Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Makna Ditemani", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
PG : Pak Gunawan, yang akan kita bahas pada saat ini adalah materi yang pernah saya bawakan dalam ceramah yang berjudul "Aku Hanya Minta Ditemani". Dan pada dasarnya yang akan kita bahas adaah perbedaan makna ditemani pada pria dan wanita, sebab yang akan kita ungkapkan adalah meskipun sama, tapi artinya tidak sama, nah ini yang sering kali menimbulkan kesalahpahaman antara suami dan istri dan menimbulkan masalah juga dalam pernikahan.
GS : Mungkin yang banyak kita pikirkan itu suatu masalah yang sepele Pak Paul, hanya minta ditemani, didampingi dan sebagainya. Apakah itu mempunyai makna tersendiri baik bagi pria maupun wanita?
PG : Sebetulnya memang ada perbedaan makna antara wanita dan pria. Yang saya akan jabarkan sekurang-kurangnya ada tiga Pak Gunawan, yang pertama adalah bagi wanita. Waktu wanita berkata aku ngin ditemani, sebetulnya yang dimaksud olehnya adalah aku ingin dikenal.
Wanita ingin suaminya mengenal dia, sehingga apa yang ada dalam pikirannya sudah bisa terbaca oleh si suami, sebelum dia mengatakannya sudah bisa direka oleh si suami, terjadi perubahan pada wajahnya diketahui oleh si suami. Nah, pengenalan yang dalam seperti itu membuat wanita merasa didampingi, dia bersama suaminya. Jadi kalau kita putar situasinya kalau si suami tidak memberikan komentar yang menunjukkan bahwa dia mengetahui, dia mengenal kondisi istrinya, itu membuat si istri merasa suaminya itu jauh darinya, tidak bersama dengannya, tidak berdampingan dengannya. Jadi makna pertama bagi wanita ditemani atau didampingi berarti dikenal dengan mendalam.
GS : Jadi perbincangan ini kita fokuskan pada hubungan suami-istri Pak Paul?
PG : Betul, secara khusus memang kita akan fokuskan pada hubungan suami-istri.
GS : Tetapi pengenalan itu 'kan membutuhkan waktu lama, artinya si suami ini dituntut lebih banyak menemani atau mendampingi istrinya.
PG : Ya memang pada saat-saat suami di rumah atau suami itu bersama dengan si istri, sudah tentu harus ada waktu yang diberikan kepada si istri agar si suami bisa mengenal istrinya.
GS : Tetapi apakah cukup dengan mengenal itu saja Pak Paul?
PG : Saya kira ada yang lainnya lagi Pak Gunawan. Makna berikutnya lagi adalah dikasihi, waktu wanita berkata aku ingin didampingi, aku ingin ditemani, itu juga berarti aku ingin dikasihi. Nh, sebagaimana pernah saya ungkapkan sebelumnya, ternyata dikasihi itu tidaklah berdiri sendiri dalam kevakuman atau kekosongan, kita itu tahu dikasihi kalau kita melihat bahwa pasangan kita memperlakukan kita berbeda daripada dia memperlakukan orang lain.
Dia menempatkan kita secara khusus, secara spesial, dia membuat kita merasakan jelas bahwa kita itu yang paling utama baginya. Nah, jadi waktu wanita berkata kepada suaminya aku ingin ditemani, aku ingin didampingi olehmu, itu berarti aku ingin dikasihi. Dikasihi sedemikian spesialnya, sehingga dia merasakan tidak ada lagi di dalam hati suami orang lain yang sepenting dan seindah dia.
GS : Tetapi apakah itu tidak membutuhkan ungkapan melalui kata-kata Pak Paul?
PG : Saya kira tindakan-tindakan langsung melalui kata-kata sudah tentu harus, jadi ini yang kadang-kadang menjadi masalah Pak Gunawan. Sebagian pria berkata saya sudah mengasihi istri saya alam hati saya dan tidak perlu saya ungkapkan, saya bekerja, saya bertanggung jawab sebagai seorang suami, sebagai seorang ayah itu sudah cukup.
Saya kira itu baik, namun betapa lebih indahnya kalau kasih itu juga dinyatakan melalui kata-kata, seperti aku mengasihimu, engkau adalah orang yang penting sekali bagiku, tidak ada orang lain dalam hidupku selain engkau dan sebagainya. Kalau diungkapkan secara berkala hal itu akan berdampak besar pada kehidupan seorang wanita.
