Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahja, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dipanggil untuk Memberkati". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, judul perbincangan kita pada saat ini adalah "Dipanggil untuk Memberkati." Padahal sering kali orang berharap, dipanggil untuk diberkati, nah ini bagaimana?
PG : Pada akhirnya memang prinsip ini harus kita pahami, bahwa Tuhan ingin memberkati kita tapi kita juga harus memberkati orang lain. Ini prinsip mengalir di dalam firman Tuhan. Waktu kita memerkati orang, curahan berkat Tuhan atas kita tak pernah berhenti, kita berhenti memberkati orang lain, curahan berkat Tuhan atas kita pun akan berhenti.
Benar-benar berkat Tuhan itu harusnya mengalir, dari surga turun ke kita, dari kita turun ke orang lain. Begitu kita berhenti memberkati orang maka Tuhan pun berhenti memberkati kita. maka firman Tuhan yang akan kita baca menjelaskan bahwa kita dipanggil untuk memberkati orang lain. Saya akan bacakan dari I Petrus 3:8, "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dianggil, yaitu untuk memperoleh berkat." Nah terakhir Tuhan tambahkan lagi yaitu untuk memperoleh berkat. Jadi yang pertama adalah hendaklah kamu memberkati baru memperoleh berkat. Urutannya sangat jelas, kita memberkati terlebih dahulu barulah kita memperoleh berkat.
GS : Kalau kita kaitkan dalam kehidupan berkeluarga, semua orang ingin hidup pernikahannya bisa menjadi berkat, bisa dinikmati oleh orang lain juga, nah ini bagaimana Pak Paul?
PG : Kalau kita memang mempunyai konsep bahwa kita ingin menjadi berkat buat orang lain, apalagi buat pasangan kita; ini adalah satu konsep yang sangat benar; masalahnya adalah kita sering kalimasuk ke dalam pernikahan dengan konsep yang keliru.
Yaitu misalkan yang pertama kita berkonsep bahwa pernikahan yang baik itu, kita langsung akan dapatkan. Ini salah, pernikahan yang baik harus kita usahakan, kita harus berusaha sekeras mungkin, hasilnya barulah pernikahan yang baik itu. Kita tidak langsung gara-gara menikah dengan orang yang cocok, pasti mendapatkan pernikahan yang harmonis dan indah. Tidak demikian, kita harus bekerja. Nah di sinilah saya kira konsepnya kita harus rubah, kita tidak langsung menerima berkat, kita harus kerja keras memberkati atau menjadi berkat buat pasangan kita. Dan yang kedua konsep yang juga keliru yang sering kali kita miliki adalah pastilah Tuhan akan menciptakan pernikahan yang indah. Ini memang terdengar rohani tapi kurang tepat, kenapa kurang tepat sebab tugas kita atau bagian kita mengusahakan pernikahan yang indah dan tugas atau bagian Tuhan yang memberkati usaha kita. Jadi Tuhan dari atas atau dari sorga langsung memberikan kita pernikahan yang indah, tidak demikian, tugas kitalah menciptakannya. Nah waktu kita bekerja keras menciptakannya Tuhan memberkati usaha itu sehingga akhirnya kita bisa menikmati pernikahan yang indah. Nah konsep inilah yang harus kita bawa memasuki pernikahan.
ET : Lupa pada bagian upayanya atau kerja kerasnya, jadi memang paket bayangannya selama ini adalah kita sudah sama-sama anak Tuhan, kita sama-sama saling mencintai, menikah diberkati di gereja jadi seolah-olah paket berikutnya adalah kebahagiaan itu yang mengikuti dengan otomatis.
PG : Memang tidak sepenuhnya salah konsep bahwa Tuhan itu memberkati kita, apalagi kita yang datang kepada Tuhan meminta pimpinannya selama kita berpacaran. Tuhan sudah tentu ingin memberkati kta, namun Tuhan ingin melihat usaha kita pula, kita tidak akan dibiarkan Tuhan menjadi orang-orang yang kerdil dan tidak dewasa.
Enak-enak, diam-diam, tiba-tiba mendapatkan pernikahan yang indah, tidak demikian, kita pun harus bekerja. Konsep ini memang kita bawa, kita beranggapan karena kita sudah bersanding di gereja, sudah dinikahkan di gereja maka nanti setelah itu kita akan tetap menikmati pernikahan yang juga indah. Berkat Tuhan datang kepada kita hari lepas hari, sesuai dengan usaha kita untuk memperindah pernikahan kita.
