah, di dalam relasi persahabatan seperti inilah baru cinta agape dapat bertunas. Kita mengasihi pasangan yang adalah sahabat kita. Ini poinnya, cinta eros dan fileo menuntut waktu dan tenaga. Mustahil kita dapat menikmati itu satu sama lain secara fisik bila kita tidak menghabiskan waktu dan tenaga bersamanya. Dan mustahil kita bisa menjalin persahabatan jika kita tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk saling mengenal dan mendukung. Nah, di atas eros dan fileo yang dibangun dengan waktu dan tenaga barulah akan lahir kasih agape. Di atas ketertarikan dan kenikmatan cinta, di atas penghargaan dan rasa syukur atas kehadiran seorang sahabat di samping kita barulah kita memberi dan berkorban tanpa batas alias agape.
GS : Di dalam kasih agape ini sendiri, itu menuntut waktu dan tenaga kita jauh lebih banyak daripada yang eros dan fileo tadi, Pak Paul. Tetapi kita sedang menyerahkan diri kita atau mengorbankan diri kita untuk terlibat ke dalam hubungan pernikahan itu.
PG : Betul. Jadi kalau kita mau memertahankan cinta dalam pernikahan kita, kita memang harus terlibat dan harus berbicara dengan pasangan kita, harus bantu dia, harus dengarkan dia maka itu semua menuntut waktu dan tenaga. Maka kalau kita mau memelihara cinta mesti rela memberikan waktu dan tenaga itu.
GS : Dan itu diberikan secara sukarela, artinya memang menyadari kita dituntut untuk menyediakan waktu dan tenaga kita, Pak Paul.
PG : Betul, betul. Jadi tidak bisa kita berharap cinta kita akan terus hidup dan membara kalau kita memang jarang bertemu. Pagi sampai malam kita pergi, weekend kita repot tapi pasangan kita baru tidak repot akhirnya kita jarang sekali bisa bicara. Tinggal tunggu waktu memang akhirnya hubungan kita retak.
GS : Kalau yang disebut storge itu apa, Pak Paul?
PG : Saya sendiri kurang begitu pasti. Tapi masalah itu berkaitan dengan keluarga, Pak Gunawan. Jadi sepertinya kasih yang berkaitan dengan saudara. Memang itu bisa dimasukkan disini, tapi memang itu tidak terlalu berbeda sekali dengan fileo.
GS : Jadi semua kasih harus ada di dalam hubungan suami-istri?
PG : Betul. Dan yang menjadi dasarnya itu eros dan fileo.
GS : Tapi tujuannya untuk membentuk kasih agape itu?
PG : Betul.
GS : Dan itu dimungkinkan untuk dimiliki seseorang, Pak Paul?
PG : Betul, bisa Pak Gunawan. Pada akhirnya kita belajar mengasihi tanpa pamrih, berkorban tanpa menuntut apapun darinya.
ND : Pak Paul, disini tampaknya menyediakan waktu yang cukup sangat penting dalam hal mengatasi konflik kemudian juga memelihara cinta. Sebetulnya bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sudah menyediakan waktu yang cukup? Tandanya apa?
PG : Memang bisa relatif, Pak Necholas, karena kita bisa berkata, "Bukankah saya sudah memberikan waktu ini? Saya sudah di rumah. Bukankah waktu teman-teman saya pergi saya memilih tidak pergi karena saya melihat kamu butuh saya." Tapi pasangan berkata, "Tapi masih kurang." Jadi memang dalam soal waktu dan tenaga ini kita bisa berbeda pandangan dan kriteria karena yang diminta lebih besar daripada apa yang kita berikan. Nah, yang perlu kita lakukan adalah kita mesti berdialog dan berkata, "Inilah jadwal saya setiap hari atau setiap minggu. Yang saya lakukan adalah ketika saya bisa tidak pergi saya justru memilih tidak pergi, meskipun sebenarnya saya diharapkan pergi oleh perusahaan tapi saya menolaknya karena saya memang bersamamu disini." Jadi pasangan bisa melihat kita berusaha mengorbankan yang lain di luar demi dia dan demi anak-anak.
