Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Melawan Iri Hati." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, di dalam Alkitab apakah ada contoh konkret orang yang mempunyai iri hati terhadap orang lain?
PG : Ada Pak Gunawan, dan salah satu yang memang sangat tragis adalah kisah iri hati seorang kakak terhadap adiknya yaitu Kain terhadap adiknya Habel. Di Kejadian 4:5 tercatat sepeti ini, "Tetapi kamu Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNya.
Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram...Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia." Ini memang sebuah kisah yang sangat tragis, Kain dan Habel mempersembahkan korban kepada Tuhan tapi jelas sekali, Habel mempersembahkan hasil yang terbaik dan dengan sepenuh hati. Tapi Kain asal-asalan, sembarangan dan tidak sepenuh hati, tidak begitu rela memberi persembahan kepada Tuhan dan akhirnya Tuhan menolak persembahan Kain yang seperti itu dan menerima persembahan Habel, nah dia marah sekali. Maka kita bisa berkata dari peristiwa ini, bahwa salah satu dosa tertua yang dikenal oleh manusia adalah iri hati.
GS : Dari bacaan itu malah ada yang menyalahkan Tuhan, kenapa Tuhan itu menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain, mestinya kalau diterima dua-dua pasti Kain tidak sampai iri.
PG : Persoalannya adalah Tuhan tidak bisa terkecoh oleh bentuk atau penampakan luar, sebab Tuhan melihat hati. Yang Tuhan lihat adalah hati Kain makanya Tuhan menegur Kain dan berkata, "Kenapa ukamu muram, kenapa engkau marah.
Kalau saja engkau berbuat lebih baik, bukankah semua ini tidak akan terjadi." Berarti Tuhan sudah memberikan peringatan kepada Kain, "Hati-hati, karena dosa sedang mencoba masuk ke dalammu, engkau harus menguasainya." Tapi Kain sudah diberikan peringatan sekalipun oleh Tuhan, tidak menguasai iri hatinya, malah membiarkan dirinya dikuasai oleh iri hati, dan tindakannya sangat bengis, dia membunuh adiknya sendiri. Dan kita melihat ini bukan dilakukan oleh orang pada abad ke 21, ini dilakukan oleh generasi setelah Adam dan Hawa, karena dua-dua adalah putra dari Adam dan Hawa.
GS : Memang untuk iri hati ini jarang orang mau mengakui dengan terang-terangan bahwa dia sedang iri. Berbeda dengan dendam, mungkin orang masih mengaku tapi kalau iri jarang orang mau mengakuinya.
PG : Sebab kalau kita mengaku kita iri hati, kita itu berada di bawah dan orang lain berada di atas. Kita seolah-olah itu mengakui bahwa kita tidak punya dan kita itu tidak mau dilihat orang keurangan atau tidak punya, maka sulit bagi kita mengakui bahwa kita iri hati.
GS : Saya juga melihat waktu raja Saul terhadap Daud, itu juga ada rasa iri hati.
PG : Tepat sekali, sebab orang-orang memuja-muja Daud bahwa Saul membunuh beribu-ribu, Daud membunuh berlaksa-laksa. Perbandingan 1:10, makanya Saul sangat marah dan dia berusaha membunuh Daud.
GS : Juga di antara murid-murid Tuhan Yesus itu ada yang saling iri hati, itu juga dicatat oleh Injil.
PG : Betul sekali, apalagi memang dengan jelas-jelas mereka itu pernah terlibat dalam sebuah perdebatan, memastikan siapa yang paling besar di antara mereka. Dan jelas-jelas juga ibu dari Yakobs serta Yohanes, meminta Tuhan Yesus memberikan jaminan tempat kepada kedua putranya, agar nanti setelah Yesus menjadi raja kedua putranya mungkin bisa menjadi wakilnya, perdana menteri atau yang lain.