GS : Selain dikenali dan dikasihi, apakah mungkin ada tuntutan lain di dalam diri si istri dengan minta ditemani itu Pak Paul?
PG : Yang lainnya lagi adalah aku ingin ditemani itu berarti aku ingin diperhatikan. Wanita menginginkan suaminya memperhatikannya secara fisik atau jasmaniah. Misalkan dia memakai baju yangbaru, dia akan sangat mengharapkan suaminya bisa melihat bahwa dia memakai baju yang baru.
Bahwa waktu dia mengubah gaya rambutnya, model rambutnya, suaminya bisa memberikan komentar juga kepadanya. Nah, perubahan sedikit pada penampilannya kemudian bisa dilihat oleh si suami, itu menandakan dia diperhatikan, dia bukanlah seperti patung di rumah, seperti pajangan di rumah, yang setelah berada di rumah kita beberapa waktu kita tidak lagi memberikan perhatian kepadanya. Nah, istri ingin sekali mendapatkan perhatian seperti itu dari suami, kadang-kadang saya juga mengakui kita kaum pria-pria ini suka hal-hal lain. Kita menganggap biasa-biasa saja, buat apa saya komentari tapi hal-hal itu penting bagi wanita, dia senang mendengar kata-kata si suami yang menunjukkan bahwa si suami itu memperhatikan dirinya, sehingga perubahan-perubahan sekecil apapun bisa diketahui oleh si suaminya.
GS : Memang kadang-kadang kalau istri baru potong rambut segala macam kadang-kadang tidak terlihat Pak Paul?
PG : Kadang-kadang pria itu memang melihat dengan global, sehingga kurang melihat secara mendetail, akhirnya si istri lama-lama beranggapan saya ini seperti pajangan di rumah, kok tidak diliat lagi, sampai berdebu dan sebagainya.
Nah, penting sekali si suami itu memberikan tanggapan-tanggapan kepada istri.
GS : Bagaimana dengan perlindungan, apakah dengan minta didampingi berarti istri minta dilindungi?
PG : Saya kira itu juga termaktub Pak Gunawan, jadi wanita menghendaki suami mengayominya, memberikan rasa aman untuknya. Itu sudah tentu termaktub dalam makna aku ingin didampingi atau diteani.
GS : Kalau kebutuhan-kebutuhan seperti itu, (seperti Pak Paul katakan, kita ini para pria kurang bisa memberikan hal itu) apakah ada dampak yang negatif kalau hal itu sampai tidak terpenuhi?
PG : Biasanya kalau wanita tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhannya, dia akan merasa kosong artinya dia seolah-olah kehilangan pegangan dalam hidupnya, maka kita bisa melihat Pak Gunawan, waita atau istri yang tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhannya ini.
Dia tidak merasakan dia itu dikenal oleh suami, dia tidak merasakan bahwa suaminya mengasihinya, dia tidak merasakan suaminya memperhatikannya atau diayomi oleh suaminya, nah dia akan merasa kosong. Jadi kita melihat kekosongan pada hidupnya, kita akan melihat seorang wanita yang seolah-olah hanya menjalani hidup hari lepas hari tapi tidak mempunyai bobot yang membuatnya berjalan menapaki hidup ini, benar-benar kosong, tidak ada lagi arahan dalam hidupnya.
GS : Tadi Pak Paul sudah menyampaikan kebutuhan-kebutuhan seorang istri ditemani suaminya, Apakah seorang suami juga memiliki kebutuhan seperti itu Pak Paul?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, dan ternyata tidak sama maknanya bagi para suami ini. Yang pertama, bagi seorang suami minta ditemani atau didampingi itu berarti dia menginginkan istrinya di umah.
