Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan kali ini juga bersama Bapak Heman Elia, M.Psi., akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perlu Anda ketahui bahwa Ibu Esther dan Pak Heman pada saat ini adalah dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara dan mereka adalah pakar-pakar di bidang konseling keluarga. Karenanya kami percaya perbincangan kami kali ini pasti akan sangat bermanfaat bagi Anda sekalian. Dan dari studio kami semua mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Heman, kali ini kita akan membicarakan tentang bagaimana menghadapi stres, suatu tema atau topik pembicaraan yang tentunya sangat menarik karena banyak dibicarakan orang. Tetapi sebelum kita bicara lebih lanjut, mungkin Pak Heman bisa menjelaskan kepada kita stres itu sebenarnya apa?
HE : Baik Pak Gunawan, stres itu adalah suatu keadaan di mana seseorang merasa terdesak atau tercekam dan ini disebabkan oleh tekanan bisa dari luar, bisa dari dalam atau kedua-duanya. Sebagi contoh misalnya kalau saya harus menunggu lama angkutan umum waktu pulang kerja.
Padahal banyak angkutan yang ramai sekali dan saya harus menunggu cukup lama, itu akan menimbulkan stres karena saya merasa terdesak, saya merasa kurang nyaman di situ. Dan banyak hal lagi misalnya suasana kerja yang kurang nyaman atau misalnya kalau kita mengalami banyak masalah yang harus diselesaikan, banyak persoalan yang bertumpuk bahkan juga misalnya perubahan-perubahan cuaca yang drastis itu juga akan menimbulkan stres bagi kita. Demikian juga kalau di rumah biasanya suasana rumah yang kurang nyaman itu akan menimbulkan stres bagi kita. Stres yang dari dalam itu bisa dicontohkan misalnya ada kelainan hormonal di dalam diri saya yang menyebabkan saya menderita tekanan darah tinggi atau penyakit-penyakit yang lain, juga cacat fisik misalnya itu semua potensial sekali memberikan suatu kondisi tertekan atau kondisi stres.
GS : Jadi kalau katakan kami orang awam, saya sedang tertekan itu tidak salah ya, Pak?
HE : Itu tidak salah dan itu yang dikatakan sebagai stres.
(2) GS : Istilah ilmiahnya itu stres, tapi ada yang menyebutkan depresi Pak?
HE : Nah kalau depresi itu adalah gejalanya, maksud saya begini stres itu suatu kondisi yang kita alami dan kondisi yang kita alami bisa membuat kita itu mengalami gangguan yang namanya deprsi atau juga misalnya bukan hanya depresi yang bisa timbul, misalnya gangguan-gangguan yang lain.
Kalau dalam stres yang berat misalnya sampai orang itu bisa menderita schizophrenia.
(3) GS : Nah tadi Pak Heman juga sudah menyebutkan apa penyebab-penyebab stres itu, jadi apakah semua orang itu bisa mengalami stres, Pak Heman?
HE : Semua orang bisa mengalami stres dan sekali lagi stres itu bukan penyakit, yang perlu saya tekankan stres itu suatu kondisi yang dialami, yang menuntut seseorang itu harus menyesuaikan iri secara tepat.
Jadi kalau misalnya orang mengalami stres dan itu sampai melampaui daya tahannya, maka barulah akan timbul gejala-gejala yang berupa penyakit. Tetapi penyakit itu tidak dialami oleh semua orang, kalau gejala stresnya itu memang akan dialami atau kondisi stres itu akan dialami oleh semua orang.
ET : Kalau tadi Pak Heman mengatakan stres bisa dialami semua orang, saya juga jadi ingat kadang-kadang anak-anak kecil juga sudah bilang ya, masih TK, SD, sudah bisa mengeluh aduh aku ini sres begitu ya.
Jadi rasanya orang ini mudah melabelkan hal-hal yang pokoknya ada masalah sedikit, itu stres Pak Heman. Tapi di sisi lain di ujung satunya lagi kadang-kadang ada orang yang mengatakan aduh saya ini stres dan bisa gila begitu, ya mungkin karena memang tekanan hidupnya begitu rupa, begitu berat yang dihadapi. Jadi sebenarnya kalau yang kira-kira masih bisa ditolerir, yang masih OK stres yang dalam arti masih normal sepertinya memang ada tingkatannya supaya kita bisa menguji memang saya stres. Tapi stres saya ini masih termasuk normal belum menuju kepada suatu gangguan yang lebih membawa kepada sesuatu yang lebih lagi, misalnya sampai harus dirawat ke dokter kira-kira itu bagaimana bisa mengujinya, bisa melihat dalam batas-batas yang bagaimana, Pak Heman?
