Hidup Fleksibel

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T108B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kita harus menyadari hidup itu tidak bisa kita kendalikan, supaya kita fleksibel dalam hidup kita harus mulai dengan suatu perspektif, sebetulnya hidup itu tidak dalam kuasa kita.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Di Amerika Serikat orang sering kali mengucapkan peribahasa yaitu 'don't take life to seriously' janganlah terlalu serius menghadapi hidup. Saya kira peribahasa ini mempunyai banyak kebenarannya terutama pada dewasa ini, saya melihat salah satu sumber penyakit adalah ketegangan, kita terlalu tegang karena kita menjalani hidup serius. Saya juga tidak berkata anggaplah hidup ini sebuah permainan, tidak! Tetapi yang saya maksud adalah kita hidup tidak terlalu tegang sehingga menjalani hidup dengan santai dan rileks, sikap-sikap inilah yang akan membentuk sikap hidup yang sehat.

Ciri-ciri orang fleksibel adalah:

  1. Fleksibel adalah menyadari bahwa hidup di tangan Tuhan, jadi kita menyadari Tuhan bekerja sesuai rencana-Nya dan kita hanyalah bagian dari rencana Tuhan, tidak semua hal bergantung pada kita. Yang saya ingin tekankan, sadarilah bahwa ada Tuhan dalam hidup ini dan bahwa semua hal dalam hidup ini sebetulnya berada pada tangan Dia juga. Kita bekerja, kita melakukan bagian kita tapi berikan bagian Tuhan kepada Tuhan, jangan kita mengambil alih bagian Tuhan bahwa itu juga harus kita kerjakan.

  2. Fleksibel adalah berani berubah sebab dia berani mengintrospeksi diri. Orang yang fleksibel itu orang yang berani melihat apa hal-hal dalam dirinya itu yang perlu diperbaiki, yang perlu ditambah sehingga akhirnya dia berani berubah. Orang yang tidak fleksibel orang yang sulit sekali melihat dirinya, kalaupun melihat dirinya hanyalah melihat secara selektif hanya hal-hal yang ingin dia lihat, yang baik untuk dirinya, yang dia memang yakini sebagai dirinya.

  3. Orang Fleksibel adalah orang yang berani menerima yang tak diduga karena menyadari bahwa jika Tuhan yang memberi, Dia pula yang akan memampukan kita untuk menerimanya. Contoh, tokoh Ayub seorang yang kaya raya tapi mengalami musibah kehilangan anak-anaknya mati semua, hartanya habis, bahkan terakhir dia menderita penyakit. Teman-temannya menjauh darinya, sahabat karibnya meninggalkan dia, anak induk semangnya bahkan kanak-kanak mengejek Ayub.Tapi dia masih bisa berkata: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan." Dan dia mendasarinya atas satu hal yang sangat sederhana, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." Suatu sikap hidup yang luar biasa, inilah yang saya maksud dengan fleksibel, dia tahu bahwa Tuhan yang memberi semua yang dia miliki termasuk keluarganya, kesehatannya dan harta bendanya.

Seharusnya kita juga sebagaimana halnya Ayub, menyadari bahwa memang hidup itu tidak bisa kita kendalikan, nah bagaimanakah kita bisa fleksibel dalam hidup, kita mulai dengan suatu perspektif, sebetulnya hidup itu tidak dalam kuasa kita. Kita berpikir kita yang menentukan hidup ini, ada hal-hal yang memang kita bisa tentukan sampai titik tertentulah kita ini turut berperan dalam menentukan hidup tapi sebetulnya selain atau setelah titik itu benar-benar di tangan Tuhan bukan di tangan kita.