GS : Biasanya itu kalau kita memberikan sesuatu baik waktu maupun tenaga kita, pada saat tidak dibutuhkan itu agak sia-sia, Pak Paul. Pada saat dia tidak butuh kehadiran kita dan kita menyediakan waktu maka penerimaan dari pihak pasangan ini agak berkurang. Lain halnya dengan, kalau pada saat dia membutuhkan kehadiran kita atau waktu kita itu kita berikan dan ini memberikan kesan yang dalam pada pasangan.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi seringkali begini, kalau pas dia butuh kita tidak ada, pas dia butuh, "Maaf saya sibuk." Maka lama-kelamaan pasangan harus beradaptasi. Beradaptasi apa artinya? Beradaptasi hidup tanpa kita. Nah, semakin hari semakin tidak membutuhkan kita dan berarti itu semakin mengurangi keintiman dan itu tidak bisa tidak akan memengaruhi cinta itu.
GS : Iya. Karena kalau kita menyediakan tenaga padahal tenaga kita tidak dibutuhkan itu dianggap merepotkan Pak Paul, malah mengganggu.
PG : Betul. Pada akhirnya memang kalau pasangan terbiasa dengan begitu seperti ketika dia minta sesuatu lalu mengatakan, "Maaf tidak bisa, saya repot", maka sampai satu titik akhrnya dia tidak meminta lagi. Nanti biasanya kalau sudah mulai tua, yang satu berkata, "Saya mau ikut campur sekarang. Saya mau terlibat" Pasangannya berkata, "Sudah terlambat saya tidak butuh kamu lagi."
GS : Iya. Lalu hal yang kedua apa, Pak Paul?
PG : Untuk memelihara cinta kita perlu menegakkan kemakmuran dan keadilan. Yang saya maksudkan dengan menegakkan kemakmuran adalah memenuhi kebutuhan emosional pasangan secara melimpah. Kita masuk ke dalam pernikahan dengan membawa kebutuhan masing-masing seperti kebutuhan untuk dikasihi dan diperhatikan serta kebutuhan untuk merasa diri berharga dan berguna. Bukan saja kita mesti mengakui kebutuhan ini, kita pun mesti menyadari bahwa pasangan pun memunyai kebutuhan ini. Dan bahwa kita bertanggung jawab untuk memenuhinya. Tidak ada orang yang bertanggung jawab untuk memenuhinya selain kita sendiri. Pada akhirnya, semakin kita dicukupkan maka makin kita menyayangi pasangan. Namun kita tidak boleh berhenti disitu tapi kita pun harus menegakkan keadilan dalam pernikahan. Yang saya maksud dengan menegakkan keadilan adalah kita harus bersikap adil kepada pasangan, kita harus memberi selain menerima. Kita mesti memerhatikan bukan hanya kita diperhatikan. Kita harus menghargai dan tidak hanya menuntut penghargaan. Singkat kata, kita mesti menerapkan perintah Tuhan kita Yesus yakni apapun yang kita harapkan orang perbuat pada kita itulah yang kita perbuat kepada orang, sebab bagaimanapun juga kita adalah manusia dan sebagai manusia biasa kita hanya dapat mencintai di dalam kecukupan dan keadilan. Sekuat-kuatnya kita bila kita terus memberi dan tidak menerima pada akhirnya kita merasa letih dan mungkin marah. Kita mungkin merasa diperalat dan disia-siakan dan bila itu terjadi sebab kemungkinan kita akan berhenti mencukupi kebutuhan pasangan dan cinta pun akan surut.
GS : Iya. Jadi apa akibat sebenarnya kalau kemakmuran dan keadilan itu kita tidak bisa penuhi?
PG : Jadi kita makmur dalam pengertian kebutuhan emosional kita dipenuhi. Kita adil dalam pengertian bukan saja kita menuntut tapi kita pun mau memberi. Itu adalah salah satu resep memelihara cinta, Pak Gunawan. Begitu kita tidak memberi kebutuhan pasangan, maka itu berarti kita mulai tidak memelihara cinta. Begitu kita hanya maunya menuntut, tidak mau memberi maka kita sudah mulai tidak mau memelihara cinta. Jadi cinta didirikan diatas kemakmuran dan keadilan ini.
GS : Lalu apa tandanya bahwa itu sudah terpenuhi, Pak Paul?
PG : Memang ini relatif, Pak Gunawan. Memang harus saya akui ada orang yang masuk ke dalam pernikahan membawa kebutuhan yang besar, misalnya dia tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari keluarganya sehingga waktu dia menikah dengan kita yang dia harapkan adalah kita memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada dia. Bisa jadi akhirnya kita tidak sanggup. Kita merasa lelah, kita memberi terus. Tetapi kita tidak memberi apa-apa. Nah, pihak yang butuh itu jangan lupa bahwa dia juga bertugas menegaskan keadilan. Artinya apa? Dia tidak hanya menerima. Dia tidak hanya berkata, "Saya memang butuh kasih sayang dan kamu harus memberikannya." Dia juga harus berpikir apa itu yang saya berikan, bukan hanya saya menerima darimu.