HE : Ya kita biasanya melihat gejalanya, kalau misalnya gejala itu sampai mengganggu sekali aktifitas kita sehari-hari berarti stres yang kita alami itu dalam tingkatan yang sudah lebih berat. Saya berikan contoh misalnya kalau orang stres kemudian tidak bisa tidur dan itu hanya berlangsung satu, dua hari itu tarafnya lebih ringan. Tetapi kalau sampai misalnya setengah tahun atau satu tahun tidak bisa tidur, nah berarti tingkat stresnya sudah lebih berat dan biasanya kalau sudah berkepanjangan seperti itu, itu lebih sulit diatasi daripada kalau misalnya hanya tidak bisa tidur 1, 2 hari, itu salah satu contohnya. Gejala-gejala yang lain kita bisa melihat kadang-kadang adanya tekanan membuat daya tahan fisik kita menjadi lemah dan itu salah satu indikasi. Misalnya ada orang yang lalu alergi, asmanya kumat atau misalnya tekanan darahnya naik, diabetesnya kumat biasanya juga orang yang di dalam kondisi stres itu akan terganggu organ-organ tubuhnya. Terutama organ-organ tubuh yang agak lemah dari sistem tubuhnya juga pengaruh ke hormonal dan sebagainya. Ada orang yang menderita sakit kepala berkepanjangan dan adakalanya gejala-gejala ini atau sering kali gejala ini tidak ditemukan di dalam gangguan atau penyakit fisik yang sesungguhnya, tapi dapat dirasakan oleh orangnya sendiri, wah....ini kenapa ya saya menderita gejala fisik seperti ini kadang susah dijelaskan dan kemungkinan ini karena stres.
ET : Tadi Pak Heman katakan juga setiap orang bisa mengalami stres, kira-kira ada tidak bedanya mungkin maksudnya di setiap orang ini ada orang-orang yang memang lebih mudah kena stres, ada orang yang lebih kuat maksudnya tidak mudah stres, sebenarnya perbedaannya ada atau tidak, Pak Heman?
HE : Ya beda, ada orang yang betul sekali seperti yang Ibu Esther katakan ada yang mudah mengalami stres, ada yang tidak ada yang lebih kuat, ada yang lebih lemah. Dan bukan hanya tingkatan aya tahan tetapi juga jenisnya, jadi ada orang yang mengalami masalah misalnya putus pacar dia langsung stres dan mengalami berbagai gejala gangguan tingkah laku.
Tapi sebaliknya ada orang yang kalau putus pacar, dia tidak merasa apa-apa tetapi pada waktu ayahnya meninggal nah di situ gejalanya muncul begitu. Jadi memang tiap orang daya tahan dan jenis ketahanan terhadap stres itu beda-beda.
GS : Kalau dari segi pria-wanitanya sama apa tidak?
HE : Pria-wanita juga bisa berbeda, jadi pada pria misalnya tampaknya gejala stres yang lebih dirasakan berat adalah di dalam, stres di dalam dunia kerja. Bila dibandingkan dengan wanita yan lebih mementingkan relasi, jadi biasanya bagi wanita lebih rentan terhadap stres karena buruknya hubungan sosial.
(4) GS : Nah Pak Heman, kalau dikatakan semua orang memang bisa menderita stres, mengalami stres, mengalami tekanan seperti ini maka sebaiknya kita ini melakukan suatu antisipasi atau apa, supaya tidak perlu terlalu berat menghadapi itu. Apa sebenarnya yang bisa kita lakukan, Pak Heman?
HE : Ada beberapa hal kalau misalnya stres itu sebetulnya bisa kita hindarkan, jadi kita bisa melakukan beberapa cara untuk menghindarkan diri dari stres yang tidak harus selalu kita hadapi ila ada pilihan.
