Konflik dalam Keluarga 1

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T002B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dua pribadi yang berbeda yaitu antara suami dan istri, masing-masing memiliki cara hidup yang berbeda. Yang satu sama lain untuk bisa beradaptasi. Hal sekecil apapun bisa menjadi konflik kalau masing-masing tidak bisa menyesuaikan diri.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Faktor penyebab timbulnya pertengkaran di dalam keluarga yaitu:
Faktor terumum adalah kesulitan beradaptasi dengan perbedaan. Kita memiliki cara hidup atau gaya hidup yang tertentu. Nah sewaktu hidup serumah dengan pasangan kita, berarti kita harus siap untuk beradaptasi. Adaptasi artinya adalah berani untuk memerika diri, introspeksi kelemahan masing-masing dan akhirnya berani untuk mengubah diri. Kecenderungan banyak pasangan nikah yang tidak mencari bantuan terhadap masalahnya sampai masalah itu berkembang begitu seriusnya. Bahkan dikatakan dalam bukunya Marcia Lasswell yaitu No Fault Marriage mengatakan bahwa rata-rata pasangan nikah datang mencari pertolongan kepada konselor setelah mengalami persoalan pernikahan kira-kira sekitar 7 tahun. Problem itu ditumpuk selama 7 tahun dan akhirnya tak bisa dikendalikan lagi dan barulah dibawa ke orang lain untuk mendapatkan bantuan.

Penyebab kenapa orang tidak segera mencari bantuan terhadap masalahnya adalah:

  1. Budaya, budaya kita adalah budaya yang dipenuhi dengan rasa malu. Kita cenderung menutup diri, kita mempunyai anggapan tidak baik membicarakan masalah rumah tangga dengan orang lain.

  2. Adanya anggapan, bahwa menceritakan kejelekan pasangan kita itu berarti memberitakan kejelekan kita sendiri.

  3. Kita berpikir kalau kita ini menceritakan masalah pasangan kita, kita ini sedang berkhianat.

  4. Dan alasan yang paling mendasar, kita adalah orang yang tidak begitu menyukai perubahan.

Ada beberapa pandangan bagaimana cara penyelesaian masalah yaitu:

  1. Menguasai / mendominasi ? mendominasi atau menguasai secara paksa akan membuat suasana pernikahan "tenteram". Dan tenteram ini bersifat semu atau sementara. (cara ini tidak dianjurkan).

  2. Menghindar ? cara ini tidak sehat sebab kita hanya menunda membicarakan dan menyelesaikan masalah dan kita mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain.

  3. Menurut/mengikuti kemauan pasangan kita ? ini pun tidak sehat sebab waktu kita menuruti atau mengikuti kemauan pasangan kita itu berarti kita harus menguasai atau mengekang keinginan kita.

  4. Kompromi ? kita dan pasangan kita masing-masing mengurangi tindakan kita atau tuntutan kita supaya akhirnya dapat mencapai titik temu. Cara inilah yang boleh kita gunakan dalam situasi konflik yang sudah rumit sekali.

  5. Bekerja sama, yaitu kedua belah pihak berusaha memenuhi kebutuhan masing-masing/memikirkan solusinya.

Untuk bisa bekerja sama ada yang perlu dilakukan yaitu:

  1. Harus mengakui adanya konflik

  2. Mengkomunikasikan dan mengakui kebutuhan atau keinginan kita masing-masing, apa yang diinginkan itu yang perlu disampaikan.

  3. Memikirkan alternatif penyelesaian dan dampak terhadap masing-masing pihak.

  4. Mulai memilih alternatif yang memenuhi keinginan masing-masing pihak.

  5. Melaksanakannya.

Mazmur 18:21,22,23 berkata: "Tuhan memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku, sebab aku tetap mengikuti jalan Tuhan dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan ketetapan-Nya tidaklah kujauhkan dari padaku." Kita bisa selalu menggunakan banyak cara untuk menyelesaikan konflik, namun intinya kita harus selalu bertanya apakah kita telah mengikuti jalan Tuhan. Sewaktu kita mengikuti jalan Tuhan, Tuhan akan memberikan yang kita minta.