Ketika Pasangan Terlibat Kriminal

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T288A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Hidup tidak ideal. Kadang karena pelbagai alasan, pasangan terpaksa berurusan dengan hukum dan mendekam dalam penjara. Keberadaan pasangan mulai dari proses pengadilan sampai dalam penjara akan memberi pengaruh besar pada kehidupan keluarga. Apakah yang harus dilakukan bila ini terjadi?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Hidup tidak ideal. Kadang karena pelbagai alasan, pasangan terpaksa berurusan dengan hukum dan mendekam dalam penjara. Keberadaan pasangan mulai dari proses pengadilan sampai dalam penjara akan memberi pengaruh besar pada kehidupan keluarga. Apakah yang harus dilakukan bila ini terjadi?

  • Hal itu membuat kita dan anak-anak harus menanggung rasa malu yang besar.
    Sudah tentu respons malu adalah wajar dan keengganan kita untuk bersembunyi juga wajar. Untuk sementara tidak apa kita menutup diri supaya kita dapat merenungkan apa yang telah terjadi dan membuat rencana ke depan. Namun sedapatnya jangan putuskan hubungan dengan semua orang. Mintalah bantuan dari sekurangnya seseorang yang rohani, bijak, dan dapat dipercaya. Banyak keputusan yang mesti diambil dan kita memerlukan masukan berhikmat dari orang lain.
  • Hal itu membuat kita senantiasa bertanya-tanya tatkala bertemu dengan seseorang, apakah sesungguhnya ia telah mengetahui kasus itu dan ini yang penting, apakah yang dipikirkannya tentang diri kita sekarang. Apakah kita harus menceritakannya masalah kita kepadanya?
    Tidak ada keharusan bagi diri kita untuk menceritakan masalah ini kepada semua orang. Berapa banyak informasi yang kita bagikan bergantung pada berapa dekatnya ia dengan kita, berapa tulus dan pedulinya ia dengan kita, dan berapa bermanfaatnya informasi itu baginya. Jadi, bila ia tidak dekat, tidak terlalu peduli dengan kita, dan tidak ada manfaatnya ia mengetahui hal itu, tidak perlu kita menceritakannya.
  • Hal itu membuat hidup kita terganggu dan terputus. Misalkan, gara-gara utang maka kita harus pindah dan menyewa rumah yang lebih sederhana. Penghasilan mungkin sekali menurun dengan drastik atau bahkan tidak berpenghasilan sama sekali.
    Ambillah keputusan besar dengan berhati-hati-dilandasi doa dan pertimbangan yang matang. Jika masih memungkinkan lebih baik tinggal di tempat yang sama dan mempertahankan pekerjaan yang sama daripada terburu-buru pindah karena malu.
    Namun bila itu yang harus dilakukan, lakukanlah dan bersiaplah untuk menanggung susah. Bicaralah dengan anak-anak dan berilah mereka pengertian.
  • Hal itu membuat kita kehilangan kerabat. Tidak semua orang dapat menerima diri kita kendati kita pun sesungguhnya adalah korban. Akan ada orang yang menjauh dan memutuskan hubungan dengan kita.
    Kita mesti menerimanya karena memang kita tidak dapat memaksa orang untuk menerima diri kita. Kita harus siap disalahmengerti dan dinilai buruk sebab tidak mungkin kita meyakinkan semua orang. Terpenting adalah kita meyakinkan beberapa orang yang telah menjalin hubungan baik dengan kita. Inilah relasi yang mesti dipertahankan dan diselamatkan. Jujurlah kepada mereka; jangan menutupi.
  • Hal itu membuat kita kehilangan wibawa di hadapan anak. Otoritas dibangun di atas integritas-hidup benar di hadapan Tuhan.
    Tidak bisa tidak, akan terjadi goncangan di dalam hubungan dengan anak. Tugas kita memang berat: di samping berusaha kuat untuk diri sendiri, kita pun harus kuat buat anak sekaligus menjaga ketertiban dalam keluarga. Kita mesti mengizinkan anak untuk mengutarakan perasaannya-baik itu malu maupun marah.
    Jangan melarangnya menyatakan isi hati yang sebenarnya-kecewa dan hilangnya respek pada orangtuanya. Jangan paksa anak untuk lebih sering diam di rumah; biarkanlah ia menjalani roda kehidupan seperti biasanya. Tegaklah disiplin seperti biasanya-apa pun penilaiannya terhadap diri kita.
  • Hal itu membuat kita malu dan tertolak oleh Tuhan. Seberapa besar dan kecilnya andil kita, tidak bisa tidak, kita merasa bertanggung jawab pula atas perbuatannya. Kita merasa gagal di hadapan Tuhan.
    Bila kita berandil, mintalah pengampunan Tuhan. Bila ada kerugian yang diderita orang akibat perbuatan pasangan, berjanjilah untuk menebusnya. Jangan menutupi apalagi menyangkali dosa. Yakinlah akan janji Tuhan dan hiduplah berdasarkan janji yang mulia ini, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)