Ini mungkin kedengaran konvensional atau kuno, tapi kebanyakan suami menghendaki istrinya di rumah, terutama pada waktu dia pulang kerja. Memang ada yang harus kerja, pulangnya harus lebih terlambat dan sebagainya karena tuntutan ekonomi. Kalau tidak ada tuntutan ekonomi, saya kira kebanyakan pria lebih senang kalau istrinya di rumah sewaktu dia pulang dari kerja, sebab bagi dia penting, ada orang di rumah, ada istrinya di rumah. Dia tidak begitu nyaman menjumpai rumah yang kosong, dan dia harus di rumah satu jam, dua jam sebelum akhirnya istrinya pulang. Nah, itu hal yang memang tidak menyenangkan, maka ada sebagian suami karena dia harus berdiam sendirian di rumah satu jam, dua jam sebelum istrinya pulang akhirnya diapun memutuskan akan pergi, meskipun seharusnya sudah bisa pulang, tapi daripada di rumah tanpa istri lebih baik keluyuran dan sebagainya. Jadi sekali lagi makna didampingi atau ditemani bagi pria, secara harafiah berarti ada orang di rumah.
GS : Itu mungkin menimbulkan kenyamanan tersendiri karena dia memang ingin berjumpa dengan istrinya Pak Paul?
PG : Betul, dalam pengertian memang relasi mereka baik, sudah tentu kalau relasinya buruk dia akan juga susah kalau sering-sering bertengkar di rumah. Tapi meskipun hubungannya tidak terlalubaik pun, sesungguhnya tetap sama, pria kalau pulang ke rumah dia menginginkan ada istrinya.
Atau misalkan pada hari Minggu, waktunya dia di rumah, tidak bekerja dia akan senang sekali kalau istrinya juga di rumah. Nah, kadang-kadang yang terjadi adalah si istri repot, ada kegiatan di sini, di sana dan harus pergi meninggalkan rumah, mungkin sekali suami tidak berkata apa-apa. Dia berkata tidak apa-apa, untuk kamu supaya bisa terlibat dalam kegiatan sosial atau gerejawi, namun tetap di lubuk hatinya dia mengharapkan sebetulnya istrinya itu di rumah.
GS : Apakah itu suatu kebutuhan bahwa nanti kalau istrinya di rumah bisa melayani dia, artinya menyiapkan bajunya, menyiapkan air mandinya, atau apa Pak Paul?
PG : Sebagian pria masih mengharapkan hal-hal yang mendetail seperti itu, tapi saya kira kebanyakan pria pada masa kini tidak lagi terlalu mengharapkan istri yang menyiapkan baju dan sebagaiya.
Sudah tentu sebagian besar pria masih mengharapkan istrinya memasak dan sebagainya, tapi pada umumnya selain dari memasak ya suami-suami itu cukup puas kalau istrinya di rumah, bisa ada pembicaraan, ngobrol, nonton televisi bersama dan sebagainya tapi setidak-tidaknya ada istri di rumah. Salah satu kebutuhan suami sebetulnya berkaitan juga dengan soal anak. Karena suami atau ayah biasanya kewalahan mengurus anak tanpa ada ibu atau istri di rumah, jadi salah satu motivasi kenapa dia menginginkan istrinya di rumah adalah untuk bisa menangani anak-anak.
GS : Tapi ada juga suami yang mengharapkan istrinya itu yang membukakan pintu rumahnya Pak Paul?
PG : Ada juga yang seperti itu, meng-klakson dari luar, istrinya membukakan pintu, saya kira hal-hal seperti itu tidak perlu, kalau dia sendiri bisa membuka pintu, kenapa bukan dia sendiri yng membuka pintu.
Orang di rumah mungkin ada kesibukan lain, harus tergopoh-gopoh keluar, jadi saya kira jangan sampai suami menjadikan istri itu seperti pelayannya.
GS : Apakah ada kebutuhan yang lain Pak Paul dengan si suami ini minta ditemani istrinya?
PG : Yang lainnya lagi adalah suami itu mengharapkan istri bisa memahami pikirannya, nah ini salah satu ha yang penting Pak Gunawan. Saya sering mendengar komentar dari pria yang berkata : sya tidak bisa berbicara dengan istri saya sebab tidak nyambung, nah daripada tidak nyambung, nanti akhirnya saya harus menjelaskan lebih baik tidak usah berbicara.