GS : Kalau dari pihak orang yang butuh atau haus kemakmuran itu tadi, Pak Paul, tetapi tidak bisa memberikan sesuatu maka itu terancam pernikahannya?
PG : Seringkali iya, Pak Gunawan. Sebab sekuat-kuatnya kita, kita manusia yang punya keterbatasan. Jadi akhirnya kalau kita terus memberi maka lama-kelamaan kita merasa lelah dan rentan sekali. Dan akhirnya kita juga rentan terhadap orang lain yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Waktu ada orang lain yang sepertinya baik memerhatikan kita, nyaman berbicara dengannya jika dengan pasangan kita jadinya lelah, maka kita mudah sekali tergoda itu. Memang kita mesti menjaga dan memelihara cinta kita dengan memerhatikan prinsip kemakmuran dan keadilan ini.
GS : Memang memelihara cinta harus dilakukan kedua belah pihak tidak mungkin dilakukan satu pihak saja.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi saya mau adanya keseimbangan. Kita tidak bisa berkata, "Kamu punya kebutuhan maka kamu penuhi sendiri, urus sendiri." Tidak, tidak bisa. Kita menikah berarti kita akan saling pikul beban, beban kita dia dan pikul beban kita dia pikul. Memang pada kenyataannya saya harus mengakui bahwa seringkali beban itu tidak sama. Ada yang bawa beban lebih berat daripada pasangannya dan itu adalah kenyataan yang harus kita terima. Kita tidak bisa kalau menikah dengan orang timbang-timbang atau ukur-ukur pokoknya persis sama, "Beban yang aku pikul dari kamu dan beban yang kamu pikul dari aku harus persis sama. Kalau tidak sama tidak mau." Tidak bisa begitu. Kita bertumbuh sebagai anak Tuhan lewat pengorbanan. Jadi memang kita harus menyadari masing-masing memunyai kebutuhan dan kita mesti berusaha memenuhi kebutuhan itu; itu tanggungjawab kita. Jadi tidak benar kalau seorang berkata, "Ini bukan urusan saya. Dia punya kebutuhan untuk dikasihi yang begitu besar, masakah saya harus penuhi? Cuma gara-gara dulu dia kurang dikasihi atau dia kurang percaya diri karena dulu tidak pernah dihargai oleh orangtuanya atau lingkungannya. Masakan sekarang saya harus menghargai dia? Itu bukan urusan saya?" Terbalik, itu urusan kita karena begitu kita menikah memang persolan pasangan kita menjadi persoalan kita. Kebutuhan dia tanggung jawab kita juga untuk memenuhinya. Tapi pada saat yang sama, saya juga mau mengingatkan tegakkan prinsip keadilan, yang meminta jangan lupa untuk memberi.
ND : Jadi selain komunikasi yang baik, juga diperlukan keberanian untuk terbuka mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan masing-masing?
PG : Saya suka kata keberanian yang Pak Necholas katakan, sebab memang butuh keberanian untuk mengakui inilah kebutuhan saya. Dan satu lagi yang dibutuhkan adalah kerendahan hati. Sangat sukar sekali mengakui kebutuhan kita karena kita ini merasa gengsi. Kita ini merasa jadinya mengemis dan kita tidak mau melihat diri kita sebagai pengemis apalagi dilihat oleh pasangan sebagai pengemis. Jadi seringkali yang terjadi dalam pernikahan kita tidak berani meminta. Yang kita lakukan akhirnya menuntut. Jadi salah satu cara untuk menilai pernikahan ini masih sehat atau tidak ialah dari hal-hal kecil seperti ini, Pak Necholas. Selama masih saling meminta sebenarnya itu masih sehat, kalau sudah saling menuntut berarti pernikahan itu sudah memburuk. Begitu. Nah, ada orang yang tidak mau meminta hanya maunya menuntut karena gengsi, daripada dia harus sepertinya direndahkan untuk meminta sehingga dia menuntut saja. Maka tidak bisa tidak pernikahan itu akan memburuk.
GS : Tapi bedanya meminta dan menuntut itu tipis sekali, Pak Paul? Kadang-kadang, awalnya meminta tapi lama-lama menjadi tuntutan.
