Kebangkitan dari Kejatuhan I

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T329A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita pasti telah mendengar ada orang yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita—pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis—kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Pembahasan ini memaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh dan di sini Petrus digunakan sebagai ilustrasi dari kebangkitan tersebut.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita pasti telah mendengar adagium (pepatah) yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Berikut akan dipaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh.

Yohanes 21 adalah bab terakhir dari Injil Yohanes Injil yang ditulis oleh murid Tuhan yang bernama Yohanes. Di dalam catatan Injil ini Yohanes selalu menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Tuhan tanpa menyebut namanya sendiri. Yohanes tidak mau menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian sebab memang, tujuan dan obyek penulisannya bukanlah dirinya sendiri melainkan Kristus dan karya-Nya di bumi.

Pada bab terakhir ini Yohanes menyoroti seorang sahabat dan sesama murid Kristus yang bernama, Petrus. Satu hal yang menarik di sini adalah, Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang mencatat peristiwa ini. Matius, Markus, dan Lukas tidak mencatatnya. Sudah tentu pastilah mereka mempunyai alasan masing-masing mengapa mereka memutuskan untuk tidak mengikutsertakan peristiwa ini dalam Injil.

Sebagai seorang sahabat tampaknya Yohanes secara khusus mengangkat cerita ini untuk memberitakan kepada para pembaca Injil tentang akhir relasi Yesus dan Petrus. Sebagaimana kita ketahui Petrus berkhianat kepada Kristus lewat penyangkalannya. Kita pun tahu bahwa Petrus sungguh menyesali perbuatannya dan bahwa Kristus telah mengampuninya.

Yohanes mencatat peristiwa ini agar kita semua tahu bahwa hidup Petrus tidak berakhir dengan kejatuhannya. Yohanes ingin kita menyaksikan sebuah akhir yang indah bahwa hidup Petrus berakhir dengan kebangkitannya. Ya, kebangkitan Kristus dari kematian memungkinkan Petrus dan kita semua mengalami kebangkitan dari kejatuhan.

Bagaimanakah Kristus membangkitkan Petrus dari kejatuhannya? Jika kita perhatikan dengan saksama ada beberapa hal atau langkah yang Tuhan ambil.
PERTAMA, TUHAN BERTINDAK SESUAI WAKTU-NYA.
Kita mesti mengakui dosa dan bertobat dengan segera. Jangan berlama-lama mengakui kesalahan dan jangan menunda untuk berubah. Kita harus meninggalkan jalan dosa secepat mungkin.

Sekalipun demikian janganlah kita meremehkan kasih karunia Tuhan dan jangan menyepelekan panggilan-Nya. Jangan gegabah menganggap bahwa Tuhan sudah pasti ingin agar kita dengan segera kembali melayani-Nya seperti dulu. Kita harus menunggu waktu Tuhan sebab panggilan untuk melayani-Nya adalah anugerah dari-Nya semata.

Sebagaimana dapat kita lihat, Tuhan tidak serta merta menyatakan diri-Nya kepada Petrus setelah Ia bangkit. Tuhan memberi kesempatan pertama itu kepada Maria Magdalena. Kesempatan kedua juga tidak diberikan kepada Petrus melainkan kepada Kleopas dan seorang murid lain dalam perjalanan ke Emaus. Kesempatan ketiga barulah diberikan kepada Petrus namun tidak secara pribadi melainkan secara kolektif ketika Tuhan menampakkan diri kepada para murid di dalam ruang tertutup. Kendati Ia menyatakan diri kepada para murid, namun sesungguhnya sasaran utama-Nya adalah Tomas, murid yang meragukan kebangkitan Kristus.

Dengan kata lain, tiga kali Tuhan menyatakan diri, tiga kali Tuhan tidak berkata apa-apa kepada Petrus. Dapat dibayangkan betapa inginnya Petrus mendengar Kristus berkata sesuatu kepadanya sebab pertemuan terakhirnya dengan Kristus sebelum penyaliban diisi dengan penyangkalannya. Namun Kristus tidak berkata apa-apa kepadanya dalam tiga perjumpaan itu.

Jadi, dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertobatan memang harus segera, tetapi pemanggilan kembali tidak harus segera. Karena Tuhan yang memanggil, Tuhanlah yang menentukan waktu-Nya. Kita tidak mempunyai hak apa pun untuk menuntut Tuhan kembali memakai kita dan Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa pun untuk kembali memakai kita.

HAL KEDUA YANG DAPAT KITA PELAJARI ADALAH JIKA SUDAH TIBA SAAT-NYA, UNTUK MEMANGGIL KITA KEMBALI, IA AKAN MENGHADIRKAN DIRI-NYA DI DALAM SITUASI YANG BIASA, BUKAN LUAR BIASA.
Sebagaimana dapat kita lihat, Petrus dan teman-teman berinisiatif pergi melaut menangkap ikan. Menangkap ikan adalah pekerjaan Petrus sesuatu yang biasa dilakukannya. Namun, di dalam sesuatu yang biasa inilah Tuhan hadir dan lewat yang biasa inilah Tuhan akhirnya membangkitkan Petrus dari kejatuhannya.