Jadi waktu suami berkata aku ingin didampingi, aku ingin ditemani, itu juga berarti aku ingin engkau juga bisa memahami bahasanya, terminologinya, konteks pembicaraannya, lapangan kerja dan sebagainya itu menolong sekali. Maka sebisanya istri sedikit banyak juga mengikuti perkembangan di luar atau perkembangan pekerjaan suaminya, sehingga waktu suaminya berbicara dia bisa mengerti. Kalau misalkan di pembicaraan sampai dia tidak mengerti apa yang dibicarakan suami, saran saya daripada langsung dipotong-potong, ditanya, ini apa artinya, ini aku tidak mengerti, ini kok bisa begini, nah ini bisa membuat jengkel si suami berbicara dengan istrinya. Jadi saran saya biarkan suami bercerita dulu, dengarkan saja, sebab biasanya yang diminta si suami itu istrinya mendengarkan (mungkin dia sedang menceritakan problemnya), nah nanti kalau sudah dia selesai berbicara, sudah lebih lega barulah si istri bisa bertanya: "Tadi engkau mengatakan ini, ini, ini, saya kurang mengerti, bisa tidak jelaskan ini?" Jadi setelah dia selesai baru sering-sering bertanya kalau ada yang kurang jelas.
GS : Dalam hal ini ada suatu perbedaan dengan istri yang minta dikenali secara fisik Pak Paul?
PG : Ya, sebetulnya dikenali itu mendalam, mengerti perasaannya. Bagi wanita memang yang lebih penting adalah perasaannya itu dikenali oleh si suami.
GS : Kalau suami tadi pikirannya, ide-idenya?
PG : Betul, terminologinya-lah, kenapa dia bepikir begini, kalau bagi wanita yang lebih penting dikenali adalah perasaannya. Dia lagi kesal, dia lagi capek, dia lagi tidak mood berbicara dansebagainya nah itu penting sekali suami bisa mengerti, mengenali perasaan-perasaan tersebut.
GS : Tapi kalau si suami itu bukan seseorang yang suka bicara, apakah si istri itu bisa mengerti arah pikiran atau pola pikiran dari suaminya.
PG : Kadang-kadang itu masalah dalam keluarga Pak Gunawan, sudah tentu kita tidak bisa membuat si suami yang tiba-tiba bawel kalau memang dasarnya pendiam. Jadi sebaiknya istri yang menemuka waktu yang tepat untuk suami bisa berbicara, kemudian langsung dengan metode bertanya: bagaimana ini, apa yang terjadi atau apa dan sebagainya, nanti si suami tolong yang menjawab dengan baik-baik, jangan sampai menjawab dengan jengkel.
GS : Tapi ada suami yang justru kalau ditanya-tanya seperti itu justru tidak senang Pak Paul?
PG : Kalau begitu istri bisa bertanya kepada suaminya bagaimanakah supaya bisa terjadi dialog di antara kita, mungkin cara aku bertanya kurang tepat, seperti apakah cara yang tepat supaya enkau bisa menyambut pertanyaanku dan sebagainya.
Jadi itu salah satu cara untuk menjembatani masalah ini. Namun memang salah satu kebutuhan pria yang juga berkaitan dengan ditemani ini adalah pria itu tidak suka diganggu Pak Gunawan, karena itulah kalau memang wanita cara bertanyanya, dan kurang tepat waktunya itu pria merasa terganggu. Dia ingin bisa menyortir dulu pemikiran-pemikirannya, kalau wanita bisa langsung mengeluarkan pikirannya meskipun belum terolah dan belum menjadi sesuatu yang rapi, kalau pria susah untuk langsung mengeluarkan pikirannya, perasaannya secara langsung tanpa mengolahnya. Jadi kebanyakan pria kalau ada masalah, dia ingin berdiam diri sejenak. Berdiam diri sudah tentu tidak mendiamkan istrinya, jadi bisa juga si suami berkata: "Mohon untuk saat ini saya minta jangan ditanya dulu, saya sedang memikirkan sesuatu, nanti saya akan memberitahukan kamu apa yang sedang saya pikirkan." Dengan cara seperti itu si istri mendapat jaminan bahwa sekarang ini suaminya tidak berbicara, tapi nanti dia akan berbicara sehingga ada komunikasi, dan sekaligus si suamipun tidak merasa didorong, dipaksa, diganggu, untuk berbicara sekarang juga.
