Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi,
di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur
Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen
dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang
dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu tentang "Kebangkitan dari Kejatuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang
lalu, Pak Paul sudah membahas setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa kita
petik dari kejatuhan Petrus menyangkal Tuhan Yesus dan bagaimana dia
dipulihkan. Sebelum kita melajutkan ke point-point yang berikutnya, boleh saya
minta Pak Paul mengulas sejenak tentang apa yang kita perbincangkan di kesempatan yang lampau.
PG : Begini, kita sedang membahas
bagaimana cara untuk merespons kalau kita jatuh ke dalam dosa, sudah tentu ini
bukan hanya berkenaan dengan para pelayan Tuhan yang formal tapi juga para
pelayan Tuhan yang tidak formal misalnya para pengurus, para aktifis gerejawi,
para majelis dan sebagainya, selain dari para hamba Tuhan. Kadang-kadang karena
kita manusia lemah kita jatuh ke dalam dosa. Dari prinsip-prinsip yang kita
petik dari Yohanes 21, kita pelajari setidaknya ada tiga hal yang perlu kita contoh. Yang pertama adalah kita melihat bahwa kita harus menunggu waktu Tuhan untuk memanggil kita kembali, kita tidak bisa memaksakan diri tetap melayani Tuhan. Kalau kita telah jatuh ke dalam dosa, maka kita lepaskan dulu pelayanan untuk sementara dan Petrus juga waktu dia sudah sadar bahwa dia salah dan dia menyesali dosanya, dia tidak langsung dipanggil oleh Tuhan kembali bahkan ada tiga kesempatan dimana Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus tidak berkata apa-apa kepada Petrus tapi justru keempat kalinya Tuhan barulah menampakkan diri dan bercakap-cakap kepada Petrus. Jadi prinsip pertama kita harus bertobat dengan segera, tapi juga camkanlah bahwa pemanggilan Tuhan bergantung pada Tuhan lewat biasanya konfirmasi dari anak-anak Tuhan yang lainnya. Prinsip yang kedua kita pelajari bahwa Tuhan menghadirkan diri-Nya di dalam kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh Petrus. Petrus kembali melaut dan Tuhan menampakkan diri ketika Petrus sedang melaut, artinya Petrus tidak malu kembali melanjutkan pekerjaan biasanya, dia tidak menuntut kembali tempatnya sebagai rasul. Jadi kalau kita telah jatuh maka jangan menuntut tempat kita yang semula, biarkan, lepaskan, kita mengerjakan pekerjaan yang lain dan biarlah Tuhan menghadirkan Diri lewat hal-hal yang biasa. Dan yang ketiga yang kita juga pelajari adalah bahwa dimasa lampau Tuhan menyediakan dengan mujizat, sekarang ini pun Tuhan melakukan hal yang biasa dilakukan-Nya yaitu Petrus diminta Tuhan untuk menebarkan jala ke suatu tempat sehingga akhirnya mereka berhasil menangkap ikan yang begitu banyak dan itu mujizat yang Tuhan lakukan. Dengan kata lain, Tuhan mau mengatakan kepada Petrus bahwa Dia tidak berubah dan dia tetap Tuhan yang sama, dia tetap
mengasihi Petrus maka Dia melakukan mujizat yang sama kepada Petrus. Jadi kita
harus yakin bahwa kita tidak boleh berkata, "Oleh karena kita jatuh ke dalam
dosa Tuhan berubah" yang berubah adalah kita, kita yang jatuh ke dalam dosa dan
Tuhan tetap sama dan Dia tetap menunggu dan mengasihi kita asalkan kita
bertobat dan Dia siap untuk kembali memulihkan kita.
GS : Berdasarkan keyakinan seseorang
seperti itu tadi, dia sangat yakin bahwa Tuhan sudah mengampuni dosanya. Kalau
dia tetap memaksakan pada jabatan itu akan berakibat apa, Pak Paul ?
