Belajar Bijak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T137A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dapatkah hikmat dipelajari? Apakah orang dilahirkan bijak ataukah ia dibentuk menjadi bijak? Kitab Amsal menyediakan banyak contoh perilaku orang yang bijak dan ternyata hikmat dapat dipelajari. Nah melalui materi ini kita akan belajar, faktor-faktor apa sajakah yang dapat membuat orang bijak.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dapatkah hikmat dipelajari? Apakah orang dilahirkan bijak ataukah ia dibentuk menjadi bijak? Kitab Amsal menyediakan banyak contoh perilaku orang yang bijak dan ternyata hikmat dapat dipelajari. Di bawah ini dipaparkan beberapa faktor yang membuat orang bijak.

  1. Takut akan Tuhan. "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan; tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat; dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 1:7; 3:6) Ada dua implikasinya. Pertama, kita mengakui bahwa Tuhan adalah sumber hikmat dan kepada-Nya kita datang meminta hikmat. Kedua, jauhkanlah dosa, kejahatan, dan ketidakbenaran dari hidup kita.

  2. Memiliki nilai hidup yang benar. "Janganlah menahan kebaikan dari orang-orang yang berhak menerimanya padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamanu, 'Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,' sedangkan yang diminta ada padamu." (Amsal 3:27, 28) Mengasihi orang dan memanfaatkan benda, bukan sebaliknya, mengasihi benda dan memanfaatkan orang.

  3. Mengenal dan menerima diri. "Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya." (Amsal 14:8) Memahami apa yang bisa dan tidak bisa dikerjakannya.

  4. Membaca situasi dengan tepat. "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat. Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak." (Amsal 20:18; 25:11)

  5. Mengendalikan dan memanfaatkan emosi dengan efektif. "Orang yang sabar besar pengertiannya tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohoan. Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." (Amsal 14:29; 18:13)

  6. Berintrospeksi dan tidak senantiasa yakin diri. "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan." (Amsal 3:7) Reaksi harus diapit oleh pertimbangan: sebelum memberi reaksi kita mempertimbangkannya baik-baik; setelah memberi reaksi, kita mempertimbangkannya lagi. Biarkan perasaan tidak enak atau rasa bersalah timbul agar kita tidak kehilangan kepekaan terhadap perasaan orang. Orang yang tidak memberi pertimbangan sebelum bertindak adalah orang bodoh, orang yang tidak memberi pertimbangan setelah bertindak, adalah orang yang menganggap diri benar.