Ciri-Ciri Pernikahan Sehat

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T080B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang tidak sempurna, di dalamnya ada 7 aspek yang akan menerangkan pernikahan yang sehat. Dan salah satunya adalah adanya suatu pertengkaran, namun kita dituntut untuk bagaimana bisa menyelesaikan pertengkaran itu dengan baik.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang tidak sempurna. Saya membaginya dalam 7 kategori yaitu:

  1. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun bisa menyelesaikan pertengkaran sehingga tidak berlarut-larut. Nah salah satu keterampilan yang mesti dimiliki oleh setiap pasangan adalah keterampilan menyelesaikan pertengkaran. Pernikahan yang terus-menerus diganggu oleh pertengkaran akan menjadi pernikahan yang sakit, yang tidak sehat, ibarat pertengkaran itu seperti virus yang akan meracuni dan membuat daya tahan tubuh pernikahan kita itu lemah.

  2. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah kecewa, tidak pernah marah, tidak pernah sedih, atau tidak pernah menyesal. Setiap orang yang menikah saya kira akan mengalami kekecewaan, rasa marah dsb namun yang penting adalah setelah merasakan semua itu kita masih bisa menerimanya kembali.

  3. Pernikahan yang sehat bukannya selalu mesra, penuh kasih. Setelah menikah beberapa waktu, kemesraan dan penyataan kasih sayang tidak lagi sesemarak pada masa berpacaran. Tapi meskipun perasaan-perasaan mesra itu tidak lagi bermunculan dengan semarak tapi lebih sering ada perasaan sayang. Jadi perasaan itu harus ada, pernikahan yang sehat ditandai oleh adanya perasaan sayang bahwa pasangan kita adalah seseorang yang berharga dalam hidup kita.

  4. Pernikahan yang sehat bukan berarti selalu seia sekata, namun meskipun tidak selalu seia sekata, kita masih menghormati pandangan pasangan kita dan lebih banyak keberhasilan menemukan titik temu. Jadi meskipun kita berbeda pandang jangan sampai menghina dia. Mengakui memang berbeda tapi nggak harus disertai dengan caci maki terhadap perbedaan tersebut.

  5. Pernikahan yang sehat juga tidak selalu anak-anaknya tidak bertengkar, kadang-kadang bertengkar tetapi yang penting adalah kita dapat mendamaikan pertengkaran mereka sebagai orangtua dan mereka pun anak-anak itu relatif bisa dengan cepat mendamaikan pertengkaran mereka.

  6. Pernikahan yang sehat ditandai oleh hormat anak terhadap orangtua. Artinya orangtua itu memang dianggap sebagai figur yang konsisten, figur yang mereka bisa hormati. Mereka kadang-kadang marah dan kadang-kadang meletup emosinya terhadap kita, tapi tidak kurang ajar karena masih menghormati kita. Pernikahan yang tidak sehat biasanya kehilangan hormat anak-anak, tidak lagi menggubris orangtua, meskipun takut dalam hati tapi tidak lagi menghormati mereka.

  7. Keluarga yang sehat juga ditandai dengan kerukunan antara anak-anak.

Kalau ciri-ciri di atas tidak terpenuhi dalam suatu pernikahan yang sehat yang muncul adalah perasaan kecewa, marah, perasaan bahwa kita ini seolah-olah berseberangan dengan pasangan kita. Kita tidak lagi bersatu dengan dia terpecahlah kita, nah dalam keadaan seperti ini kita perlu berdamai, berekonsilisasi.

Matius 18:21-22, "Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya : "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Pernikahan harus dilandasi atas hukum rekonsiliasi ini, jika ada pihak yang meminta ampun atau bertobat dan ada yang memberi ampun alias ada yang berbelaskasihan.