Saya berikan contoh misalnya adakalanya kita sulit, sulit sekali menyesuaikan diri di dalam suatu situasi kerja tertentu karena adanya hambatan-hambatan di kantor misalnya. Dalam hal ini mungkin kita sulit mencari pekerjaan baru, yang dapat kita lakukan untuk menghindari stres yang lebih besar misalnya dengan kita melakukan atau memperbaiki hubungan sosial dengan rekan-rekan sekantor, dengan demikian stres itu akan menjadi berkurang. Kecuali misalnya kalau kita bisa mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minat dan juga kemampuan kita, nah kita boleh mencari pekerjaan yang lain. Tetapi misalnya lagi kalau kita di dalam rumah mempunyai beberapa masalah, tidak mungkin pindah demikian saja dari rumah kita, kita tidak bisa keluar dari rumah kita, nah kita perlu melakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki hubungan keluarga, sehingga hubungan ini bisa lebih terasa harmonis dan manis begitu. Kalau misalnya stres itu ternyata tidak bisa dihindarkan, apa yang bisa kita lakukan adalah dengan memperkuat daya tahan kita dan memperbesar toleransi kita terhadap stres. Dan ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk itu, misalnya dengan memperbaiki cara kita memandang dunia ini, cara kita berpikir dan juga salah satunya yang penting adalah bagaimana kita memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Bagaimana memperbesar, mempertebal iman kita.
GS : Tetapi kalau masalahnya sendiri tidak pernah dihadapi Pak, dan tidak pernah terselesaikan itu pasti akan muncul terus.
HE : Ya ada hal-hal yang memang tidak pernah bisa selesai, kalau hal itu tidak bisa selesai maka itu merupakan sumber stres bagi kita. Yang kita bisa lakukan adalah mengubah diri kita yaitu emperbesar daya tahan kita atau mengubah cara kita memandang stres itu.
Dengan demikian stres tidak lagi dirasakan terlalu berat tetapi kita justru bisa menyesuaikan diri menghadapi stres itu.
GS : Saya memang punya seorang teman yang mengatakan saya ini stres karena tiap hari menghadapi orang stres. Ya itu yang dia katakan, jadi orang stres menimbulkan teman saya itu menjadi stres juga akhirnya. Lalu itu bisa terus berkembang biak karena orang sekelilingnya juga merasa stres.
HE : Baik mungkin bisa lebih jelas, waktu dia menghadapi orang stres itu seperti apa Pak Gunawan, maksudnya orang-orang yang stres di sekeliling dia itu stresnya dalam bentuk apa?
GS : Tadinya begini Pak Heman, istrinya itu menghadapi suatu masalah di rumah, istrinya menjadi stres entah itu karena anaknya yang nakal, dia tidak mau ceritakan tetapi yang pasti istrinya itu sedang stres. Si suami ini karena menghadapi istri yang stres itu tadi dia menjadi stres juga, melihat setiap kali pulang ke rumah menghadapi istri yang tingkah lakunya seperti itu lalu dia ikut-ikutan stres, nah stres ini dibawa ke kantor. Dia setiap kali datang ke kantor wajahnya itu sudah murung, kelihatan sekali itu perbedaannya. Anak buahnya, orang-orang atau rekan kerja yang di sebelahnya itu yang dekat-dekat dengan dia menjadi tidak enak, Pak Heman. Mau bertanya sesuatu juga sulit, nah ini tidak bisa disingkirkan, dia mau menyingkirkan istrinya ya tidak bisa, dia mau pindah pekerjaan yang sulit pada saat itu tidak bisa, rekan kerjanya juga tidak bisa mengusir dia dari situ. Ya sering kali dihibur-dihibur tapi tidak selesai masalahnya sampai berkelanjutan lama sekali.
HE : Saya kira ini suatu hal yang sering kita alami dan sangat biasa kita hadapi. Dalam hal ini adakalanya kita perlu untuk minta bantuan pihak ketiga, misalnya bisa lewat konseling pribadi tau konseling keluarga.
Adakalanya kita tidak kuat atau tidak bisa menghadapi stres itu sendirian dan kita perlu bantuan dari orang lain. Nah itu sebabnya juga di Alkitab misalnya dikatakan bahwa persekutuan itu penting, dengan kita sering bersekutu berarti ada saling berbagi beban dan itu memperbesar daya tahan kita dan juga memperingan stres yang kita alami. Jadi perlu ada waktu tenggang, maksudnya ada waktu di mana si suami ini bisa rileks sejenak atau bersama-sama dengan orang lain sharing kemudian saling berbagi beban dan juga mungkin perlu minta pertolongan seorang ahli.
GS : Tetapi masalahnya mulai dari mana, dari si suami itu atau dari istrinya atau dari orang yang menyebabkan istrinya stres?
HE : Saya kira bisa dilakukan mulai dari sang suami, tapi kalau lebih baik lagi kalau bisa sekaligus. Misalnya suami-istri datang bersama untuk konseling.
