Kepribadian Ambang

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T517A
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Gangguan kepribadian ambang (borderline) tampak dalam relasi, suasana hati dan rasa terhadap identitas diri. Dikatakan ambang karena memang diketahui para penderitanya berada pada “ambang” psikosis. Borderline ini juga merupakan ambang antara schizophrenia dan neurosis. Gangguan ini umumnya muncul menjelang usia dewasa. Sebagian besar mereka dapat mengatur tanggungjawab kehidupan sehari-hari.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Gangguan kepribadian ambang (borderline) dicirikan dengan sebuah pola ketidakstabilan secara keseluruhan, paling banyak tampak dalam relasi, suasana hati, dan rasa terhadap identitas diri. Dikatakan ambang karena memang diketahui para penderitanya berada pada ôambangö psikosis, para penderita gangguan ini mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi yang mereka miliki. Borderline ini juga merupakan ambang antara schizophrenia dengan neurosis.

Gangguan ini umumnya muncul pada periode menjelang usia dewasa. Mereka menunjukkan impulsif yang berulang dan pola menetap dari ketidakstabilan dalam hubungan antarpribadi, citra diri, dan afek yang dapat diindikasikan dengan lima atau lebih dari hal berikut.

  1. Usaha yang panik untuk menghindari pengabaian yang nyata ataupun sekadar imajinasi
    Ada kisah seorang wanita berkepribadian ambang yang menjadi begitu kebingungan setelah berhubungan seks, dan langsung menyayat pergelangan tangannya ketika pasangan seksualnya bersiap untuk pergi. Dalam minggu-minggu berikutnya ia begitu terobsesi mengejar pria tersebut. Sikap emosionalnya yang begitu sering, membuat pria itu ketakutan, karena ia melakukan banyak perilaku aneh dan mengganggu.
  2. Pola menetap dari hubungan antarpribadi yang selalu berubah-ubah dan intens yang dicirikan dengan perubahan antara mengidealkan dan mendevaluasi
    Misalnya di kantor rekan kerja memandangnya sebagai seorang yang selalu dipengaruhi suasana hati dan tidak dapat ditebak. Terkadang terlihat sangat menyenangkan dan bersemangat. Tetapi terkadang menunjukkan sifat pemarah yang tidak terkontrol. Orang lain sering bingung dengan ketidakkonsistenan sikapnya.
  3. Gangguan identitas-citra diri dan rasa terhadap diri yang berubah-ubah
    Seringkali bingung dengan identitas mereka atau konsep mengenai diri mereka. Bahkan setelah mereka melalui masa-masa ketika timbul pertanyaan mengenai identitas pada masa remaja, mereka tidak yakin akan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Pada tingkat yang lebih mendalam, mereka tidak mengenal diri sendiri.
  4. Impulsif setidaknya dalam dua area, seperti pengeluaran uang, seks, penyalahgunaan obat-obatan, dan menyetir sembarangan
    Perasaan yang kronis akan kebosanan dapat membawa mereka untuk mencari rangsangan. Sebagian drama hubungan mereka menunjukkan adanya pencarian pengalaman emosi yang kuat. Dalam usaha mereka untuk menghindari kebosanan, mereka dapat terikat dalam perilaku yang impulsif, seperti seks bebas, boros menggunakan uang, menyetir sembarangan, makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, dan mengutil. Kesenangan dari aktivitas tersebut membuat mereka merasa hidup. Selain itu, suasana hati mereka sama tidak stabilnya dengan perilaku mereka. Mereka terombang ambing seperti di awang-awang, tetapi di hari berikutnya mereka tertekan, khawatir, dan menderita.
  5. Perilaku bunuh diri yang berulang, gerak tubuh, ancaman, atau perilaku memutilasi diri sendiri
    Melihat darah dan mengalami kesakitan fisik meyakinkan mereka bahwa badan mereka benar-benar nyata. Beberapa orang dengan kepribadian ini tidak merasakan kesakitan pada saat menyayat tubuhnya sendiri. Banyak dari kelompok yang sangat berisiko ini memiliki kisah kekerasan di masa kanak-kanak. Maka, tidaklah mengejutkan kalau intensitas penderitaan emosional membawa pada pilihan yang serius untuk bunuh diri.
  6. Ketidakstabilan emosi seperti episode kesedihan yang intens, mudah marah, atau kecemasan, biasanya bertahan selama beberapa jam atau terkadang beberapa hari
    Banyak orang dengan gangguan kepribadian ambang sering marah hampir setiap waktu. Bahkan tanpa penyebab yang jelas, mereka bisa menjadi sangat marah. Tanggapan seorang teman yang kelihatannya lugu dapat membuat mereka mengamuk secara kasar atau menjadi sakit hati tanpa alasan dalam waktu yang sangat lama. Pemicu kemarahan mereka biasanya perasaan bahwa mereka tidak diperhatikan atau diabaikan oleh orang yang mereka kasihi atau orang yang penting dalam hidup mereka.
  7. Perasaan kekosongan yang kronis atau terus menerus
    Mereka sering mengalami sebuah jenis depresi yang berbeda, yang dicirikan dengan perasaan akan kekosongan dan berbagai emosi negatif. Meskipun jarang melakukan kekerasan terhadap orang lain, mereka cenderung sangat dipengaruhi oleh kejadian yang hampir semua orang akan melewati kejadian tersebut.
  8. Kemarahan yang intens dan tidak jelas, atau kesulitan menahan amarah, seperti sering marah, kemarahan yang konstan, atau perkelahian fisik yang dilakukan berulang
    Ukuran gangguan emosional yang terlihat dari mereka dapat dicirikan dengan istilah disregulasi emosional: kurangnya kesadaran, pemahaman, atau penerimaan emosi; sebuah ketidakmampuan mengontrol intensitas atau lamanya emosi, keengganan untuk mengalami emosi yang buruk sebagai aspek dari tujuan yang dikejar; dan ketidakmampuan terlibat dalam perilaku yang memiliki tujuan ketika mengalami distres.
  9. Sesekali berpikiran paranoid yang terkait dengan stres yang dialaminya atau simtom disosiatif
    Stres adalah problematik khusus bagi orang dengan gangguan tersebut. Selama pengalaman yang menimbulkan stres, kerentanan mereka semakin meningkat yang menyebabkan mereka merasa sangat curiga dan tidak percaya kepada orang lain yang membuat mereka paranoid. Mereka juga dapat mengembangkan simtom disosiatif seperti perasaan tidak terhubung dengan orang lain dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Dinamika Lain

Meski banyak aspek dari keberfungsian mereka terganggu, sebagian besar mereka dapat mengatur tanggung jawab kehidupan sehari-hari mereka. beberapa juga ada yang sukses dalam berbagai konteks. Akan tetapi, mereka tidak dapat diprediksi, bergantung, dan mengikuti suasana hati. Mereka dapat mengalami sebuah kehidupan yang sementara, kondisi yang menyerupai psikosis, kemungkinan ditandai dengan pikiran delusi atau simtom disosiatif yang dapat mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit.

Perlu segera temui dokter atau psikolog jika menyadari kehadiran gejala-gejala kondisi ini, baik pada diri sendiri, teman atau keluarga. Membicarakan dengan teman atau anggota keluarga untuk memperoleh informasi atau bantuan dari tenaga medis professional secara baik-baik dan tanpa paksaan.