KETIGA, TUHAN MENGINGATKAN PETRUS AKAN SIAPAKAH DIRI-NYA MELALUI SEBUAH TINDAKAN YANG BIASA DILAKUKAN-NYA.
Kita tahu bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya Tuhan menyediakan secara ajaib. Sekarang pun Tuhan melakukan hal yang sama menyediakan secara ajaib. Lewat tindakan yang biasa dilakukan-Nya, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya kepada Petrus dan kita semua tidaklah berubah. Atau lebih tepat lagi, lewat tindakan-Nya yang biasa diperbuat-Nya untuk dan kepada kita, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya tidak dipengaruhi oleh kegagalan kita.

Kendati kita gagal dan telah jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak berubah. Ia tetap sama dan lewat perbuatan-Nya yang sama, Ia ingin mengingatkan kita bahwa kasih-Nya tidak berubah. Sewaktu Petrus melihat Yesus yang sama, ia pun memberanikan diri untuk menghampiri-Nya. Ia tahu dengan pasti bahwa ia tidak akan ditolak.

KEEMPAT, TUHAN MEMBERI KESEMPATAN KEPADA PETRUS UNTUK MENYATAKAN KASIH-NYA.
Sudah merupakan natur manusia untuk menebus kesalahan. Penebusan membuat kita merasa lega sehingga kita bisa melanjutkan relasi yang terputus. Ketika tahu dengan jelas bahwa itulah Kristus, Petrus langsung melompat terjun ke air. Seakan-akan ia ingin menunjukkan bahwa ia sungguh mengasihi Kristus. Petrus ingin menebus kesalahannya dan Tuhan memberinya kesempatan itu.

Kita pun kerap mempunyai dorongan yang sama ketika jatuh ke dalam dosa, apalagi ketika tahu bahwa Tuhan tetap sama dan telah mengampuni dosa kita. Kita ingin melakukan lebih banyak lagi karya untuk Kristus. Kita melihat diri sebagai orang yang berutang besar yang sekarang telah menerima pengampunan besar. Kita ingin menunjukkan kasih dan syukur kepada Kristus atas pengampunan-Nya namun seringkali tindakan itu bersifat sesaat dan keluar dari kenekadan. Itulah yang terjadi pada Petrus. Ia berbuat berani, merisikokan hidupnya dari kenekadan dan emosi sesaat. Tuhan tetap menerima dan memberinya kesempatan tetapi Tuhan tidak ingin Petrus berhenti di situ.

Tuhan memberinya kesempatan untuk menunjukkan kasihnya kepada Kristus, bukan saja lewat kenekadannya terjun ke air, tetapi juga lewat komitmennya menggembalakan domba-domba Kristus. Tuhan pun menuntut yang sama dari kita. Ia tidak ingin kita berhenti pada semangat sesaat yang termotivasi oleh rasa bersalah atau rasa syukur seketika. Tuhan menghendaki agar kita menyatakan syukur dan kasih kepada-Nya secara permanen.

KELIMA DAN TERAKHIR, TUHAN MEMBERI PESAN YANG PRIBADI.
Pesan atau permintaan pribadi Tuhan kepada Petrus merupakan pertanda yang jelas bahwa Tuhan mempercayainya. Itu sebabnya hanya kepada Petrus, Tuhan Yesus meminta agar ia menggembalakan domba-domba-Nya. Tuhan meminta semua pelayan-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya namun hanya kepada Petrus, Ia menyampaikannya secara pribadi.

Tuhan tidak mendudukkan Petrus di kursi si sakit; Tuhan mendudukkannya di kursi tabib yang merawat si sakit. Tuhan tahu bahwa diri yang bertobat adalah diri yang efektif untuk memahami dan merawat pendosa lainnya. Pendosa yang telah menjadi petobat adalah orang yang mengerti selak beluk dosa. Ia dapat mengenali dosa dari kejauhan; ia pun mengerti jiwa pendosa lebih baik dari orang lain. Ia tahu artinya lengah; ia tahu artinya takabur; ia tahu artinya menyangkali kelemahan; ia tahu artinya jahat; dan ia tahu artinya hancur. Namun bukan hanya itu. Ia pun paling mengerti anugerah; ia paling mengerti pengampunan; ia paling mengerti kekudusan Tuhan sekaligus kemurahan Tuhan; ia paling mengerti berharap dan menunggu. Itu sebabnya ia adalah orang yang paling efektif mengobati sesama pendosa. Itu sebabnya kepada Petrus dan Petrus-Petrus lainnya Tuhan meletakkan tanggung jawab khusus untuk menggembalakan domba-domba-Nya yang adalah pendosa pula.

Kesimpulan

Yohanes 21 adalah bagian terakhir dari Injil Yohanes. Di penghujung tulisannya, Yohanes ingin menyarikan misi kedatangan Kristus lewat kisah nyata sahabatnya sendiri. Kristus datang untuk orang berdosa. Anak Allah dikecewakan dan dikhianati bukan oleh manusia saja, tetapi juga oleh sahabat-Nya. Pelayan Tuhan adalah sahabat Allah. Kejatuhan merupakan tindak pengkhianatan yang menyakitkan. Namun Yesus datang untuk orang berdosa dan untuk sahabat-sahabat-Nya.

Roma 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.