Mengasihi Secara Konsisten

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T310B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita tahu bahwa kita harus mengasihi istri. Masalahnya adalah tidak selalu kita berhasil melakukannya dengan konsisten. Pada umumnya kita masih merasakan kasih di awal pernikahan, namun seiring dengan berjalannya waktu kita mulai kehilangan kasih. Sebenarnya mengasihi istri tidak harus melakukan hal yang besar untuk istri namun cukup kita melakukan hal-hal yang kecil namun berarti baginya, itu sudah membuat istri kita merasa dikasihi. Bagaimana melakukan hal-hal kecil yang bisa membuat dia senang ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita tahu bahwa kita harus mengasihi istri. Masalahnya adalah tidak selalu kita berhasil melakukannya dengan konsisten. Pada umumnya kita masih merasakan kasih di awal pernikahan namun seiring dengan berjalannya waktu kita mulai kehilangan kasih.

Berikut akan dipaparkan beberapa nasihat untuk mengasihi secara konsisten :

  1. Untuk dapat mengasihi dengan konsisten, pertama kita mesti memahami kasih itu sendiri. KASIH MERUPAKAN SEJUMLAH PERASAAN YANG TERGABUNG MENJADI SATU DAN LAHIR DARI SEJUMLAH FAKTOR YANG SALING TERKAIT. Di dalam 1 Korintus 13:4-7, kasih dijabarkan lewat pelbagai perasaan dan tindakan, yaitu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
  2. Itu sebabnya seyogianya kasih dapat bertahan untuk waktu yang lama sebab kasih berdiri di atas sejumlah perasaan dan perbuatan, bukan di atas satu perasaan dan perbuatan saja. Bila kasih berdiri di atas satu perasaan dan perbuatan saja, maka dengan mudah kasih akan runtuh bila satu fondasi itu retak. Singkat kata, Tuhan mendesain kasih sedemikian rupa supaya kita dapat menaati kehendak Tuhan untuk saling mengasihi.
  3. Kunci mengasihi adalah kekonsistenan. Pada umumnya kita hanya melakukan perbuatan-perbuatan kasih di awal pernikahan dan gagal meneruskannya setelah menikah untuk kurun yang lama. Mungkin kita beranggapan bahwa hal-hal seperti ini tidaklah penting lagi dan pasangan kita pun tidak lagi membutuhkannya. Begitu kita mulai menghentikannya, maka kasih mulai surut. Masalahnya adalah begitu kasih mulai surut, sebenarnya relasi nikah mulai mengering. Alhasil, relasi menjadi ranting kering yang mudah tersulut api. Sedikit kesalahpahaman pastilah memercikkan api pertengkaran. Makin sering terbakar pertengkaran, makin termakan habislah kasih itu.
  4. Mengasihi istri berarti menikmati istri dan kita dapat menikmati istri lewat pelbagai cara. Misalnya kita dapat mengajak istri pergi bersama, berjalan pagi bersama, bercengkerama bersama, bernyanyi bersama, bermain bersama dan merayakan cinta bersama. Jika kita tidak menikmati istri, mustahil kita masih mengasihi istri. Lakukanlah hal-hal yang membawa kenikmatan bersama dan berilah diri untuk dinikmati.
  5. Mengasihi istri sama dengan mengutamakannya. Sudah tentu adalah wajar memunyai teman pria maupun wanita namun khusus teman wanita, kita tidak bisa menjalin pertemanan akrab dengan teman wanita. Pertemanan akrab dengan teman wanita niscaya menyedot perhatian yang seyogianya diberikan kepada istri sendiri. Juga, pertemanan akrab acap kali membuka pintu berseminya perasaan suka dan tertarik kepada sang sahabat. Itu sebabnya kita mesti mengambil keputusan jelas dan tegas.
  6. Mengasihi istri harus dilandasi atas penerimaan penuh. Kebanyakan wanita memiliki keraguan atas dirinya, terutama pada saat menua. Istri mulai bertanya-tanya apakah kita masih mencintainya karena penurunan penampilan dan fungsi fisiknya. Sebagai contoh, setelah mati haid dan berhentinya produksi hormon estrogen, maka mulai terganggulah daya ingat sehingga mulai seringlah terjadi pelupaan.
  7. Singkat kata, inilah saat di mana kita mencurahkan perhatian dan penerimaan atas dirinya. Jangan sampai kita mengkritiknya dan jangan sampai keluar perkataan yang menghinanya.
  8. Terakhir, kasih merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari rasa syukur. Dalam hubungan dengan Tuhan, makin kita bersyukur, makin kita mengasihi-Nya. Sewaktu bersyukur sesungguhnya kita tengah mengingat kebaikan yang telah kita terima. Sesugguhnya kita dapat terus mengasihi istri asalkan kita terus mengingat pengorbanannya bagi kita. Makin kita mengingatnya makin hati dipenuhi rasa syukur atas keberadaannya dan makin kita mengasihinya.

Mazmur 115:1 berseru, "Bukan kepada kami ya Tuhan, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu." Tuhan telah memberi kepada kita istri yang berkorban dalam kasih dan berlaku setia serta bertanggung jawab mengurus keluarga kita, maka kita harus memberi penghargaan teragung adalah kasih kita kepadanya.