Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dan beliau berdua adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perbincangan kami kali ini, kami beri judul "Anak Favorit" dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, istilah anak favorit ini seperti ada makanan favorit, ada sekolah favorit, nah sebenarnya anak favorit ini apa, Pak Paul?
PG : Begini Pak Gunawan, walaupun orang tua berusaha mengasihi anak secara sama rata namun pada kenyataannya orang tua tidak selalu berhasil melakukannya. Pada akhirnya orang tua biasanya measakan kedekatan yang khusus dengan anak tertentu dan tidak jarang ada anak yang mengeluh bahwa orang tuanya lebih mengasihi saudaranya daripada dirinya.
Jadi anak kesayangan atau anak favorit sering kali merupakan fenomena yang umum bukan perkecualian, sering terjadi pada kita-kita ini sebagai orang tua.
GS : Nah itu bisa terjadi pada anak kembar juga, Pak Paul?
PG : Bahkan pada anak kembar, karena adanya kedekatan yang khusus itu misalkan kita menerima atau menyukai karakternya atau kelebihannya yang kita agungkan, yang kita hargai.
ET : Makanya ada istilah ini anak mama, yang itu anak papa.
GS : Itu masih lebih baik kalau cuma satu yang menjadi anak mama dan papa, lalu yang satunya tidak kebagian apa-apa jadi susah, Pak Paul?
PG : Betul, jadi adakalanya ada anak yang menjadi favorit kedua orang tuanya, dan ada anak yang sama sekali tidak menjadi favorit orang tuanya. Biasanya anak yang menjadi anak favorit adalahanak yang dapat dibanggakan, meskipun ada kesamaan-kesamaan atau apa namun pada intinya anak favorit adalah anak yang dibanggakan oleh orang tua, sehingga menerima perhatian yang paling besar dari orang tuanya.
GS : Ya memang kadang-kadang ada anak atau kebetulan saya punya 2 anak itu yang satu memang pandai mengambil hati. Jadi kalau lelah mijit-mijit dan sebagainya, suka menolong sehingga mau tidak mau kadang-kadang kita terpancing untuk memperhatikan dia atau mengasihi dia.
PG : Betul sekali, maka saya tidak menyoroti hal ini sebagai sesuatu yang tidak wajar atau abnormal atau sangat salah. Karena saya kira sebagai manusia kita memang mudah terpancing untuk dekt dengan orang yang lebih mengerti kita, lebih memberikan banyak kepada kita, lebih bisa membuat kita merasa bahagia, itu saya kira fenomena yang umum.
Jadi terhadap anakpun ada kecenderungan itu, jadi yang akan kita ungkit saat ini adalah bagaimana kita bisa menyadari diri kita, apakah kita memang mempunyai kedekatan khusus itu dan juga kita harus memahami dampak-dampaknya pada anak sehingga kita lebih bijaksana, saya kira ini tidak bisa dihilangkan 100 %.
ET : Jadi memang seperti disuruh menyukai sesuatu yang dasarnya sebenarnya biasa-biasa saja. Mungkin seperti orang yang tidak suka pada makanan tertentu kemudian disuruh menyukai makanan tersebut, begitu ya Pak Paul?
GS : Apa ada contoh konkretnya di Alkitab, Pak Paul?
PG : Ada Pak Gunawan, seseorang yang bernama Ishak dan istrinya Ribka. Ini diambil dari Kejadian 25, saya akan bacakan ayat 27 hingga 33 "Lalu bertambah besarlah kedua anak itu anak dari Ishak dan Ribka) Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang yang senang suka tinggal di kemah.
