Istri tidak Mau Mengurus Rumah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T254B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Ada banyak penyebab timbulnya masalah dalam pernikahan, salah satunya adalah tidak terpenuhinya tuntutan suami agar istri mengurus rumah. Pada akhirnya kekecewaan melahirkan konflik dan tidak jarang, hal ini terus menjadi duri dalam pernikahan. Di sini akan dipaparkan mengapa sebagian wanita tidak suka mengurus rumah dan apa yang dapat dilakukan suami?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada banyak penyebab timbulnya masalah dalam pernikahan, salah satunya adalah tidak terpenuhinya tuntutan suami agar istri mengurus rumah. Pada akhirnya kekecewaan melahirkan konflik dan tidak jarang, hal ini terus menjadi duri dalam daging pernikahan. Berikut akan dipaparkan mengapa sebagian wanita tidak suka mengurus rumah dan apa yang dapat dilakukan suami.

  • Sudah tentu langkah terbaik adalah pada awalnya, sebelum menikah, suami dan istri sudah harus membicarakan tuntutan atau harapan yang terkandung. Jika pada masa pranikah hal ini telah dibicarakan, maka akan dapat dicarikan jalan keluar yang memuaskan kedua belah pihak. Bila ini belum dilakukan, maka tidak bisa tidak, hal ini mesti dibicarakan. Seyogianya suami mengutarakan pengharapan ini dengan lembut dan meminta istri untuk mengurus rumah. Untuk menghindari kesalahpahaman lagi, sebaiknya suami membicarakan pengharapan ini secara spesifik yakni hal-hal apakah yang diidamkannya. Dengan kata lain, suami harus menjalaskan apa yang dimaksudnya dengan "mengurus rumah." Sudah tentu di sini dibutuhkan fleksibilitas dan pengertian. Bila istri pun bekerja, tidaklah realistik untuk menuntutnya mengurus rumah sendiri. Sudah tentu pilihan menggunakan tenaga pembantu selayaknya dipertimbangkan.
  • Ada istri yang tidak mau mengurus rumah karena memang tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Misalnya, sebagian wanita yang berkarier di luar rumah tidak berminat mengurus rumah-menjaga kebersihan dan menata isi rumah-sebab baginya, tugas ini dapat didelegasikan kepada pembantu dan ia dapat menggunakan waktunya untuk tugas lain yang dinilainya lebih penting. Jika inilah kasusnya, sudah tentu suami mesti menerima hal ini namun sudah selayaknyalah istri menjadi penanggung jawab rumah tangga, kendati bukan ia yang menjadi pelaksananya.
  • Ada pula istri yang tidak tertarik untuk masak sebab memang tidak semua orang berminat untuk masak. Namun jika suami tetap berharap istri memasak, sebaiknya dibicarakan frekuensinya. Mungkin istri tidak bisa masak setiap hari, tetapi tidak ada salahnya ia berusaha masak seminggu sekali. Bagi sebagian suami, makan makanan yang disiapkan istri memiliki kebanggaan tersendiri. Jadi, sebaiknya istri mengalah demi menyenangkan hati suami.
  • Ada istri yang tidak mau mengurus rumah atau masak namun tidak suka pula bekerja di luar rumah. Singkat kata, ada istri yang memang malas untuk melakukan semua itu. Keinginannya hanyalah hidup senang tanpa harus bekeringat. Jika inilah kondisinya, sudah tentu suami harus mengutarakan pengharapannya. Mungkin suami dapat menurunkan tuntutannya sehingga istri dapat melakukan beberapa hal yang sederhana. Namun bila tetap tidak membuahkan hasil, sebaiknya suami tidak lagi mengungkitnya. Dalam kondisi seperti ini suami seyogianya mengambil alih tanggung jawab dan memastikan rumah terurus. Tidak bisa tidak, pada akhirnya pernikahan akan mengalami keretakan karena tentulah rasa hormat akan merosot.

Firman Tuhan
"Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan." (Amsal 21:2) Orang yang rajin mengundang hormat, demikian pula istri yang rajin pastilah mengundang rasa hormat suami. Relasi dibangun atas dasar rasa hormat dan ternyata, rasa hormat keluar dari hal-hal sederhana seperti mengurus rumah tangga. Tuhan berjanji memberkati orang yang rajin dengan berlimpah; istri yang rajin akan menerima pujian dari suami dan anak-anaknya.