GS : Ya mungkin yang paling sulit itu kalau ada pihak yang merasa bahwa dirinya tidak stres. (ET : Padahal buat orang lain stres), buat orang lain stres itu terjadi, si suami ini pernah mengatakan kepada istrinya untuk hal itu. Tapi istrinya bilang saya ini tidak apa-apa, tetapi dengan nada marah dan sebagainya, jadi dia tidak terlalu sadar bahwa dia sedang stres, tapi suaminya mengindikasikan melihat istrinya ini stres.
HE : Tampaknya yang Pak Gunawan sebutkan ini mungkin sudah merupakan gangguan tingkah laku, (GS : Asal usulnya dari situ Pak, jadi berawal dari situ, mungkin tingkah lakunya memang sudah berbah sekarang).
Dan untuk ini memang harus ada bantuan ahli (GS : Berdua) ya berdua, memang tidak bisa dilakukan sendiri karena ada kemungkinan untuk hal-hal seperti ini perlu suatu keahlian khusus untuk penanganannya.
ET : Sebaliknya saya justru melihat kalau tadi kasusnya Pak Gunawan, sepertinya orang itu mudah stres. Sebaliknya ada orang yang pernah saya amati sungguh-sungguh tenang saja hidupnya, seperi tidak pernah susah, tidak pernah mengalami yang orang lain katakan stres ini.
Tapi kalau saya mengamati lebih jauh itu ada kesan kurang tantangan karena dia tidak pernah menghadapi, mungkin sebenarnya menghadapi tapi karena dia tidak menganggap itu sebagai kesulitan dan juga tidak menganggap itu sebagai tantangan rasanya juga ada yang kurang. Jadi sebenarnya stres itu rasanya ada unsur sampai titik tertentu kita butuhkan juga, betul atau tidak, Pak Heman?
HE : Betul, jadi stres itu sebetulnya mempunyai manfaat untuk melatih kita, sehingga kita juga sewaktu belajar menghadapi dan kemudian bisa mengatasinya, membuat hidup kita satu tahap lebih aju, kita bisa lebih matang, lebih dewasa.
ET : Kira-kira untuk orang yang seperti itu bagaimana supaya dia bisa tertantang juga, nyatanya benar-benar atau sungguh-sungguh menganggap segala sesuatunya begitu mudah.
HE : Ya adakalanya ada orang-orang yang mempunyai sifat dasar tertentu, yang memang agak kurang peduli dengan rangsangan dari sosialnya atau kurang begitu peka dengan lingkungan sosialnya. Y masing-masing kita punya potensi yang ada batasnya, ada orang yang kalau misalnya dia potensinya tidak terlalu besar untuk menanggapi situasi sosialnya, kita hanya bisa melatih sampai kepada batas potensinya itu.
Misalnya dengan lebih banyak melibatkan dia di dalam interaksi sosial sehingga dia juga mengenal berbagai jenis variasi di dalam hubungan sosial, tingkat kedalaman dan tingkat keintiman dari suatu hubungan sosial. Saya kira itu yang kita bisa lakukan.
ET : Latihan, soalnya memang rasanya semua masalah itu dianggap enteng setiap teman-teman yang punya masalah juga selalu begitu: "Begitu saja dipusingkan, kenapa harus dibuat stres, ayo kitahappy-happy saja begitu."
Jadi rasanya memang tidak bisa melihat kesulitan orang lain.
HE : Ya, tapi kadang-kadang juga ada orang yang suatu ketika ketemu batunya, suatu ketika misalnya karena kekurangpekaannya dia bisa menemui masalah. Misalnya dia tidak bisa memahami orang lin dan akhirnya orang lain juga jengkel kepada dia, suatu ketika dia mungkin juga frustrasi dan dia harus hadapi rasa frustrasinya itu.
GS : Pak Heman, berbicara tentang frustrasi, sebenarnya bagaimana seseorang disebut frustrasi?
HE : Ya kalau kita misalnya mempunyai suatu tujuan yang ingin kita capai, kita ingin mempunyai harapan tertentu tapi karena waktu kita menghadapi harapan itu, kita ingin mencapai itu ternyat mengalami hambatan, nah kondisi itu dikatakan sebagai frustrasi (GS : Semacam putus asa begitu ya) ya (GS : Belum sampai ke sana) katakan seperti contoh tadi dia ingin supaya hubungan dengan teman-temannya semua baik begitu.
Tetapi ternyata suatu ketika teman-temannya menjauh dari dia karena dia tidak bisa mengerti orang lain, nah dalam hal itu kita katakan frustrasi. Hambatan itu sendiri bisa kita katakan suatu kondisi stres dan menyebabkan adanya frustrasi, memang itu istilah yang berdekatan.
