Hidup yang Dikuasai Nafsu (I)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T308A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Penghambat terbesar pertumbuhan rohani adalah pergumulan rohani. Salah satu pergumulan rohani terberat adalah pergumulan melawan nafsu—kehausan jasmaniah yang menuntut pemuasan. Untuk dapat menguasai nafsu, kita mesti memahami keempat prinsip yang memutar roda nafsu di dalam hidup kita. Setidaknya ada empat prinsip yang menjalankan roda nafsu yaitu Prinsip Sekarang, Prinsip Kenikmatan, Prinsip Aku dan Prinsip Tidak Perlu Iman.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Penghambat terbesar pertumbuhan rohani adalah pergumulan rohani. Makin besar pergumulan rohani, makin kecil pertumbuhan rohani. Salah satu pergumulan rohani terberat adalah pergumulan melawan nafsu—kehausan jasmaniah yang menuntut pemuasan. Nafsu tidak selalu berbentuk kecanduan; nafsu juga bisa berbentuk kesukaran menahan diri membeli barang atau mengeluarkan perkataan, melakukan tindakan tertentu atau menguasai emosi.

Di dalam Firman Tuhan, nafsu diidentikkan dengan segalanya yang berasal dari daging. Sebagaimana kita ketahui, Tuhan meminta kita untuk hidup di dalam Roh dan tidak menuruti keinginan daging. Untuk dapat menguasai nafsu, kita mesti memahami keempat prinsip yang memutar roda nafsu di dalam hidup kita. Setidaknya ada empat prinsip yang menjalankan roda nafsu.

  1. Prinsip Sekarang
    Nafsu menuntut pemuasan sekarang; begitu muncul, nafsu segera memanggil untuk dipuaskan. Penundaan malah makin menambah intensitas nafsu dan menciptakan rasa frustrasi. Para pecandu—baik itu pecandu minuman keras, obat terlarang, judi, atau seks—pasti memahami prinsip ini. Begitu keinginan timbul, pikiran sepenuhnya tersita dan hanya terpaku pada apa yang tengah diinginkan.
    Sesungguhnya prinsip sekarang dapat menjadi obat penawar pula. Oleh karena harus sekarang, maka bila dapat ditahan maka keinginan itu akan surut dengan sendirinya. Sudah tentu kecanduan pada obat terlarang akan memakan waktu yang lebih panjang oleh karena pada akhirnya tubuh membutuhkan unsur atau elemen yang terdapat pada obat itu. Sewaktu tidak mendapatkannya, maka tubuh akan memberi reaksi yang nyata. Di luar obat atau alkohol, sesungguhnya nafsu tidak berlangsung lama. Penundaan sementara akan menciptakan rasa frustrasi namun setelah itu, nafsu akan reda kembali.
    Itu sebabnya salah satu kunci untuk menjalankan hidup yang tidak dikuasai nafsu adalah hidup berdisiplin. Mungkin kita tidak bisa mengatur waktu, mungkin kita sulit tidur pada waktu yang konsisten, mungkin kita tidak dapat membatasi makan dan lainnya. Singkat kata, hidup yang tidak berdisiplin adalah tanah subur bertumbuhnya hidup yang dikuasai nafsu oleh karena hidup tidak berdisiplin berakar pada prinsip sekarang. Jika kita ingin hidup tidak dikuasai nafsu maka kita mesti mulai membangun kehidupan yang berdisiplin. Disiplin dalam satu hal akhirnya menyebar sehingga makin banyak wilayah dalam kehidupan kita yang tunduk disiplin. Sebaliknya, hidup tidak berdisiplin dalam satu hal dengan mudah menyebar pula sehingga pada akhirnya makin banyak hal dalam hidup kita yang tidak tunduk disiplin.
  2. Prinsip Kenikmatan
    Nafsu mencari kenikmatan dan menjauh dari kesusahan atau derita. Hidup yang dikuasai nafsu adalah hidup yang mengejar kenikmatan. Pada umumnya orang yang dikuasai nafsu sulit menghadapi tekanan dalam hidup. Ia senantiasa mencari jalan pintas atau berusaha menghindar dari kesukaran hidup. Sudah tentu tidak ada orang yang menyenangi penderitaan. Kita hanya akan menyambut derita bila kita tahu dengan jelas bahwa derita akan menghasilkan sesuatu yang baik. Misalkan, seorang atlet bersedia menyambut derita memersiapkan diri oleh karena ia sadar bahwa inilah jalan menuju kemenangan. Tanpa tujuan yang jelas kita tidak bersedia menyambut derita.