GS : Pak Paul katakan bahwa kita harus upayakan, kita harus kerjakan, apakah itu yang kita upayakan dan kita kerjakan?
PG : Yang harus kita kerjakan ada beberapa Pak Gunawan, yang pertama tadi firman Tuhan berkata, "Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan." Artinya kita mesti mempunyai hati yang mengampuni, ni bagian kita dan tugas kita.
dalam pernikahan mesti ada hati yang mengampuni. Kadang-kadang saya terkejut mendengar atau melihat orang yang benar-benar tidak ada lagi hati mengampuni, samaistrinya, sama suaminya atau sama anaknya tidak hati mengampuni. Bahkan berusaha untuk membalas, ini kadang-kadang yang saya perhatikan. Suaminya berbicara, didengarkan baik-baik bukan untuk diterima tapi dicari peluang untuk membalas. Istrinya berbicara, didengarkan bukan untuk diterima tapi untuk bisa ditangkap dan diserang kembali, benar-benar tidak ada hati mengampuni. Nah tugas kita adalah mengampuni, apa artinya mengampuni? Dalam hal ini langkah pertama mengampuni adalah membiarkan. Membiarkan artinya "OK, saya terkena pukulanmu, saya terkena perbuatanmu, tapi saya biarkan saya tidak membalasnya." Jangan kita berkata gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa. Biarkan, sebab ada Tuhan yang melihat, ada Tuhan yang dapat bertindak juga, biarkan orang itu berurusan dengan Tuhan. Tugas kita mengampuni dia, ini yang diperlukan dalam pernikahan, ini wujud nyata dari kita memberkati pasangan kita yaitu kita tidak lagi membalas malah mengampuni dia.
GS : Dan juga mau menerima pengampunan dari pasangan kita. Bukankah setiap kita bisa salah.
PG : Itu kadang-kadang susah Pak Gunawan, untuk orang-orang yang memang egonya agak besar, tidak mau meminta pengampunan dan tidak mau menerima pengampunan. Jadi memang hati yang mengampuni diiingi oleh hati yang mau meminta ampun, jadi dua-duanya harus ada.
ET : Berbicara tentang pengampunan, kita ini kadang-kadang bisa mempunyai penggolongan-penggolongan, kesalahan yang mana yang gampang untuk diampuni dan kesalahan yang mana yang rasanya sulit, ungkin pasangan kita tuntut untuk bisa membuktikan banyak hal untuk saya bisa mengampuni.
Ini bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira hal-hal ini wajar Ibu Ester, sebab tidak semua perbuatan itu sama, secara universal pun tidak semua perbuatan itu sama. Ada perbuatan yang memang sangat-sangat susah untuk diteria dan ada yang lebih mudah untuk diterima.
Secara pribadi pun kita mempunyai daftar kriteria pula, jadi saya kira masuk akal kenapa kita tidak bisa menerima semua perbuatan dengan sama rata. Sudah tentu yang lebih gampang kita terima akan lebih gampang kita ampuni, yang susah diterima akan lebih susah juga kita ampuni. Artinya kita perlu kerja yang lebih keras untuk mengampuni perbuatan-perbuatan yang memang sangat berat itu. Yang benar-benar menusuk kita sangat dalam, sudah tentu perlu kekuatan ekstra. Dan kadang-kadang kita tidak mempunyai kekuatan itu jadi kita datang kepada Tuhan dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, saya sungguh-sungguh tidak lagi mempunyai kekuatan mengampuni, beri saya kekuatan untuk mengampuni." Jadi yang Tuhan butuhkan keinginan itu, mau atau tidak datang kepada Tuhan meminta Tuhan memberi kita kekuatan untuk mengampuni. Nah kadang yang kita lihat adalah orang tidak mau datang kepada Tuhan meminta kekuatan itu, karena ujung-ujungnya adalah memang tidak mau mengampuni. Jadi terus memelihara kemarahan dan dendam itu.
ET : Seolah-olah buat dia itu adalah kesalahan yang tak terampuni, begitu Pak?
PG : Dan orang yang tidak mau mengampuni sebetulnya adalah orang yang sedang menghukum, meskipun kita tidak secara langsung menghukumnya tapi orang yang tidak mau mengampuni sebetulnya orang yag belum berhenti menghukum orang itu.