GS : Apakah seseorang yang sudah mengalami stres seperti tadi bisa menyembunyikan rasa stresnya itu di hadapan orang lain, Pak Heman?
HE : Ya adakalanya bisa, dia berusaha menampilkan dirinya yang lain, dia menutup dirinya rapat-rapat. Tapi saya kira untuk stres yang tingkat berat lama-lama orang lain juga akan tahu, akan erasakan bahwa dia sedang mengalami sesuatu.
GS : Ya karena tadi Pak Heman juga sudah singgung, stres bukan hanya karena masalah tetapi juga ada suatu kejutan yang bisa menimbulkan stres. Misalnya dia dapat hadiah itu, bonus yang besar di perusahaan lalu dia juga akan stres itu ya Pak?
HE : Itu yang dikatakannya sebagai U-stress. U-stress ini artinya bentuk stres yang menyenangkan dan tidak selalu hal-hal yang menyenangkan itu berarti tidak stres. Hal yang menyenangkan danterjadi secara mendadak itu bisa menyebabkan stres yang cukup besar juga, yang menyebabkan orang tidak bisa menyesuaikan diri lalu menimbulkan gangguan tingkah laku.
Ada contoh misalnya orang yang dipromosikan, dinaikkan pangkatnya, lalu dijadikan pimpinan di suatu perusahaan. Dia juga bisa stres karena dia harus menyesuaikan diri dengan jabatan yang barunya dan tentu itu dengan resiko-resiko yang lain.
(5) ET : Saya teringat tadi Pak Heman katakan tentang meningkatkan daya tahan, seumpama kalau masalah fisik dengan vitamin. Tadi Pak Heman sempat singgung soal cara berpikir saya kurang ini, mungkin Pak Heman bisa tolong menjelaskan lebih jauh tentang cara berpikir bagaimana yang bisa meningkatkan daya tahan kita terhadap stres?
HE : Baik, Ibu Esther, saya memberi contoh misalnya kalau kita mengalami suatu kegagalan pasti kita stres, tapi kita bisa berpikir dengan cara begini, wah kalau begitu saya ini orang yang gaal total, saya orang yang sudah hancur hidupnya dan tidak ada pengharapan lagi, lebih baik sekalian saja saya hancurkan hidup saya.
Nah ini adalah cara berpikir yang akan menimbulkan stres yang berkelanjutan dan mungkin bertumpuk, bertambah banyak, berakumulasi. Karena pada saat dia berusaha menghancurkan hidupnya lalu timbul masalah-masalah yang lain. Lebih baik dia berpikir seperti ini, orang yang gagal sekali itu misalnya adalah hanya merupakan sukses yang tertunda, nah yang penting bukan gagalnya itu tetapi yang penting adalah bagaimana mengatasi kegagalan itu, sehingga saya lebih maju dan lain kali lebih baik. Itu yang saya sebutkan cara-cara berpikir rasional dan lebih sehat untuk menghadapi stres dan sebetulnya masih banyak lagi cara berpikir.
GS : Tapi tentunya yang sangat dibutuhkan itu adalah penghiburan dan petunjuk dari firman Tuhan, bagaimana menghadapi stres khususnya pada saat-saat di sekeliling itu sebenarnya ada banyak alasan yang bisa menimbulkan kita stres. Pak Heman mungkin bisa membacakan sebagian firman Tuhan yang berkaitan dengan itu.
HE : Saya akan membacakan sebuah ayat yang ditulis oleh rasul Paulus, yang waktu itu berada di penjara. Rasul Paulus menulis untuk jemaat Filipi seperti ini, kita tahu bahwa rasul Paulus banak sekali mengalami stres karena pekerjaannya yang giat untuk memberitakan Injil dan firman Tuhan.
Diambil dari
Filipi 4:13 "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Jadi apapun yang kita lakukan ingatlah bahwa kita melakukannya di dalam Tuhan dan kalau kita melakukan segala sesuatu di dalam Tuhan, Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita.
GS : Terima kasih sekali, Pak Heman, untuk penghiburan dari firman Tuhan itu dan saya rasa itu pasti akan sangat mendukung, menghiburkan saudara-saudara kita yang saat ini mungkin dalam keadaan stres.
Saudara-saudara pendengar demikianlah tadi telah Anda ikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M.Psi. dan juga Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Bagaimana Menghadapi Stres". Pada kesempatan yang lain, kita akan melanjutkan perbicangan ini dengan sesuatu yang lebih spesifik lagi. Karenanya bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran serta pertanyaan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.END_DATA