Berpikir Sebelum Berkata

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T531A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Akibat berkata sebelum berpikir, kita melukai hati orang, menimbulkan masalah baru atau memperparah masalah. Kita sudah tahu hal ini namun terus melakukannya, karena merupakan watak kita, isi hati kita, kebutuhan kita, cara untuk mengurangi stres dalam hidup kita. Beberapa saran adalah memahami mengapa kita sering berkata tanpa berpikir terlebih dahulu, pikirkan dampak perkataan kita pada orang lain, ingatkan diri untuk tidak mengeluarkan perkataan yang nantinya kita sesalkan, biasakan diri meminta maaf bila kita telah berkata salah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tuhan Kita Yesus tidak meninggalkan kita sendirian. Selain meninggalkan Roh-Nya yang Kudus, yang memberi kekuatan dan menuntun kita di jalan-Nya yang benar, Ia pun meninggalkan Firman-Nya, yang memberi kita hikmat untuk menghadapi pelbagai masalah dalam hidup ini. Banyak kesusahan timbul karena kurangnya hikmat; itu sebab kita perlu menimba "mutiara" yang Tuhan sudah sediakan untuk kita ini. Hal pertama yang perlu kita pelajari bila kita ingin berhikmat adalah berpikir sebelum berbicara. Banyak problem terjadi gara-gara kita tidak sanggup menahan lidah. Ada tiga akibat yang biasanya timbul tatkala kita telanjur bicara sebelum berpikir dengan masak.

  1. Kita MELUKAI HATI orang. Pada umumnya ucapan yang tidak dipikirkan dengan masak, akan mencederai hati orang. Mungkin kita menuduh orang tanpa bukti; mungkin kita mengeluarkan kata-kata yang menghina; atau, mungkin kita membuat orang merasa tidak dimengerti oleh karena kesimpulan yang kita ambil secara sembarangan.
  2. Kita MENIMBULKAN MASALAH BARU atau MEMPERPARAH masalah. Mungkin, kita menebarkan berita baru yang tidak tepat sehingga akhirnya berita baru itu justru menciptakan masalah baru. Atau, gara-gara omongan kita, maka orang bertambah sakit hati kepada yang lain dan makin tidak bersedia berdamai.

Sudah tentu kita tahu bahwa jika itulah yang terjadi, kita mesti dengan segera menjelaskan, dan bila perlu, meminta maaf. Kalau saja itu yang kita lakukan, maka masalah tidak menyebar dengan cepat. Sayangnya, yang lebih sering kita lakukan bukanlah menjelaskan atau meminta maaf; sebaliknya, kita malah membela diri atau membenarkan ucapan yang kita keluarkan. Alhasil, masalah menjadi berkepanjangan. Firman Tuhan berulang-kali mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam berkata-kata. Amsal 10:19 mengingatkan, "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya berakal budi." Lewat perkataan kita bisa membangun orang, tetapi lewat perkataan kita pun dapat menghancurkan orang. Amsal 12:18 mengingatkan, "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan." Kita sudah tahu hal ini namun kita terus melakukannya. Mengapakah demikian?

  1. KARENA ITU MERUPAKAN WATAK KITA. Memang kita gemar berbicara dan untuk dapat berbicara kita membutuhkan bahan pembicaraan. Nah, guna mempunyai bahan pembicaraan, kita pun cepat mengeluarkan perkataan walaupun kita tidak sempat mengecek kebenarannya, apalagi mempertimbangkan akibat buruknya.
  2. KARENA ITU MERUPAKAN ISI HATI KITA. Dengan kata lain, kita memang tidak suka atau jengkel dengan orang tersebut; begitu kita mendengar berita tentang dirinya yang tidak baik, kita langsung menangkapnya dan mengeksploitasinya. Memang sebenarnya kita tidak mempunyai rencana untuk mengatakan hal yang buruk tentang orang itu, tetapi begitu namanya muncul, kita tidak kuasa untuk menahan diri.
  3. KARENA ITU ADALAH KEBUTUHAN KITA. Mungkin kita membuka mulut terlalu cepat dan mudah sebab kita butuh pengakuan—bahwa kita tahu banyak. Atau, mungkin kita butuh penghargaan—bahwa kita peduli dengannya. Ya, sering kali gara-gara kita butuh dinilai penting atau baik hati oleh orang, akhirnya kita sukar menjaga lidah.
  4. KARENA ITU ADALAH CARA UNTUK MENGURANGI STRES dalam hidup kita. Adakalanya kita bicara tanpa pikir panjang karena kita sedang mengalami tekanan hidup yang berat. Walaupun bahan yang kita bicarakan tidak berhubungan dengan stres yang kita alami, namun membicarakannya, sedikit banyak memberi kita kelegaan.

Sebagaimana Firman Tuhan katakan, tidak mudah menguasai lidah. Begitu sulitnya sehingga Firman Tuhan melukiskan orang yang sanggup menguasai lidah sebagai orang yang sempurna. Yakobus 3:2 berkata, "barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." Oleh sebab itu, marilah kita menimba hikmat dari Firman Tuhan agar kita dapat hidup berhikmat. Berikut adalah beberapa saran untuk menerapkan apa yang telah kita pelajari:

  1. Yang mesti kita ambil adalah memahami mengapa kita sering berkata tanpa berpikir terlebih dahulu.
  2. Kemudian, kita pun mesti mempertimbangkan dampak perkataan kita pada orang lain.
  3. Ketiga, ingatkan diri untuk tidak mengeluarkan perkataan yang nantinya kita sesalkan.
  4. Terakhir, biasakan diri untuk meminta maaf bila kita telah berkata salah