Meminta Maaf Saja Tidak Cukup (I)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T257A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu wujud nyata kasih adalah mempertimbangkan perasaan pasangan. Sayangnya tidak selalu kita berhasil mengingat perasaan pasangan sebelum kita melakukan tindakan yang melukai hatinya. Adakalanya kita melukai hati pasangan, baik dengan sengaja ataupun tidak. Apakah yang harus kita perbuat bila kita melukai atau mengecewakan hati pasangan?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu wujud nyata kasih adalah mempertimbangkan perasaan pasangan. Sayangnya tidak selalu kita berhasil mengingat perasaan pasangan sebelum kita melakukan tindakan yang melukai hatinya. Adakalanya kita melukai hati pasangan, baik dengan sengaja ataupun tidak. Apakah yang harus kita perbuat bila kita melukai atau mengecewakan hati pasangan?

  • Kita harus memohon pengampunan kepada Tuhan dan bertekad untuk tidak mengulang perbuatan itu lagi. Apa pun perasaan kita, akuilah dosa yang telah kita perbuat. Terlebih penting dari perasaan bersalah adalah komitmen untuk hidup menyenangkan hati Tuhan.
  • Kita mesti mengakui dosa di hadapan pasangan pula. Jangan mencari alasan untuk membenarkan diri kendati bisa saja perbuatan kita memang berkaitan dengan masalah yang tengah melanda pernikahan. Akui bagian kita dan jangan singgung-singgung keterkaitan dengan dirinya. Tindakan itu hanyalah akan membuatnya beranggapan bahwa kita tidak memikul tanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan salah tersebut.
  • Berilah kepadanya waktu untuk mencerna semua ini. Jangan memintanya untuk mengampuni kita dengan segera. Sudah tentu jangan kita mengutip-ngutip Firman Tuhan untuk memaksanya mengampuni. Tindakan itu pasti memancing kemarahannya sebab buat dia, kita menjadi orang yang munafik-hanya cakap menggunakan Firman Tuhan untuk kepentingan pribadi.
  • Bersikaplah pasrah akan keputusannya dan bersiaplah untuk menerima konsekuensi. Jangan menuntut apa-apa darinya. Kita berada di posisi bersalah; tuntutan hanyalah membuatnya yakin bahwa kita sebenarnya tidak menyesali perbuatan kita.
  • Sedapatnya bersikap biasa, dalam pengertian lakukanlah kewajiban kita sehari-hari. Jangan meremehkan namun sebaliknya, jangan membesar-besarkan penyesalan. Jadi, pekalah untuk tidak melakukan atau menunjukkan reaksi yang gembira. Mungkin saja kita merasa lega karena telah mengeluarkan pengakuan dosa namun ingatlah, sekarang pasanganlah yang harus memikul dan menjalani perjalanan untuk mengampuni. Membesar-besarkan penyesalan juga tidak perlu sebab tindakan itu hanyalah akan membuatnya berpikir, "Kalau sudah tahu bahwa akibatnya begitu buruk, mengapa tetap melakukannya? Mengapa tidak memikirkannya terlebih dahulu?"
  • Firman Tuhan: Di dalam Injil Yohanes 8:1-11 dicatat kisah perjumpaan Tuhan Yesus dengan wanita yang tertangkap basah kedapatan berbuat zinah. Orang Farisi dan para ahli Taurat membawa perempuan itu kepada Yesus untuk mencobai-Nya supaya mereka memperoleh alasan untuk mendiskreditkan Tuhan Yesus yang pada saat itu tengah mengajar di Bait Allah di hadapan orang banyak. Sebetulnya mereka sendiri sudah tidak lagi menerapkan hukum Musa yakni merajam penzinah sampai mati, namun mereka memperhadapkan Tuhan dengan perempuan itu. Jika Tuhan Yesus menyuruh mereka merajam perempuan itu, Tuhan akan dinilai kejam. Sebaliknya jika Ia menolak melakukannya, Ia akan dinilai, tidak taat kepada hukum Taurat. Sungguh suatu situasi yang sulit. Namun, apa jawab Tuhan kepada mereka? "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (8:7) Kita semua orang berdosa dan layak menerima hukuman Tuhan yaitu kematian. Kita tidak boleh menganggap diri lebih benar dari sesama. Jangan menjadi hakim; selalu lihatlah diri sebelum melihat kesalahan orang.
  • Jangan berhenti meminta maaf. Kendati kita sudah mengatakannya, tetaplah menyampaikan permohonan maaf secara berkala, terutama tatkala kita melihatnya sedih. Sampaikanlah permohonan maaf namun jangan mengatakan hal-hal lain. Jika ia ingin membicarakannya, barulah kita dengarkan dan beri tanggapan. Jadi, biarkan ia menentukan kapan ia ingin membahas hal ini. Sebagian orang lebih suka menyelesaikan pergumulannya secara pribadi, jadi janganlah berinisiatif mengungkit-ungkit masalahnya.
  • Berdoalah secara pribadi; jangan mengajaknya berdoa bersama kita. Belum tentu ia siap berdoa bersama kita; bisa-bisa ia malah melihat kita sebagai orang munafik. Katakanlah bahwa kita selalu siap berdoa bersamanya namun kita akan menunggu kesiapannya. Sampaikanlah bahwa kita mengerti bila ia tidak siap untuk berdoa dengan kita.
  • Dalam percakapan tentang hal-hal lain, berhati-hatilah dengan komentar yang menghakimi orang lain. Ingat, akibat perbuatan kita, sekarang ia menjadi peka dengan kemunafikan. Kata-kata yang bersifat menghakimi hanyalah membangkitkan ingatannya akan perbuatan kita dan membuatnya marah serta menunduh kita, munafik. Baginya, kita adalah orang yang hanya dapat melihat kesalahan orang namun buta terhadap kesalahan sendiri.
  • Dalam diskusi rohani, jika ada pelajaran dari Firman Tuhan tentang dosa, ambillah inisiatif untuk mengatakan pengakuan seperti,"Saya adalah orang yang telah mengecewakan Tuhan dan keluarga." Atau,"Saya adalah orang yang tidak selayaknya menerima anugerah Tuhan." Kalimat seperti ini memperlihatkan kepada pasangan bahwa kita tidak pernah melupakan perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Pengakuan ini penting didengarnya sebab salah satu ketakutannya adalah bahwa kita dengan mudah melupakan perbuatan yang sangat menyakitkan hatinya itu.
  • Pada akhirnya, bila ia sudah sampai pada titik di mana ia berhasil mengampuni kita sepenuhnya, bersukacitalah sekaligus berdukacitalah dengannya. Bersukacita karena ia telah menang namun berdukacitalah sebab kita telah melukai hatinya sebegitu dalamnya dan membuatnya menderita sebegitu lamanya.

Firman Tuhan:
Kembali ke Yohanes 8:1-11, Tuhan bertanya kepada perempuan yang kedapatan berzinah setelah para penangkapnya pergi, "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya,"Tidak ada Tuhan." Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Inilah berita suka dari surga yakni Injil bahwa Tuhan telah mengampuni dosa kita. Tidak ada dosa yang begitu besarnya sehingga mengalahkan kasih Tuhan. Semua dosa lebih kecil dari kasih Tuhan. Satu hal yang diminta-Nya yaitu bertobat-jangan berbuat dosa lagi.