GS : Tapi itu juga tergantung masalahnya juga, kalau yang mengganggu pikiran kita sebagai suami yang kita tahu bahwa itu salah kita, saya khususnya tidak senang kalau istri mengejar terus kok bisa sampai salah, apa yang menyebabkan salah, itu tidak senang. Saya hanya mau stop, saya tahu ini salah akibatnya seperti ini sudah, begitu.
PG : Saya kira bukan hanya Pak Gunawan, tapi saya dan sebagian besar pria memang mempunyai reaksi yang sama bahwa kita memang berpikir praktis. Kita ini para pria berpikirnya ya ini telah tejadi ya sudah, saya sudah mengetahui apa duduk masalahnya, saya pelajari bagaimana mencegah supaya jangan sampai terulang kembali kita tutup buku, begitu.
Sebab itulah pola pikir pria pada umumnya, praktis sekali dan memang bersifat global. Wanita lebih berorientasi pada detail, dia ingin tahu lebih banyak, apa yang menjadi masalah dan sebagainya dan itu yang membuat pria akhirnya merasa dipersalahkan dan dikorek-korek lagi untuk hal yang memang tidak menyenangkan kita. Saran saya kita sebagai pria berkata kepada istri kita: "Bisa tidak saya jelaskan nanti, saya sekarang tidak lagi mau berbicara soal itu, tapi saya akan jelaskan mungkin nanti malam atau besok saya akan jelaskan semuanya kepadamu." Nanti pada hari yang telah kita janjikan itu kita berbicara baik-baik, kita bisa memberitahukan dia: "Mohon kamu dengarkan dulu ya, saya tidak mau kamu di tengah percakapan saya memotong saya, bertanya kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu, mohon dengarkan dulu saya akan mencoba menjelaskan." Nah, kita jelaskan semuanya setelah itu selesai baru kita bertanya apa yang ingin kamu ketahui sekarang. Jadi dengan kata lain kita menstruktur percakapan itu, sebab ini penting buat pria, sehingga kita tidak merasa tercerai-berai, tidak mempunyai kendali lagi atas percakapan ini karena langsung dipojokkan kiri-kanan.
GS : Ada banyak pria (teman-teman saya) yang sering kali berkata : istri saya tidak mengerti saya, maksudnya apa Pak Paul, apakah istrinya itu tidak mengerti pikirannya, sikapnya atau apa Pak Paul?
PG : Sering kali kalau pria berkata begitu memang pikirannya, misalkan dia bermaksud baik sebetulnya tapi si istri tidak melihat maksudnya, tapi justru melihat kok kamu berbicara dengan oran itu misalkan, karena ternyata istri melihat sisi yang berbeda, aspek yang sama sekali tidak menjadi penting bagi si pria, ternyata itu yang dilihat oleh istri.
Misalkan dia menolong seseorang, si suami menolong seseorang, nah bagi si suami yang penting adalah orang itu susah dan saya harus menolong. Nah, bisa jadi si istri tidak melihat hal itu tentang si suami berniat baik menolong orang itu, si istri hanya menyoroti aspek, "kamu memberi dia uang, itu berarti nanti dia pikir kamu kaya," nah hal yang sama sekali tidak dipikirkan oleh si suami, tapi itu yang dilihat oleh si istri. Nah dalam kasus seperti inilah si suami akan berkata: "Kamu tidak mengerti saya." Jadi penting sekali bagi istri di sini adalah menangkap motivasi si suami, o.....dia memberikan karena dia kasihan, nah itu yang mula-mula disoroti. Istri bisa berkata kepada si suami: "Tindakanmu terpuji, kamu kok baik mempunyai kepedulian terhadap orang, mau membantu teman." Si istri berikan pujian seperti itu, akui perbuatan baiknya. Nah setelah semuanya selesai, kalau ada keprihatinan si istri barulah dia ungkapkan, si istri bisa berkata: "Ya, tapi dari pihak saya, selain dari semuanya itu yang baik saya hanya terpikir satu saja, apakah dia nanti mengira kamu itu banyak uang, sehingga dia nanti akan meminjam-minjam terus uang dari kamu." Nah setelah berbicara begitu, suami bisa menjelaskan: "OK! Usulan yang baik, nanti saya akan jaga supaya dia tidak terus-menerus meminjam uang dari saya."
GS : Pak Paul, kalau pihak istri tadi kebutuhan untuk ditemani itu tidak terpenuhi dan dia merasa kosong, bagaimana sebaliknya terhadap suami atau pria ini?
