Mencari Pasangan Hidup

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T423B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak-anak menyerap banyak hal dari orang tua ketika mereka memilih jodoh. Kalau seorang pria menyukai sikap-sikap mamanya dia akan cenderung mencari wanita yang menyerupai mamanya. Demikian juga dengan wanita, kalau dia menghormati sifat-sifat ayahnya dia juga cenderung untuk mencari pria atau mendekati pria yang menyerupai ayahnya. Namun lebih dari semua itu ada prinsip-prinsip yang perlu dijadikan pedoman dalam memilih pasangan hidup, dan materi ini akan menyajikan prinsip-prinsip tersebut.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seorang anak memilih jodoh sesungguhnya tidak begitu jauh berkisar dari orang tua. Maksudnya anak-anak menyerap banyak hal dari orang tua. Misalnya interaksi orang tua, hal-hal yang mereka sukai atau tidak sukai dari seorang pria atau seorang wanita. Kalau seorang pria menyukai sikap-sikap mamanya dia akan cenderung mencari wanita yang menyerupai mamanya. Demikian juga dengan wanita, kalau dia menghormati sifat-sifat ayahnya dia juga cenderung untuk mencari pria atau mendekati pria yang menyerupai ayahnya.

Pedoman-pedoman atau prinsip yang dapat digunakan untuk mencari pasangan hidup, dipandang dari sudut kristiani adalah sebagai berikut:

  1. Seiman
    1 Korintus 7:39, "Istri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya." Di sini ditekankan hanya boleh menikah dengan yang seiman atau orang percaya/sesama orang Kristen.
  2. Nikahilah orang yang sesuai dengan selera kita. Orang yang kita sukai.
  3. Kejadian 2:18, Tuhan Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Nah prinsip selanjutnya menikahlah dengan yang sepadan, maksudnya sepadan adalah cocok dengan kita. Kecocokan adalah hal yang penting, tidak harus sama tapi bisa mengimbangi dan bisa menerima perbedaan masing-masing.

Kecocokan yang perlu kita pertimbangkan adalah :

  1. Kecocokan secara emosional, kecocokan secara sifat atau karakteristik, tabiat, perangai. Jangan menikah dengan orang yang sifatnya tidak kita sukai. Memang tidak mudah kita menemukannya karena perbedaan-perbedaannya tidak mudah kita lihat.
    Adakalanya kita dibutakan oleh beberapa faktor yaitu:

    1. Dibutakan oleh impian kita, bahwa nanti akan berubah

    2. Menyangkali perbedaan kita atau ketidakcocokan kita dengan dalih bahwa ketidakcocokan itu adalah bumbu dalam pernikahan, bumbu yang bisa menambah sedapnya makanan pernikahan. Hati-hati dengan pemikiran ini.

Seorang remaja dianjurkan berpacaran setelah lulus SMA, jadi setelah usia 18 tahun. Anak-anak di bawah usia 18 tahun sebetulnya sedang berada pada tahap proses membentuk identitas diri, mereka mulai mencari tahu siapa diri mereka. Kalau dalam usia di bawah 18 tahun anak-anak sudah mulai berpacaran, maka akhirnya bahan-bahan yang seharusnya dia terima dari banyak orang untuk membentuk dirinya itu akan berkurang, karena waktu harus dihabiskannya hanya dengan satu orang saja. Jadi berpacaran di bawah usia 18 tahun tidak begitu sehat bagi pertumbuhan jiwa si anak.