    Orang yang hidup dikuasai nafsu umumnya mengalami kesukaran melihat tujuan jelas di balik penderitaan. Ia hanya dapat melihat apa yang ada di depan matanya. Itu sebabnya sewaktu derita datang, ia pun akan mengeluarkan segala usaha untuk keluar dari derita. Singkat kata, baginya hidup selalu harus berisikan kenikmatan.
    Jika kita ingin hidup tidak dikuasai nafsu maka kita perlu mengembangkan gaya hidup yang tahan derita. Biasakan untuk tidak cepat-cepat keluar dari ketidaknyamanan; biasakan untuk bertahan dalam derita. Arahkan pandangan jauh ke belakang sehingga kita dapat melihat apa yang sesungguhnya terkandung di balik derita.
    Firman Tuhan mengingatkan, "Maksudku ialah: Hiduplah oleh Roh maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16)
  3. Prinsip Aku
    Hidup yang dikuasai nafsu adalah hidup yang terpusat pada diri sendiri. Orang yang hidup dikuasai nafsu berangkat dari pemuasan sekarang; itu sebabnya apa pun yang merintanginya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya sekarang, pasti diterjangnya. Juga, hidup yang dikuasai nafsu selalu mencari kenikmatan, itu sebabnya apa pun atau siapa pun itu yang membuatnya sengsara pasti disingkirkannya.
    Tidak dapat tidak, hidup yang dikuasai nafsu makin hari makin membuat ego bertambah besar. Sebaliknya, hidup yang dikuasai nafsu makin hari makin mengecilkan kepentingan orang. Juga, orang yang dikuasai nafsu pada akhirnya cenderung memakai atau memanfaatkan orang demi kepentingan atau kepuasan pribadinya.
    Misalnya, oleh karena ia tidak suka bersentuhan dengan kesusahan, ia akan memakai orang—bahkan mengorbankan orang—untuk melepaskan diri dari kesusahan. Oleh karena ia harus mendapatkan apa yang diinginkannya sekarang, ia pun akan memakai orang untuk memberikan apa yang diinginkannya.
    Pada akhirnya orang yang hidup dikuasai nafsu tidak dapat membangun relasi yang tulus. Relasinya sukar bertahan sebab pada akhirnya orang melihat bahwa ia hanya memakai teman. Memang orang yang hidupnya dikuasai nafsu adalah orang yang kesepian. Masalahnya adalah makin kesepian, makin ia tenggelam di dalam prinsip sekarang, prinsip kenikmatan, dan prinsip aku.
  4. Prinsip Tidak Perlu Iman
    Kendati orang yang hidup dikuasai nafsu menamakan diri orang beragama namun belum tentu ia adalah seorang beriman. Beriman berarti menyerahkan hidup kepada Tuhan—kehendak dan kepentingan seluruhnya untuk Tuhan. Prinsip sekarang, prinsip kenikmatan, dan prinsip aku adalah prinsip yang berlawanan dengan prinsip beriman. Itu sebabnya hampir dapat dipastikan bahwa orang yang hidupnya dikuasai oleh nafsu pada dasarnya bukanlah orang yang beriman.
    Iman tumbuh dari sebuah relasi dengan Tuhan di mana kita menempatkan diri sebagai obyek sedangkan Tuhan sebagai subyek. Di dalam relasi seperti ini kita memohon kepada Tuhan, namun tidak memaksa Tuhan; kita melakukan kehendak Tuhan, bukan sebaliknya, Tuhan melakukan kehendak kita.
    Orang yang hidup dikuasai nafsu adalah orang yang bukan saja memakai orang, ia pun memakai Tuhan. Ia tidak meminta Tuhan, ia memaksa Tuhan. Ia tidak memohon, ia menyuruh Tuhan. Singkat kata, hidup yang dikuasai nafsu adalah hidup yang menjadikan keinginan pribadi sebagai berhala atau ilah.
    Firman Tuhan mengingatkan agar kita tidak diperhamba oleh siapa dan apa pun. Tuhan adalah Allah dan hanya kepada-Nya kita menghamba dan menyembah. Kita tidak takut apa pun sebab kita hanya takut kepada Tuhan. Orang yang hidup dikuasai nafsu tidak takut apa pun dan siapa pun selain takut kehilangan apa yang diinginkannya. Itu sebabnya ia tidak takut Tuhan; ia hanya takut kehilangan kenikmatan dan kepentingannya.
    Firman Tuhan mengingatkan, "Barang siapa menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (Galatia 5:24-25)