PG : Memang bisa jadi mengapa kita lama-lama menuntut karena pasangan tidak mendengarkan kita, tidak mau menggubris. Sudah ini kita seolah-olah kita menggedor-gedor pintu supaya dia mendengarkan kita. Tapi memang sebaiknya kita meminta. Bagaimanapun juga kita meminta. Meminta artinya adalah mengakui inilah kebutuhan saya dan meminta juga seolah-olah berkata, "Saya tidak akan memaksa kamu. Jadi sedapat-dapatnya kamu berikan kepada saya secara sukarela."
GS : Iya. Seringkali kita menganggap pasangan kita itu sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan saya, jadi kita tidak perlu meminta kalau meminta akan keterusan menjadi menuntut itu tadi.
PG: Iya. Memang tidak salah kita beranggapan bahwa seharusnya kamu kenal saya, kamu tahu kebutuhan saya, itu tidak salah. Sebab kita hidup bersama. Jadi tidak apa-apa kita berharap begitu tetapi kita juga harus menyadari terutama di awal-awal pernikahan kita masih saling belajar. Tidak selalu pasangan itu ingat. Dia mungkin tahu tapi dia tidak selalu ingat bahwa ini adalah kebutuhan kita. Nah, kadang-kadang ketika dia lupa kita ingatkan bukan dengan nada marah tapi dengan nada yang mohon ingat jangan lupa ini kebutuhan saya.
GS : Hal yang ketiga apa, Pak Paul?
PG : Ketiga dan terakhir adalah untuk memelihara cinta hiduplah kudus dan benar. Tidak ada orang yang lebih indah dan agung daripada orang yang rohani. Orang yang hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan. Orang yang hidup takut akan Tuhan dan hidupnya penuh dengan kasih Allah. Berhadapan dengan orang seperti itu tidak bisa tidak maka hati kita bergetar dan takjub seakan-akan kita berjumpa dengan Allah sendiri. Bayangkan jika orang itu adalah suami atau istri kita. Cinta bertumbuh di atas hormat dan kagum, dan tidak ada yang lebih menggugah hormat dan kagum selain dari hidup yang kudus dan benar. Jadi jika kita menginginkan pasangan untuk menghormati dan mengagumi kita dan akhirnya mencintai kita maka hiduplah kudus dan benar di hadapan Tuhan dan manusia. Jadilah orang yang bukan hanya membaca Alkitab tetapi juga menjalankannya. Jadilah orang yang bukan hanya berdoa, tetapi juga hidup di hadirat Allah setiap saat. Jadilah bukan hanya orang beriman tapi juga berkasih hati.
GS: Iya. Pengertian hidup benar ini dalam arti kata apa, Pak Paul?
PG : Menjauh dari dosa, Pak Gunawan. Jadi kita ini mau melakukan hal-hal yang benar buakan hal-hal yang berdosa. Jadi kudus dan benar artinya jauh dari dosa, dekat dengan Tuhan, tidak melakukan yang Tuhan larang tapi melakukan yang Tuhan inginkan jadi keseimbangan kudus dan benar.
GS : Iya. Tetapi itu tidak semata-mata dari kekuatan kita sendiri, Pak Paul? Orang yang tidak memiliki Roh Kudus di dalam dirinya akan kesulitan melakukan hal itu?
PG : Betul. Agar kita bisa melakukan yang Tuhan kehendaki sudah tentu kita membutuhkan kuasa Tuhan. Kita mesti mengakui bahwa kita adalah orang berdoa. Kecenderungan kita adalah berbuat dosa, maka kita membutuhkan kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita hidup kudus dan benar.
GS : Iya. Pak Paul, sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin ada satu bagian Alkitab yang bisa menguatkan pembicaraan ini, Pak Paul?
PG : Sewaktu ditanya oleh seorang ahli Taurat, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, adalah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Ini dicatat di Matius 22:35-40. Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita, sudah tentu termaktub dan terutama adalah mengasihi suami dan istri kita. Dan itu dimulai dan harus dimulai dengan mengasihi Tuhan Allah terlebih dahulu.
GS : Iya. Jadi awal dari memelihara cinta ini harus kasih kita kepada Tuhan itu harus jelas dulu, Pak Paul. Baru kita bisa mengasihi sesama kita terutama pasangan kita.
PG : Betul.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memelihara Cinta" yang merupakan bagian dari topik "Mencintai Sampai Mati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Atau Anda juga dapat menggunakan e-mail ke alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan, serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.