GS : Selain upaya untuk mau mengampuni dan mau diampuni, apakah ada hal lain yang harus diupayakan dalam kehidupan pernikahan ini?
PG : Saya bacakan dari I Petrus 3:10, "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus mejaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." Apa cara kita menjadi berkat buat pasangan kita dan memberkati pasangan kita? kita harus memiliki lidah yang tulus, lidah yang tidak jahat, lidah yang tidak menipu. Artinya pertama, kita mengatakan yang benar; jangan sampai kita tidak mengatakan yang benar. Kita harus mengatakan yang benar dengan baik, ini penting. Kita harus mengatakan yang benar dengan baik sebab kadang-kadang mulut kita mengatakan yang benar tapi caranya kasar, menghina orang. Dan kita berkata, "Memang dia tolol, dibilangi tidak ngerti-ngerti." Kata tolol itu tidak baik, meskipun perkataan kita benar, mau mengoreksi orang yang melakukan kesalahan, tapi dengan kita membubuhkan kata tolol, itu merusakkan yang benar karena caranya tidak baik. Jadi lidah harus benar-benar baik jangan lidah kita masuk ke dalam yang jahat. Berikutnya tentang lidah, kita harus mengatakan yang baik dengan benar, ini penting. Jangan sampai kita mengatakan yang baik tapi akhirnya isinya kebohongan, manis di mulut, kadang-kadang ini yang kita saksikan, orang-orang manis di mulut tapi sesungguhnya tidak ada kebenaran. Jadi bukan hanya caranya harus benar, isinya pun harus benar; caranya harus baik, isinya pun harus mengandung kebenaran. Ini yang Tuhan minta dari kita, dengan kata lain lidah kita ini harus penuh dengan anugerah dan kebenaran.
GS : Maka Yakobus mengatakan sangat sulit menguasai lidah.
PG : Sangat sulit, sebab apalagi kalau kita sedang dibawa emosi, kita mau mengatakan yang benar dan kita anggap kita benar wah keluarnya bisa sangat kasar seperti terpedo. Atau kita dalam keadan terdesak kita mau menyembunyikan perbuatan kita yang salah, kita bisa sangat manis.
Tapi sebetulnya di dalam kemanisan itu terkandung penipuan, makanya Tuhan meminta kita menyeimbangkannya. Lidah harus menyampaikannya dengan benar namun isinya pun harus benar.
GS : Bagian tubuh yang lain yang bisa kita gunakan atau upayakan untuk melakukan suatu tindakan yang mendatangkan kebahagian dalam hidup pernikahan ini apa Pak?
PG : Saya bacakan ayat 11, "Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." Saya umpamakan kita mesti mempunyai tangan yang rajinberbuat baik, sebab ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik.
Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak menawarkan kebaikan kepada pasangan kita, apalagi tidak mau menolong pasangan kita. Saya berikan masukan yang sederhana, pertama kita harus melihat pasangan kita, apa yang dia butuhkan, jangan kita buta. Ada orang-orang yang tidak melihat pasangannya butuh apa, tidak bisa membaca pasangannya sedang merasakan apa. Kedua, setelah melihat tawarkanlah bantuan, jangan bersikap masa bodoh. Ada orang yang melihat pasangannya sedang bekerja keras diam-diam saja, dia membaca koran, menonton televisi padahalnya pasangannya sedang bekerja keras di rumah, tawarkanlah bantuan. Dan yang ketiga, lakukanlah sesuatu, sebisanya, sedapatnya berbuatlah sesuatu, ini namanya melakukan kebaikan. Sebenarnya hal ini sangat sederhana, tapi dalam pernikahan sering kali ini tidak dilakukan. Orang-orang itu menikah kadang-kadang lupa melakukan hal-hal yang baik untuk pasangannya, hanya melakukan yang baik untuk dirinya sendiri.
ET : Mungkin kadang-kadang ada penggolongan-penggolongan peran jenis kelamin itu Pak yang menghambat, memang tahu pasangannya capek tapi itu bukan porsi saya, atau saya tidak biasa melakukan ha itu jadi bagaimana saya bisa membantu.
Jadi seperti sudah ada pemisahan antara peran atau bagian-bagian itu.
PG : Sering kali itu menghalangi kita, tapi bukankah akhirnya kita sadari bahwa yang kita kategorikan perbuatan baik adalah perbuatan yang memang tidak seharusnya dia lakukan tetapi dia tawarka untuk dia lakukan karena melihat kita sedang membutuhkannya.