Sungguh-sungguh mereka tidak mengerti maksud kedatangan Tuhan ke dunia ini. Jadi memang sekali lagi sebuah kecemburuan, sebuah iri hati ingin menjadi yang terbesar. Dan ini membawa kita kepada sebetulnya apa definisi iri hati. Iri hati bukanlah keinginan untuk meningkatkan atau mengembangkan diri supaya lebih baik dari kondisi sekarang. Ada orang yang mempunyai pekerjaan, kemudian dia berkata saya ingin meningkatkan taraf kehidupan saya, saya ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Itu bukan iri hati. Iri hati sebenarnya adalah perampokan atau perampasan secara tersembunyi, kita mengambil apa yang menjadi milik orang dan mengklaim itu menjadi milik kita. Kita mungkin tidak mengatakannya secara terbuka, tapi sesungguhnya di dalam hati itulah yang kita lakukan. Kita mengklaim apa yang menjadi milik orang sebagai milik kita. Kita berkata seharusnyalah saya yang mempunyai atau memperoleh itu dan bukan kamu. Kain di dalam hatinya mungkin berkata, "Sayalah yang mendapatkan penghargaan Tuhan, bukan kamu Habel," atau Saul berkata kepada Daud, "Seharusnyalah saya yang terus memiliki tahta Israel dan nanti anak saya Yonatan yang akan menjadi penerus saya dan bukan kamu Daud, orang yang tidak ada hubungan darah dengan saya." Jadi iri hati sebetulnya adalah sebuah perampokan atau perampasan namun memang tidak keluar dengan nyata.
GS : Bahkan untuk itu orang tidak segan-segan untuk merusak, seperti Kain tadi sampai membunuh Habel, Saul pun berusaha membunuh Daud.
PG : Betul sekali, jadi kita melihat dosa iri hati itu dosa yang sebenarnya sangat serius karena contoh-contoh yang tadi baru saja kita bahas, jelas-jelas contoh yang berakhir dengan tragis. Kenginan dan bahkan ada yang berhasil membunuh, hanya gara-gara iri hati.
Tidak heran Tuhan mencantumkan dosa iri hati itu sebagai salah satu dosa yang Tuhan larang di dalam 10 hukum-Nya, 10 hukum yang Dia berikan kepada bangsa Israel melalui Musa. Saya bacakan yang tercatat dalam
Keluaran 20:17, "Jangan mengingini rumah saudaramu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu." Saya kira memang penekanannya adalah menginginkan apa yang dipunyai sesamamu. Dan kata menginginkan di sini bukan sembarang menginginkan, "Saya juga mengingini itu, supaya saya bisa meningkatkan taraf kehidupan saya." Bukan hanya itu, tapi benar-benar sebuah keinginan yang sangat kuat, seolah-olah kita berkata itulah yang seharusnya saya miliki. Jadi kita secara batiniah, merampas atau merampok apa yang menjadi milik orang.
GS : Yang menjadi penyebab timbulnya iri hati itu sebenarnya apa, Pak Paul?
PG : Ada beberapa Pak Gunawan, yang pertama adalah kita gagal melihat diri sendiri dan terlalu melihat orang. Kalau kita perhatikan orang yang iri, terlalu memikirkan penilaian orang terhadap drinya.
Dia itu tidak mempunyai keyakinan yang teguh akan siapakah dirinya, apa kekuatannya, apa kelemahannya. Dia sebenarnya gamang dengan dirinya sendiri, sehingga baginya yang terpenting adalah penilaian orang bahwa orang melihat dirinya baik. Dengan kata lain, orang yang iri adalah orang yang mementingkan penampilan luar dan gagal menghargai apa yang terkandung di dalam dirinya. Benar-benar bagi dia hidup adalah sebuah pertunjukan, yang penting orang melihat saya dan apa yang dilihat orang tentang diri saya itu baik. Dia gagal melihat sebetulnya siapa dirinya, maka dia selalu ingin meraih apa yang orang lain miliki.
GS : Ini kalau kita kaitkan dengan pembicaraan kita beberapa waktu yang lalu tentang sukacita, orang yang dikuasai oleh iri hati ini sulit untuk bersukacita Pak Paul?
PG : Sangat sulit sekali, karena dia mungkin saja "bersukacita" untuk sejenak, kemudian sukacitanya langsung menguap tatkala dia melihat orang lain memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya. Dan ia akan berkata, "Kenapa bukan saya, saya juga mau dan sebagainya."
Jadi orang yang iri hati, tidak akan mencapai kepuasan, sebab dia akan selalu melihat kiri kanan dan menginginkan apa yang menjadi milik orang lain.
GS : Yang menyebabkan dia gagal melihat dirinya sendiri dan bisa bersyukur itu sebenarnya apa, Pak Paul?
PG : Karena memang dasarnya dia tidak menerima dirinya, dia tidak menghargai apa yang diberikan Tuhan kepadanya, dia tidak bisa menerima, "OK, saya mempunyai kekurangan ini, saya punya kelebiha ini."