PG : Biasanya kita menjadi batu sandungan
bukanlah menjadi berkat lagi. Saya masih ingat ada seorang hamba Tuhan di Amerika
Serikat yang jatuh ke dalam dosa yaitu Jimmy Swaggart
kemudian dia diminta oleh gerejanya atau oleh sinode gerejanya untuk
mengundurkan diri dan menjalani bimbingan, tapi dia menolak, "Tidak perlu saya
mendapatkan bimbingan" dan dia akan memulihkan dirinya lewat kuasa Roh Kudus
sendiri. Kemudian dia menetapkan waktu dan dia untuk sementara istirahat dari
pelayanannya, saya lupa waktunya kira-kira sebulan atau tiga bulan, kemudian
dia tiba-tiba kembali lagi melayani Tuhan dan dia berkata "Tuhan sudah pulihkan
dia". masalahnya adalah cukup banyak orang yang kecewa berat karena merasa dia
belum siap dan cepat-cepat kembali dan benar saja tidak terlalu lama setelah
itu dia jatuh lagi ke dalam dosa. Jadi benar-benar dia belum siap sehingga
akhirnya dia bolak-balik jatuh ke dalam dosa yang sama.
GS : Selain tiga hal yang Pak Paul sudah
sampaikan, apakah ada hal lain ?
PG : Yang keempat adalah Tuhan memberi
kesempatan kepada Petrus untuk menyatakan kasihnya. Kita harus mengerti akan
natur atau kodrat manusia bahwa sudah merupakan natur manusia untuk menebus
kesalahan, penebusan membuat kita merasa lega sehingga kita bisa melanjutkan
relasi yang terputus. Ketika tahu dengan jelas bahwa itulah Kristus, Petrus
langsung melompat dan terjun ke air, kita baca di Yohanes 21. Seakan-akan dia
ingin menunjukkan bahwa dia mengasihi Kristus dan Petrus ingin menebus
kesalahannya dan Tuhan memberinya kesempatan itu. Sudah tentu kita tahu bahwa
Petrus tidak menebus dosanya sendiri sebab tidak mungkin dia atau siapa pun
menebus dosanya sendiri, namun lewat tindakannya terjun ke air tanpa
menghiraukan keselamatannya Petrus memerlihatkan kasih dan penyesalannya kepada
Kristus. Kita pun kerap memunyai dorongan yang sama ketika jatuh ke dalam dosa
apalagi ketika tahu bahwa Tuhan tetap sama dan telah mengampuni dosa kita, kita
ingin melakukan lebih banyak karya untuk Kristus, kita melihat diri sebagai
orang yang berhutang besar yang sekarang telah menerima pengampunan besar, kita
ingin memberikan kasih dan syukur kepada Kristus akan pengampunan-Nya namun
seringkali tindakan itu bersifat sesaat dan keluar dari kenekatan. Itulah yang
terjadi pada Petrus, dia berbuat berani, meresikokan hidupnya dari kenekatan
dan emosi sesaat. Tuhan tetap menerima dan memberinya kesempatan, tapi Tuhan
tidak ingin Petrus berhenti di situ. Tuhan memberikan kesempatan untuk
menunjukkan kasihnya kepada Kristus dan bukan saja lewat kenekatannya terjun ke
air, tapi juga lewat komitmennya menggembalakan domba-domba Kristus. Kita tahu
bahwa di akhir pasal 21, Tuhan bercakap-cakap pribadi dengan Petrus dan menugaskan
dia menggembalakan domba-domba Kristus. Tuhan menuntut yang sama dari kita, Dia
tidak ingin kita berhenti pada semangat sesaat yang termotivasi oleh rasa bersalah
atau rasa syukur seketika, Tuhan menghendaki agar kita menyatakan syukur dan
kasih kepada-Nya secara permanen.
DL : Tetapi ada hamba Tuhan yang merasa
bahwa dia sudah terlalu jauh dan dia sudah terlalu jatuh dan dia pikir tidak
ada kesempatan lagi untuk bertobat.
