Kesalahan dalam Memilih Pasangan II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T344B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Pasangan seperti apakah yang Tuhan kehendaki dalam kita memilih pasangan yang sesuai kehendak-Nya, di sini dijelaskan 3 aspek yang memengaruhi dalam pemilihan pasangan hidup.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah kegagalan pernikahan atau perceraian. Sudah tentu ada banyak penyebab mengapa pernikahan berakhir gagal dan tidak selalu kitalah penyebab perceraian itu. Malah adakalanya kita justru menjadi korban sebab kita mesti menanggung tindakan pasangan yang salah. Singkat kata kita tidak bisa menyamaratakan semua kasus perceraian dan menyalahkan orang yang bercerai secara membabi buta.

Sekarang kita akan memelajari mengenai kesalahan dalam memilih pasangan dan kita akan belajar dari seorang tokoh di Alkitab. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan khusus. Kekhususannya berawal bahkan sebelum ia dilahirkan. Setidaknya ada empat kekhususannya.

1. Secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson kepada orangtuanya, bukan sekali melainkan dua kali.

2. Secara khusus Tuhan pun melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya.

3. Secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah.

4. Dan, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar.

Sayangnya semua kekhususan dan keperkasaannya yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang melainkan di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memperhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup. Berulang kali ia hidup bersama perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya ke tangan musuhnya. Hidupnya berakhir tragis—Simson mati di dalam tahanan musuhnya, orang Filistin. Ironinya, dari antara semua hakim yang memerintah Israel, hanya dialah—hakim yang paling khusus dan perkasa—yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya.

Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Berikut adalah tiga panduan yang termaktub di dalam Firman Tuhan.

A.Kecocokan Latar Belakang dan Iman

Kisah Simson mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam Hakim-Hakim 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin. Pada pesta pernikahannya, Simson membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya, orang-orang Filistin. Sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu, mereka pun mengancam untuk “membakar” istri Simson dan seisi rumahnya.

Dari sini kita dapat memetik sebuah pelajaran penting. Ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada yang lapang. Daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teka itu dan membayar harga pertaruhan, mereka memilih mengancam istri Simson. Dan, dalam ketakutannya, istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka ini kepada suaminya, ia malah memanipulasi Simson untuk menyingkapkan makna teka-teka itu. Setelah Simson marah dan membalas perbuatan orang Filistin, ia pun pulang ke rumah orangtuanya. Tatkala ia kembali menemui istrinya, ternyata istrinya sudah diberikan kepada orang lain, tanpa sepengetahuan Simson. Dengan begitu mudahnya ayah perempuan itu memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat dalam pernikahan dengan Simson.

Dari sini kita dapat melihat perbedaan latar belakang Simson dan orang Filistin, yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga perceraian. Memang kita tidak akan dapat menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita. Sudah tentu akan ada perbedaan di antara kita. Sungguhpun demikian kita harus sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sederhana: Latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang.

Pernikahan mesti didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat, dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Di dalam kesesuaian iman, bukan saja kita akan dapat menyeleraskan perbedaan, kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran Tuhan menitipkan pesan ini kepada kita semua (1 Korintus 7:39), “ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya.”

Alasan Tuhan sangat jelas kenapa Ia menghendaki kita untuk menikah dengan sesama orang percaya dalam Kristus, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab, persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14)

B.Karakter yang Baik

Sedapatnya carilah orang dengan karakter yang baik. Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang berkarakter baik. Hal ini penting sekali sebab karakter yang terbentuk tidak mudah berubah. Jangan sampai kita berpandangan naïf dan berkata bahwa semua orang dapat berubah. Betul, semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan sangatlah panjang. Dan, makin banyak karakter yang mesti berubah, makin lama dan sulit proses perubahan itu, dan makin besar kerusakan yang mesti ditanggung.

Setelah Ishak dewasa, Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram-Mesopotamia. Di dalam kebingungan gadis mana yang mesti dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda. Ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya mengambilkan air minum baginya, tetapi juga akan menawarkan air minum bagi semua onta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan doanya. Ribka pun bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Doa yang dipanjatkan hamba Abraham menunjukkan kematangannya. Ia tidak meminta yang cantik dan menarik; ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya. Seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tetapi juga bolak-bolik ke sumur menimba air buat onta-ontanya, adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Ribka bukan saja seorang yang lembut dan berbelas kasihan, ia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja, serta siap menolong orang.

Pada akhirnya faktor utama yang menopang pernikahan bukanlah kecantikan atau kekayaan tetapi karakter yang mulia. Orang bercerai bukan karena pasangannya kurang cantik tetapi lebih sering karena pasangannya kurang baik.

C.Berhikmat

Di dalam Kitab I Samuel 25 dicatat sebuah kisah yang menarik. Pada waktu itu Daud belum menjadi raja; sebaliknya, ia malah menjadi buronan Raja Saul yang berniat membunuhnya karena tahu bahwa Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Nah, pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul. Dan, kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang bernama Nabal dan istrinya Abigail.

Nabal bukanlah seorang yang baik. Alkitab menyebut bahwa ia seorang yang “kasar dan jahat kelakuannya” sedang istrinya Abigail adalah seorang yang “bijak dan cantik.” Nah, selama berkemah di Maon Daud telah berbuat baik kepada Nabal—Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok. Di dalam kondisi kekurangan, Daud pun memohon belas kasihan Nabal untuk memberinya bantuan. Bukan bantuan yang diberikan Nabal, tetapi penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal. Nah, dalam momen yang kritis itu, datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya. Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal.

Hikmat Abigail ditunjukkan dalam pelbagai tindakannya. Coba kita lihat dan pelajari sikap wanita yang bijak ini sebagaimana dicatat dalam 1 Samuel 25:23-31,

  • Merendahkan diri.
  • Mengakui duduk masalah.
  • Memahami perasaan orang.
  • Menunjukkan yang benar dan menegur yang salah.
  • Melihat semua dari teropong Tuhan.