Ada orang yang tidak bisa menerima kelebihannya, misalkan kita katakan, "Kamu itu bisa menulis dengan baik, mencatat dengan baik, sehingga kamu dapat bekerja sebagai sekretaris, kamu rapi sekali." Tidak mau, maunya dia menjadi direktur, tidak sadar bahwa dia tidak memiliki kwalitas yang dibutuhkan menjadi direktur. Atau kalau pun dia memiliki kwalitas itu, Tuhan belum memberikan kesempatan itu kepadanya, nah orang-orang ini tidak bisa melihat seperti itu. Yang penting adalah dia mendapatkan. Jadi dia gagal melihat apa yang terkandung dalam dirinya, matanya terlalu terfokus pada orang lain. Bagaimana orang nanti melihat mereka, mereka tidak boleh kalah, tidak boleh malu di hadapan orang, mereka harus sama sekurang-kurangnya dengan orang, kalau bisa malah lebih dari orang lain.
GS : Berarti dia menghendaki semua orang itu memperhatikan dia tapi dia sendiri tidak mampu melihat diri yang sebenarnya. Jadi ada penyebab yang lain Pak Paul?
GS : Ada Pak Gunawan, penyebab yang kedua adalah kenapa orang iri hati, kita terlalu memikirkan diri sendiri dan gagal memikirkan orang lain. Orang yang iri adalah orang yang egois, mereka sangat memperhatikan diri sendiri. Pusat perhatiannya hanyalah pada diri sendiri dan tidak memikirkan kepentingan orang. Itu sebabnya orang yang iri hati tidak dapat bersukacita dengan kemenangan orang. Bagaimana mungkin dia bersukacita dengan kemenangan orang, memang dia tidak memikirkan orang lain yang dia pikirkan hanyalah kepentingannya. Jadi semua yang di luar dirinya seolah-olah ya harus mencukupi apa yang menjadi keinginannya itu. Maka orang yang iri hati dikenal sebagai orang yang egois.
GS : Bahkan orang-orang yang dikuasai oleh iri hati ini senang kalau orang lain itu celaka atau lebih rendah dari dia.
PG : Paling tidak lebih rendah dari dia. Dia tidak bisa melihat orang itu sama dengan dia. Nah kalau kita bekerja sama dengan orang seperti ini sangat tidak nyaman Pak Gunawan, karena iklim kera menjadi tidak enak.
Iklim kerja sama menjadi iklim persaingan, bagaimanakah kita bisa saling menolong, itu tidak bisa diwujudkan dengan orang yang hanya memikirkan kepentingannya dan penuh dengan iri hati. Dia bersedia dan menuntut kita menolongnya, jangan berharap dia akan balik menolong kita. Jadi benar-benar tidak enak, tidak ada iklim kebersamaan atau persaudaraan, yang ada hanya iklim persaingan dan dia yang harus menang.
GS : Sebenarnya orang-orang yang mudah dikuasai oleh iri hati ini, orientasi hidupnya seperti apa?
PG : Orientasi hidup mereka adalah pada apa yang tidak dimilikinya, bukan pada apa yang dimilikinya. Nah ini memang menjadi penyebab lain dari iri hati. Orang yang iri hanya memfokuskan pada ap yang tidak dimilikinya dan gagal melihat pada apa yang dimilikinya.
Dia tidak bersyukur dan tidak merasa puas hingga dia memiliki apa yang diingininya. Kalau saya boleh berikan perumpamaan, waktu dia melihat donat, dia melihat kenapa tengahnya bolong, dia tidak melihat rotinya. Dan dia selalu fokuskan kenapa tengahnya bolong bukan diisi oleh roti semuanya. Nah orang yang iri hati begitu, selalu tidak puas dengan apa yang telah ada, dengan apa yang Tuhan telah berikan dan selalu melihat kenapa saya tidak begini, kenapa saya tidak begitu. Nah ada sebagian orang yang begini, dari muda sampai tua. Dan sudah tua pun tidak bisa menengok ke belakang dan bersyukur, selalu menyalahkan orang-orang kenapa tidak memberikan saya kesempatan, kenapa memperlakukan saya seperti ini sehingga saya tidak memiliki apa yang seharusnya saya miliki. Jadi memang tidak nyaman hidup bersama orang yang iri hati.