Jadi kita katakan baik karena melewati batas kepatutan atau kewajaran. Dia tidak harus mencuci piring, karena kita maisng-masing sudah mendapat bagian kerja, tapi waktu dia melihat kita sedang sibuk mengurus anak-anak makan dan piring masih menumpuk dan dia berkata: "Saya cucikan." Nah ini baru menjadi sesuatu yang baik, kalau memang tugasnya dia dan dia lakukan, kita katakan itu bukannya baik tapi dia bertanggung jawab. Jadi orang yang baik dan yang bertanggung jawab kita bedakan. Orang yang bertanggung jawab-orang yang melakukan bagiannya, orang yang baik-orang yang melakukan di luar bagiannya tapi dia tetap mau dan setia demi kita.
GS : Ada nilai lebihnya di sana, nah itu kalau yang dilakukan oleh tangan, bukankah itu sangat berkaitan dengan kaki kita. Nah apakah kaki juga bisa kita gunakan?
PG : Firman Tuhan di ayat 11 ini berkata, "...ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." Saya boleh umpamakan kakinya orang ini selalu berusaha menempuh jalan damai. Dia bukannyamencari jalan-jalan yang penuh dengan api permusuhan, kakinya berusaha menapaki jalan damai.
Artinya kalau kita mau menjadi berkat dan memberkati pasangan kita? Kita harus berfokus pada penyelesaian bukan pembenaran diri. Kadang-kadang dalam perbedaan, dalam konflik, kita langsung tertindih oleh keinginan untuk membela diri. Yang penting bukannya diri kita benar tapi yang penting adalah kita mendapatkan solusi. Jadi selalu pikirkan dari sudut itu, kerangka pikir kita harus selalu mencari solusinya apa, jangan kita terburu-buru pokoknya yang penting kita tidak salah, kita benar nah ini urusan kamu. Yang berikutnya adalah kita berusaha memahami daripada dipahami. Ini selalu yang ditekankan oleh firman Tuhan. Lebih diberkati orang yang memberi daripada orang yang menerima. Memahamilah jangan menuntut untuk dipahami. Dan yang terakhir tentang mencari perdamaian adalah berupayalah melakukan perbubahan pada diri sendiri, jangan fokus pada mengubah pasangan. Jangan kita berpangku tangan dan berkata, "Kamu yang berubah, saya mau melihat kamu berubah dulu baru nanti saya pikirkan diri saya berubah." Kita harus melihat bahwa kita pun mempunyai kekurangan, firman Tuhan katakan, "Selumbar di mata orang kita lihat, balok di mata sendiri kita luput melihatnya."
GS : Ada janji Tuhan kalau kita melakukan itu semua, di awal perbincangan kita katakan ini sebagai upaya yang sungguh-sungguh yang dikehendaki Tuhan, ini pasti akan diberkati Tuhan juga. Nah apakah ada tanda-tanda yang nyata yang bisa kita lihat dalam kehidupan seseorang atau keluarga di mana berkat Tuhan mengalir di sana?
PG : Ada Pak Gunawan, saya ambil di kitab Imamat 26:3-13, (tidak saya bacakan semuanya) saya bacakan misalnya ayat ke 6, "Dan Aku akan memberi damai sehatera di dalam negeri itu, sehingga kamu kan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu."
Artinya, orang yang diberkati rumahnya itu damai, tidak mudah bertengkar. Ada rumah yang mudah sekali tersulut pertengkaran, hal kecil saja sudah bisa menyulut emosi. Orang yang rumahnya diberkati, susah sekali untuk memercikkan api, susah sekali marah karena rumah itu selalu digenangi oleh damai sejahtera. Yang berikutnya firman Tuhan dia ayat ke 7, "Kamu akan mengejar musuhmu, dan mereka akan tewas di hadapanmu oleh pedang." Ciri orang yang diberkati adalah pribadinya tangguh sehingga dia tidak mudah dikalahkan. Dalam hal ini misalkan pencobaan atau serangan dari iblis musuh utama kita dapat kita patahkan, tapi orang yang tidak diberkati, datang pencobaan, datang serangan iblis akan jatuh dan jatuh lagi. Yang ketiga, di ayat 10, "Kamu masih akan makan hasil lama dari panen yang lampau, dan hasil lama itu akan kamu keluarkan untuk menyimpan yang baru." Artinya, orang yang diberkati hidupnya berlimpah, dia siap membagi. Kita melihat kalau orang tidak diberkati berbagi sedikit saja sudah perhitungan, dia tidak rela. Orang yang diberkati, siap untuk membagi. Dan yang keempat atau yang terakhir ayat ke 11, "Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengah-tengahmu..." Artinya, orang yang diberkati akan melihat kemuliaan Tuhan nyata di dalam keluarganya. Benar-benar kita melihat dalam keluarga itu ada Roh Allah, benar-benar ada suasana rohani, masing-masing keluarga tunduk kepada Tuhan. Dan di situlah kita melihat ada Kemah Tuhan di dalam rumah tangga itu.