PG : Kita memang harus menyeimbangkan dua
hal yaitu kita harus tahu diri yaitu kita sungguh menyadari bahwa kita tidak
layak lagi melayani Tuhan dan tidak boleh kita mengklaim tempat kita yang
semula, sampai Tuhan menggerakkan anak-anak Tuhan secara sehati, mereka
menerima kita kembali maka nanti kita terima uluran tangan itu. Tapi di pihak
lain kita juga jangan sampai termakan oleh bisikan iblis, sebab iblis hanya
punya satu tujuan yaitu memisahkan kita selama-lamanya dan sejauh-jauhnya dari
Tuhan. Maka dia akan membisikkan kepada kita hal-hal seperti "Kamu tidak lagi
layak, Tuhan sudah membuang kamu, tidak ada lagi permohonan ampun dan
sebagainya". Kalau itu yang kita dengar dari suara hati kita maka yakinlah itu
bukan dari Tuhan, yang dari Tuhan adalah "Engkau salah tapi engkau bertobat dan
engkau diampuni" dan kemudian Tuhan akan berkata, "Tunggu, tunggu saya
memanggilmu kembali, sebelum kembali melayani-Ku" itu yang Tuhan akan lakukan.
Jadi jangan kita sampai termakan bisikan iblis dan undur selama-alamanya
meninggalkan pelayanan seratus persen.
GS : Tapi kalau kita melihat riwayat
kehidupan Petrus, dia adalah seorang yang ekstrovert, yang
spontan menghadapi sehingga apa yang dilakukan yaitu menceburkan diri ke air
dan datang kepada Tuhan Yesus, apakah memang mencerminkan bahwa dia sudah
menyesali dosanya itu tadi, Pak Paul ?
PG : Dia sebetulnya sudah menyesali dosanya
pada saat dia berdosa, kita tahu bahwa waktu dia mendengar ayam berkokok untuk
ketiga kalinya dia langsung ingat perkataan Tuhan dan memang dia menangis,
berarti rupanya peringatan Tuhan dia tidak lupa.
DL : Kalau Yudas berbeda, Yudas tidak mau
mengakui dosa dan dia merasa dirinya salah.
PG : Betul. Jadi Petrus memang
benar-benar menyadari kalau dia salah makanya dia langsung menangis. Tapi dia
tidak pernah diberikan kesempatan untuk bercakap-cakap menyatakan kasihnya
kembali kepada Tuhan, sampai saat itu waktu dia sedang berada di danau. Jadi
karena dia begitu senang dan dia melihat Yesus menampakkan diri, seolah-olah
dia mau spontan menunjukkan kasihnya dan dia langsung terjun ke air untuk
menemui Yesus.
GS : Memang banyak dosa yang bisa
dilakukan oleh seseorang, tetapi khusus di dalam pelayanan ini sebagai hamba
Tuhan sebagai pelayan di gereja, dosa-dosa apa yang bisa menjauhkan seseorang
dari pelayanan atau dari Tuhan sendiri ?
PG : Sudah pasti ada dua yang paling
penting sebagai pelayan Tuhan yaitu kekudusan dan kepercayaan, dua hal itu
menjadi tolok ukur. Memang sudah tentu ada berbagai jenis dosa tapi dua hal itu
penting sekali yaitu dalam hal menyangkut kekudusan dan kepercayaan. Misalkan
dalam hal kekudusan, jikalau seorang pelayan Tuhan, baik itu seorang pendeta
atau majelis jemaat atau pun pengurus gereja kalau sampai jatuh ke dalam dosa
seksual, dosa tidak setia kepada pasangan dan keluarga, berzinah, itu adalah
dosa kekudusan dan dosa itu benar-benar mencoreng nama dan kekudusan Tuhan
dengan sangat jelas. Jadi biasanya kalau itu terjadi jemaat pun akan sulit
sekali untuk menerima kembali hamba Tuhan yang telah jatuh dalam dosa kekudusan
ini. Saya masih ingat ada seorang jemaat yang pernah berkatah "Bagaimana saya
bisa duduk di bawah mimbar mendengarkan beliau berkhotbah tentang keluarga atau
tentang pernikahan, sebab beliau sendiri telah mengkhianati janji itu kepada
pasangannya". Jadi kalau kita tahu ini sudah menjadi batu sandungan buat jemaat
kita karena kita telah jatuh ke dalam dosa
kekudusan maka lebih baik mundur. Yang kedua adalah kepercayaan, maksudnya
memang ini berkaitan dengan pemakaian uang karena kita dipercayakan oleh jemaat
untuk bisa jujur dengan uang. Jangan sampai kita menyalahgunakan baik misalkan
uang gaji, uang jemaat atau meminjam uang dari seseorang, pokoknya dalam
hal-hal kepercayaan seperti itu, kita harus menunjukkan kalau kita layak
dipercaya. Kalau kita jatuh dalam hal itu berarti kepercayaan jemaat kepada
kita sudah langsung kandas. Dalam hal itu juga sebaiknya kita undur dan jangan
kita paksakan diri sebab tidak mungkin menciptakan kepercayaan dengan mendadak.