GS : Padahal tidak mungkin seseorang itu bisa memiliki semuanya.
PG : Betul sekali, tapi dia tidak bisa menerima semua itu, dia berkata, "Kenapa saya tidak, kenapa hanya orang lain, kenapa bukan saya." Dia tidak bisa melihat bahwa ada hal yang dia miliki yan orang lain tidak miliki.
Misalnya kita punya dua tangan, tidak semua orang punya dua tangan; kita punya dua mata, tidak semua orang punya dua mata; kita bisa berbicara, tidak semua orang bisa berbicara; kita punya rumah meskipun kecil, tidak semua orang punya rumah; kita punya kendaraan meskipun tua, tidak semua orang punya kendaraan. Nah kita gagal melihat apa yang kita miliki, karena mata kita orientasi kita hanya terus terpusat pada apa yang tidak kita miliki.
GS : Mungkin juga ada penyebab tentang hubungan orang itu dengan Tuhan, Pak?
PG : Ada Pak Gunawan, sudah tentu orang yang iri hati ini menjadi orang yang tidak lagi bisa menerima berkat Tuhan. Tuhan memberkati dia, dia tidak merasa diberkati. Mengapa, karena dia terus-mnerus menuntut Tuhan untuk memberikan kepadanya lebih dan lebih lagi.
Jadi relasinya dengan Tuhan menjadi sebuah relasi transaksi. Maksud saya adalah apa yang diberikannya kepada Tuhan, harus kembali kepadanya berlipat ganda, dia tidak dapat menghargai pemberian Tuhan sebab baginya Tuhan harus memberi apa yang dimintanya. Dia mungkin sekali adalah orang Kristen, dia mungkin sekali ke gereja, dia mungkin sekali terlibat dalam pelayanan, tapi kita bisa melihat berapa rohaninya dia. Apakah dia menghargai pemberian Tuhan, ataukah dia tidak pernah merasakan berkat Tuhan itu untuknya. Dia tidak pernah merasakan bahwa ini adalah kebaikan Tuhan, sampai Tuhan harus berikan lagi dan berikan lagi barulah dia sedikit merasa lebih diberkati. Itu pun tidak pernah memuaskan hatinya dan harus lebih lagi Tuhan memberikan kepadanya.
GS : Tapi sebenarnya semua orang itu punya rasa iri hati, hanya tingkat keparahannya mungkin yang berbeda-beda.
PG : Mungkin kalau kita panggilnya iri hati saya kira tidak terlalu tepat, sebab tidak semua kita iri, dalam pengertian mau mengambil, mau memiliki apa yang orang lain miliki. Tapi saya kira yag Pak Gunawan maksud adalah adakalanya kita merasa tidak puas dengan kondisi kita, adakalanya kita juga menginginkan apa yang orang lain miliki.
Tapi saya kira itu bukan iri hati, hanya sekadar seperti itu tidaklah iri hati. Yang iri hati itu benar-benar mengingininya, benar-benar seolah-olah tidak bisa tidur kalau kita tak mendapatkannya. Sama seperti contoh tentang Kain dan juga Saul. Mereka itu benar-benar terobsesi dengan apa yang diinginkannya sehingga tatkala mereka tak mendapatkannya mereka marah sekali dan marahnya kepada orang yang memilikinya. Sebab dia melihat, kenapa orang itu memiliki tapi saya tidak memiliki. Jadi itulah yang saya mengerti tentang definisi iri hati, tapi kalau sekadar merasakan, "Aduh saya kalau punya rumah yang lebih besar akan lebih enak seperti tetangga saya." Saya kira itu wajar sebagai manusia kita memiliki hasrat seperti itu.
GS : Pak Paul, kalau sudah sampai ke tingkat mau merebut, mau mengambil milik orang lain atau iri hati yang sebenarnya, apa yang firman Tuhan katakan supaya kita tidak terus-menerus mempunyai perasaan seperti itu.
PG : Saya akan ambil dari Mazmur 23:1, "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Artinya Tuhan mencukupi kebutuhan kita, terimalah pemberiannya dengan penuh syukur. Jangan mnoleh ke kiri ke kanan, membanding-bandingkan diri, jangan merasa juga saya tidak punya ini, tidak punya itu, Tuhan adalah gembala kita dan Dia mencukupi semua kebutuhan kita.