PG : Biasanya pria itu akan merasa kesepian, sendirian, dan ini kadang-kadang kita temukan dalam keluarga. Ada ayah atau suami yang di rumahnya sendiri dia adalah orang asing, dia merasa istinya tidak mau mengerti dia, anak-anak juga masih lebih kecil mungkin tidak mengerti dia, sehingga dia merasa orang asing-lah di rumahnya sendiri.
Nah maka ini kebutuhan yang penting sekali untuk dipenuhi oleh si istri, jangan sampai karena dia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri akhirnya dia mencari orang lain untuk bisa mengisi kesendiriannya itu.
GS : Pak Paul, itu masing-masing baik istri maupun suami mempunyai kebutuhan yang tadi Pak Paul sudah ungkapkan. Apakah kebutuhaan-kebutuhan ini bisa terpadu dalam hubungan suami-istri?
PG : Saya kira masing-masing harus bekerja, masing-masing harus berusaha memenuhi kebutuhan ini semuanya, sehingga pada akhirnya karena masing-masing dipuaskan akhirnya masing-masing lebih bsa memberikan, memenuhi kebutuhan pasangannya.
Kalau satu orang merasa saya tidak dipenuhi, itu akan menghalangi dia memenuhi kebutuhan pasangannya. Simple sekali yang bisa kita lakukan sebagai suami, kepada istri kita misalkan kita bisa melakukan tindakan-tindakan kecil yang menunjukkan kasih kita kepadanya, kita tahu yang dibutuhkan istri kita adalah kedekatan emosional, dia butuh koneksi, keterkaitan, maka perlu suami itu memberitahukan kepada istri dia ke mana, pulang jam berapa, sering-sering dia beritahukan perhatiannya dan sebagainya. Nah hal-hal seperti itu menjadikan si istri mempunyai identitas diri, dia tahu siapa dirinya karena dia tahu dia itu bagian dari hidup suaminya, dengan kata lain dia aman, diayomi, menjadi bagian dari si suami. Kalau suami kebalikannya, dia memang membutuhkan istri yang bisa bersama dengan dia secara fisik, maka secara langsung saya berbicara, salah satu hal yang diinginkan oleh pria atau suami adalah sentuhan-sentuhan seksual dari istrinya, sehingga dia bisa merasakan dia bisa menikmati istrinya, pergi bersama secara spontan. Hal-hal itu yang memang penting buat pria, kadang-kadang istri banyak pertimbangannya tidak mau ke sini, tidak mau ke sana sehingga si suami berkata kok saya tidak bisa menikmati hidup dengan engkau, akhirnya dia merasa percuma mengajak ke sini, ke sana ya karena istrinya tidak akan mau. Jadi sekali lagi yang penting bagi si suami adalah kebersamaan yang membawa kerilekan, kelegaan, kenikmatan. Nah hal-hal seperti itulah yang dibutuhkan oleh si suami. Makanya bisa kita simpulkan; tanpa wanita, pria itu tidak tahu berbuat apa dia kebingungan, kalau ada istri yang menyayanginya dan disayanginya dia seolah-olah menemukan tambatan hidup, dia tertancap mempunyai jangkar, dia tidak lagi lari ke sana - ke sini.
GS : Sebenarnya banyak orang memikirkan akan memberikan yang besar-besar, yang spektakuler kepada pasangannya, tetapi lewat perbincangan ini menjadi lebih jelas bahwa sebenarnya ada banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan pasangan kita Pak Paul. Tetapi apakah ada ayat firman Tuhan yang mendukung ini semua.
PG : Saya akan bacakan dari kitab Amsal yang berkata: "Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan, ia memperdengarkan suaranya. Kemudian firman Tuhan menyambung karena Tuhanah yang memberikan hikmat.
Ini saya ambil dari
Amsal 1-2. Perlu hikmat, hikmat tidak memfokuskan pada yang besar-besar tapi pada yang kecil namun berarti dan Tuhan memberikan hikmat itu asal kita juga mencarinya dari Tuhan. Bertanya Tuhan, beri saya hikmat sehingga saya bisa mengenal, mengerti pasangan saya.
GS : Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Makna Ditemani". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.