GS : Kalau kasusnya Petrus, ini adalah
soal kepercayaan. Jadi dia sudah dipercaya oleh Tuhan menjadi seorang rasul
tapi dia justru menyangkali Tuhan yang memberikan kepercayaan itu.
PG : Betul sekali. Dia memang tidak
memerlihatkan diri sebagai orang yang setia, sebagai murid yang akan membela,
berdiri di pihak Tuhan tapi dia justru yang meninggalkan Tuhan dan menyangkal
mengenal Tuhan. Jadi benar sekali tentang kepercayaan sehingga dia juga merasa
begitu buruk sehingga dia tidak berani untuk mengklaim kembali tempatnya.
DL : Kalau ada orang yang seperti itu
yaitu dia sudah berzinah, sudah memakai uang, kemudian dia membuktikan diri
bahwa dia sudah kembali jujur dan dia sudah kembali lagi ke istrinya. Apakah
orang bisa percaya kepada hamba Tuhan yang seperti itu, Pak Paul ?
PG : Biasanya memang akan sulit terutama
di tempatnya yang sama. Kalau dia pindah ke tempat yang lain dan membuktikan
dirinya, maka saya kira jemaat yang baru lebih siap memberikan kesempatan
kedua. Tapi jemaat yang pertama biasanya susah sekali menerima.
GS : Hal lain apa yang perlu kita
pelajari dalam hal ini, Pak Paul ?
PG : Ini yang kelima, Pak Gunawan dan
yang terakhir. Tuhan memberi pesan yang pribadi kepada Petrus. Pesan atau
permintaan pribadi Tuhan kepada Petrus merupakan pertanda yang jelas bahwa
Tuhan memercayainya, itu sebabnya hanya kepada Petrus Tuhan Yesus meminta agar
ia menggembalakan domba-domba-Nya. Tuhan meminta semua pelayan-Nya untuk menggembalakan
domba-domba-Nya namun hanya kepada Petrus Dia menyampaikannya secara pribadi.
Jadi memang ada sesuatu yang khusus tentang pesan Tuhan. Kita tahu semua
pelayan Tuhan, di Matius pun ada seoraang pelayan Tuhan seorang gembala sidang
tapi hanya kepada Petrus Tuhan menyampaikan secara pribadi "Gembalakanlah domba-dombaKu".
Di sini kita melihat bahwa Tuhan tidak mendudukkan Petrus di kursi si sakit,
Tuhan mendudukkannya di kursi tabib yang merawat si sakit, Tuhan tahu bahwa
diri yang bertobat adalah diri yang efektif untuk memahami dan merawat pendosa
lainnya, pendosa yang telah menjadi petobat adalah orang yang mengerti
seluk-beluk dosa, dia dapat mengenali dosa dari kejauhan, dia pun mengerti jiwa
pendosa lebih baik daripada orang lain, dia tahu artinya lengah, dia tahu
artinya takabur, dia tahu artinya menyangkali kelemahan, dia tahu artinya jahat
dan dia tahu artinya hancur namun bukan hanya itu tapi dia pun paling mengerti
anugerah, dia paling mengerti pengampunan, dia paling mengerti kekudusan Tuhan
sekaligus kemurahan Tuhan, dia paling mengerti berharap dan menunggu. Itu
sebabnya dia adalah orang yang paling efektif mengobati sesama pendosa. Itu
sebabnya kepada Petrus dan "Petrus-Petrus" lainnya, Tuhan meletakkan tanggung
jawab khusus untuk meletakkan domba-domba-Nya yang adalah pendosa pula.
DL : Pak Paul, bagaimana relevansi kejatuhan,
pertobatan dan kebangkitan seorang hamba Tuhan bahkan orang yang terdekat
seperti Petrus dengan kehidupan hamba-hamba Tuhan masa kini ?