Yang kedua adalah di Mazmur 23 berkata, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku." Maknanya adalah hidup tidak selalu lancar, tidak selalu bebas hambatan, adakalanya kita harus melewati lembah kekelaman, namun Tuhan beserta dan dapat menolong kita. Jadi tenanglah dalam kondisi apapun janganlah waktu kita merasakan aduh kita kesulitan ini, kita menengok ke kiri dan ke kanan, dan melihat orang lain kenapa lebih senang dari kita, lembah saya kelam sementara lembah dia terang, kita marah ke kanan ke kiri. Di dalam lembah kekelaman sekalipun, tangan Tuhan cukup panjang untuk menyertai kita dan lewatilah lembah kekelaman itu. Dan yang terakhir adalah "Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Artinya Tuhan adil dan pemurah, dia akan memberi kepada kita sesuai dengan rencanaNya yang terindah untuk kita. Jangan bandingkan diri dengan orang lain, kemurahan Tuhan untuk kita cukup dan sempurna, kita tidak akan dirugikan, tidak akan kita menerima kurang dari apa yang Tuhan ingin berikan kepada kita. Waktu Tuhan berikan itu pas, itu sebagai bukti kemurahan hati Tuhan kepada kita.
GS : Ini Mazmur Daud yang bagus sekali, sebenarnya yang patut iri itu Daud kepada Saul ya, tapi dia menjadi korban iri hatinya Saul.
PG : Betul, dan Daud tidak pernah iri, dua kali dia berkesempatan membunuh Saul, tapi dia menolak, dia tidak membunuh Saul. Nah itu membuktikan diri Daud tidak apa-apa, "Saya sudah diurapi menjdi raja oleh Samuel, tapi kalaupun tidak jadi raja ya tidak apa-apa."
Dia rela untuk tetap menjadi seorang hamba dan Saul menjadi seorang raja. Dia tidak (orang Jawa Timur berkata) 'ngoyo', dia tidak apa-apa, silakan. Dan Tuhan sangat senang dengan orang yang seperti Daud, justru kepada Saul yang mempertahankan tahtanya, seolah-olah itu haknya dia, dia tak mau melepaskannya justru Tuhan benar-benar membuang muka dari Saul. Dan Alkitab mengatakan, Tuhan meninggalkan Saul. Orang yang iri hati pada akhirnya adalah orang yang kesepian, bukan saja dia ditinggal oleh orang-orang di sekitarnya, lama-lama dia pun akan ditinggal oleh Tuhan, itu yang saya khawatirkan. Sebab Tuhan berkata, "percuma, apapun yang Saya perbuat bagimu engkau tidak pernah menerimanya, engkau tak pernah menghargainya. Jadi lama-lama Tuhan pun akan berhenti memberkati orang yang iri hati. Jadi jagalah hati kita jangan sampai melenceng dan dikuasai oleh iri hati.
GS : Bagaimana kalau kita hidup dengan orang yang dikuasai oleh iri hati entah itu pasangan kita atau mungkin salah satu dari anak kita, sebenarnya apa yang bisa kita lakukan?
PG : Sudah tentu langkah pertama adalah mesti ada batasnya, kita tidak bisa selalu menuruti keinginannya itu tidak benar. Jadi jangan gara-gara kasihan, kita turuti keinginannya terus-menerus, ak ada habis-habisnya dan tidak akan menolong dia, jadi mesti ada pembatasan.
Yang kedua adalah kita juga jangan sampai menjadi seperti dia, adakalanya kita terpancing menjadi seperti dia. Dia perhitungan, kita pun perhitungan; dia cepat sekali menyerang kita, kita pun cepat sekali menyerang dia, jangan lakukan itu. Justru kalau kita hidup dengan orang yang iri hati, kita tunjukkan kita ini tak pernah kekurangan, Tuhan terus memberkati. Firman Tuhan sudah berjanji, "Kebajikan dan kemurahan belaka, akan mengikuti aku seumur hidupku dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa." Itu adalah janji Tuhan, kita tidak takut kekurangan karena kemurahan dan kebaikanNya akan terus mengikuti langkah kehidupan kita. Dan inilah yang akan dilihat oleh dia.
GS : Jadi tadi seperti yang Pak Paul katakan, ada suatu contoh konkret dari diri kita bahwa hidup tanpa iri hati itu lebih nikmat, begitu Pak Paul?
PG : Betul, dan mudah-mudahan dia belajar dari kehidupan kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melawan Iri Hati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.