GS : Jadi sumbe2r berkat itu sendiri yang ada di tengah-tengah keluarga itu sehingga keluarga itu menikmati akan berkat Tuhan itu.
PG : Betul, karena dia menikmati, dia pun membaginya dengan orang-orang disekelilingnya. Tadi kita sudah membahas tentang hati yang mengampuni, kaki yang mencari damai dan sebagianya.
GS : Sebaliknya Pak Paul, kalau pasangan atau keluarga itu adalah tidak diberkati oleh Tuhan, apakah nampak jelas ciri-cirinya?
PG : Ada Pak Gunawan, Imamat 26:14-39, kita bisa melihatnya apa yang Tuhan lakukan waktu Tuhan mengutuk. Pertama, ayat 16, "...kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan habis dimaan musuhmu."
Artinya, orang yang tidak diberkati Tuhan, apa pun yang dilakukannya sia-sia, tidak membuahkan hasil, tidak menjadikan berkat bagi orang lain. Dia mungkin bisa berteriak-teriak berkata menjadi berkat, tapi hanya dia yang bisa mengklaim itu, orang lain tidak. Ayat 17, "Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu..." Orang yang tidak diberkati Tuhan daya tahannya keropos, mudah sekali dikalahkan pencobaan. Datang pencobaan, dia terjerembab jatuh. Dan yang ketiga adalah orang yang tidak diberkati Tuhan, firman Tuhan berkata di ayat 19, "dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan..." Artinya Tuhan akan mempermalukan kita, kalau Tuhan tidak memberkati kita Tuhan akan mempermalukan kita. Tuhan akan menghancurkan kesombongan kita, ini kedengarannya sangat keras sekali tapi ini yang Tuhan lakukan kepada anak-anak-Nya yang Tuhan sedang ganjar. Dan yang terakhir orang yang tidak diberkati, dikatakan di ayat 20, "Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya." Artinya, hidupnya kering kerontang dan tidak ada yang dapat dibagikan dengan orang lain, benar-benar suatu kehidupan yang tidak ada mata airnya, kering sekali. Tidak ada yang dia bisa bagikan dan menjadikan berkat buat orang lain.
GS : Jadi kita semua sebagai pengikut-pengikut Tuhan ini di dalam hidup pernikahan, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain dan kita menjadi saluran berkat buat sesama.
PG : Itu tujuannya, jadi waktu kita masuk ke pernikahan kita harus memfokuskan diri pada tujuan itu. Kita dipanggil untuk memberkati jadi kita bertanya, "apa yang bisa saya lakukan untuk memberati pasangan kita."
Kata berkat itu sendiri artinya bahagia, sukacita; apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya sukacita. Jangan kita berkata, "Apa yang kamu bisa lakukan untuk membuat saya bersukacita."
ET : Atau sebaliknya menunggu Tuhan melakukan sesuatu, baru saya mau memberkati.
PG : Betul, sebab memang Tuhan akan mau melihat usaha kita, berbuat sesuatu. Di dalam usaha itulah Tuhan akan memberkati. Tuhan tidak akan jatuhkan berkat tanpa kita berbuat apa-apa, hidup seenk-enaknya, tidak demikian, pernikahan harus diupayakan.
Dalam upaya itulah Tuhan menjatuhkan berkat buat kita semua.
GS : Baik melalui kitab Imamat 26 maupun dari surat I Petrus 3 tadi, itu semua dengan jelas mengarahkan kita agar kita bisa menjadi berkat bagi sesama. Terima kasih pak Paul, terima kasih juga Ibu Esther. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dipanggil untuk Memberkati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristesn (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.