PG : Saya kira karena kita manusia biasa maka
kita juga bisa seperti Petrus, kita mungkin seperti Petrus pernah mencicipi
hubungan yang akrab dengan Tuhan, selama tiga tahun Petrus luar biasa akrab
dengan Yesus Tuhan kita bahkan makan bersama, pergi bersama, berbicara bersama.
Jadi benar-benar sebuah hubungan yang sangat dekat, tapi hal yang mengejutkan dan
juga kenyataan bahwa dia adalah manusia biasa, dalam kondisi tertekan,
ketakutan, panik karena Yesus ditangkap, maka dia lepas kendali dan dia
buru-buru ingin menyelamatkan dirinya dan dia akhirnya menyangkal mengenal
Tuhan Yesus. Jadi inilah kita manusia, bahwa meskipun kita hidup dekat dengan
Tuhan tapi kita harus berjaga-jaga. Kesalahan Petrus terbesar adalah dia agak takabur,
waktu Tuhan sudah ingatkan dia dan Tuhan berkata, "Bahwa iblis sedang menampi
engkau maka berhati-hatilah dan berjagalah, engkau akan menyangkal sebelum ayam
berkokok tiga kali", itu tidak didengarnya. Jadi Tuhan tidak mendiamkan Petrus,
tapi Tuhan beritahukan dan peringati dia sebelum dia berdosa tapi dia tidak mendengarkan.
Seringkali itulah yang terjadi pada kita juga, Tuhan tidak mungkin diam kalau kita
sudah makin dekat dengan dosa, pasti Tuhan berbicara dan Tuhan memanggil kita,
mengingatkan kita, namun seperti Petrus kita seringkali menutup telinga dan
beranggapan "Dosa itu masih jauh dan saya tidak mungkin berbuat seperti itu, saya
tahu apa yang baik dan buruk, mana mungkin saya tidak tahu kalau ini dosa"
begitu banyak dalih-dalih yang kita berikan sehingga akhirnya kita lengah dan
akhirnya kita jatuh ke dalam dosa. Jadi itulah pelajaran yang kita bisa petik
tentang kelemahan diri kita sebagai seorang manusia.
GS : Sebenarnya kejatuhan seseorang bukan
ditentukan oleh seberapa dekat dia dengan Tuhan, Petrus begitu dekatnya dengan
Tuhan tapi tetap saja jatuh. Berarti kita pun juga kalau merasa dekat, kita
juga punya potensi untuk jatuh.
PG : Yang memang mengejutkan adalah
seringkali itu yang terjadi. Jadi kita tidak bisa mematok bahwa pastilah orang
yang jatuh ke dalam dosa adalah orang yang hidupnya jauh dari Tuhan, itu belum
tentu. Kita bisa jadi hidup dekat dengan Tuhan, namun kuncinya adalah dalam
kondisi atau titik tertentu kita memang sedang jauh dan bukannya kita selalu
jauh, tapi sedang jauh. Waktu Petrus mulai mengeraskan hati, menganggap
gampang, dia sebetulnya sedang jauh dari Tuhan. Waktu dia melarang Yesus untuk
pergi ke Yerusalem, Tuhan dengan tegas memarahi dia dan berkata, "Pergilah
engkau atau enyahlah Iblis, engkau tidak memunyai pikiran Allah tapi hanya
pikiran manusia". Sekali lagi itu adalah peringatan yang Tuhan berikan dan
tanpa disadari, menjelang Tuhan Yesus kembali ke Yerusalem, Petrus meskipun
sedang bersama Yesus dia sedang jauh dari Yesus sebab Tuhan dengan tegas
berkata, "Engkau itu tidak memiliki pikiran Allah tapi pikiran manusia". Jadi
dengan kata lain, bisa kita simpulkan, ada orang yang sibuk melakukan pekerjaan
Tuhan, jadi seolah-olah dekat dengan Tuhan tapi sebenarnya jauh. Karena yang
mengukur atau yang dapat dijadikan ukuran adalah hati kita dan pikiran kita,
seberapa besar hati kita diisi oleh hati Kristus dan pikiran Kristus dan jelas saat
itu hati Petrus tidak diisi dengan hati Kristus dan pikirannya tidak diisi oleh
pikiran Kristus, tapi hanya oleh pikiran manusia.
GS : Jadi yang paling penting di sini
adalah bagaimana seseorang menyikapi atau memerlakukan dirinya setelah dia
jatuh ke dalam dosa.
DL : Bertobat.
PG : Penting sekali, langkah pertama
adalah harus bertobat dan kedua harus berubah. Dan itu yang Petrus lakukan tapi
sekali lagi tentang kembali melayani dia sangat hati-hati dan dia tidak
mengklaim Tuhan pasti akan memakai dia, sehingga Tuhan harus mengajak Petrus
secara pribadi dan menugaskannya kembali untuk menggembalakan domba-domba
Tuhan. Sesuatu yang pasti Petrus pernah dengar sebelumnya tapi Tuhan harus
mengatakannya kepada Petrus secara pribadi sebab Petrus menunggu apakah Tuhan
akan memanggilnya kembali, dan jelas Tuhan memanggilnya kembali. Kenapa hanya
kepada Petrus Tuhan tekankan itu, sebab sekali lagi dia adalah orang yang
paling mengerti orang berdosa sebab dari tugas murid saat itu, dia adalah orang
yang telah berbuat sejauh itu, selain dari Yudas yang memang sudah lepas.
GS : Sebenarnya prinsip-prinsip yang Pak
Paul sampaikan, ini bisa juga diaplikasikan di tengah keluarga kita ketika ada
salah satu anggota keluarga yang melakukan dosa terhadap keluarga itu ?
Pg : Betul sekali. Jadi kalau boleh saya
rangkumkan kalau itu terjadi pada kita dalam keluarga kita, yang pertama adalah
kesediaan mengaku salah dan jangan memutar balikkan fakta, bersilat lidah,
menuduh pasangan, menyalahkan anak, menyangkal, itu terlalu banyak yang kita
lakukan di dalam keluarga.
DL : Harus rendah hati.
PG : Harus merendahkan diri bahwa "Saya
sudah salah" jadi mengaku. Rendah hati itu adalah kuncinya. Jadi itulah langkah
pertama dan langkah kedua adalah jangan menuntut apa-apa, kadang-kadang kalau
kita bersalah kepada pasangan kita atau kepada anak, kita menuntut, "Kamu
sekarang harus seperti ini, ampuni saya dan sebagainya" tidak seperti itu ! Tapi
kita yang salah jangan menuntut dan sebaliknya apa yang harus kita lakukan ?
Kerjakan bagian kita, apa yang biasa kita lakukan dan jangan tunjukkan apa-apa,
tapi diamlah sampai nanti pasangan kita kembali menerima kita. Itulah yang
memang kita harus lakukan dalam keluarga kita.
GS : Untuk menyimpulkan perbincangan ini,
apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Yohanes 21 adalah bagian terakhir
dari injil Yohanes, di penghujung tulisannya Yohanes ingin menyarikan misi
kedatangan Kristus lewat kisah nyata sahabatnya sendiri. Kristus datang untuk
orang berdosa, anak Allah dikecewakan dan dikhianati bukan oleh manusia saja
tetapi juga oleh sahabatnya. Pelayan Tuhan adalah sahabat Allah, kejatuhan
merupakan tindak pengkhianatan yang menyakitkan namun Kristus datang untuk
orang berdosa dan untuk sahabat-sahabat-Nya. Firman Tuhan yang akan saya
bacakan diambil dari Roma 5:8, "Akan tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa". Jadi Tuhan sudah mati sewaktu kita masih berdosa, sewaktu
kita tidak layak untuk menerima pengampunan-Nya.
GS : Dan firman Tuhan ini bisa menjadi
jaminan bagi setiap kita atau pendengar yang jatuh ke dalam dosa untuk datang kembali
kepada Tuhan.
PG : Betul sekali.
GS : Terima kasih untuk perbincangan ini.
Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah
mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga
(Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kebangkitan
dari Kejatuhan" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat
surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk
56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org
kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org.
Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya
dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa
pada acara TELAGA yang akan datang.