Ishak sayang kepada Esau sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka sayang kepada Yakub." Jadi jelas sekali di sini kita bisa membaca bahwa ada kesamaan tertentu antara si bapak dan anak pertamanya Esau, antara si ibu yang juga adalah seseorang yang menyukai rumah sebagai ibu rumah tangga dengan Yakub yang rupanya juga senang tinggal di rumah. Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub "Berikan kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom tetapi kata Yakub "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu," sahut Esau "Sebentar lagi aku akan mati apa gunanya bagiku hak kesulungan itu." Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku", maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijuallah hak kesulungannya kepadanya. Jadi di sini kita melihat ada suatu transaksi yang sebetulnya sangat penting, Esau menyerahkan hak kesulungannya sebagai anak yang paling besar kepada adiknya. Nah terus kita melihat ada kepanjangan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada rumah tangga Ishak dan Ribka dan semua ini bersumber dari fakta ayah sayang dengan anak sulung, ibu sayang dengan anak bungsu. Di
Kejadian 27:6-10 berkatalah Ribka kepada Yakub anaknya : "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau kakakmu, bawalah bagiku seekor binatang buruan dan olahlah bagiku makanan yang enak supaya kumakan dan supaya aku memberkati engkau di hadapan Tuhan sebelum aku mati. "Maka sekarang anakku," kata Ribka. "Dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu, pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana 2 anak kambing yang baik maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu seperti yang digemarinya. Bawalah itu kepada ayahmu supaya dimakannya agar dia memberkati engkau sebelum ia mati." Jadi di sini Ribka menyuruh anaknya Yakub untuk menipu ayahnya, menipu dengan cara memakai bulu domba dan membawa makanan yang dipesan oleh ayahnya kepada si kakak yaitu Esau supaya Yakub akhirnya yang menerima berkat sebagai anak sulung itu. Sebab berkat anak sulung adalah sesuatu yang sangat istimewa, nah apa akibatnya semuanya ini
Kejadian 27:41 mengatakan, Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya lalu dia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi, artinya ayah sudah tua dan dia akan meninggal tidak lama lagi, pada waktu itulah Yakub adikku akan kubunuh." Seperti itulah perjalanan rumah tangga Ribka dan Ishak yang membeda-bedakan anak, yang memfavoritkan anak, kita bisa melihat ujung-ujungnya begitu runyam.
GS : Tapi rasanya di sana terjadi persekongkolan antara si Ribka dan si Yakub. Nah kalau kita mencoba perhatikan hubungan mereka itu, apa yang bisa kita pelajari dari hubungan Ribka dan Yakub?
PG : OK! Kalau saya bilang hubungan Ribka dan Yakub itu hubungan yang tidak sehat, tidak sehat dalam pengertian Ribka sampai-sampai berkenan untuk menjerumuskan anaknya dalam penipuan, jadi tu sangat tidak sehat sekali.
Apakah Ribka dan Ishak memiliki hubungan yang baik, meskipun Alkitab tidak mengatakan apa-apa, saya menduga kemungkinan tidak terlalu baik. Karena Ribka sebagai istri mau menipu suaminya sendiri dan menggunakan si anak Yakub. Saya kira ini mencerminkan hubungan suami-istri yang tidak terlalu baik lagi pada saat itu.
(2) GS : Seharusnya bagaimana mereka menghadapi masalah ini, Pak Paul?
PG : Begini, saya kira ada beberapa prinsip yang bisa kita pelajari Pak Gunawan, yang pertama adalah ternyata sebagai orang tua Ribka dan Ishak gagal menerima anak apa adanya. Saya kira itu ang menjadi duduk masalah pertamanya, kesukaan atau standar mereka mendahului keberadaan anak atau siapa anak apa adanya.
Sehingga anak yang sesuai merekalah yang mereka terima, yang tidak sesuai tidak mereka terima. Karena Esau mempunyai hobby yang sama dengan ayahnya sehingga dia yang disayang, sedangkan Yakub mempunyai hobby yang sama dengan ibunya sehingga dia yang disayang oleh ibunya. Saya mengakui tidak bisa disangkal bahwa hal seperti kesamaan sifat yang kita senangi atau capaian anak yang terpuji akan mempengaruhi perlakuan kita terhadap anak. Namun kita perlu berhati-hati agar tidak menunjukkan kekhususan itu di hadapan anak yang lainnya. Jangan sampai di depan anak lainnya kita memuji-muji si anak yang paling bungsu atau anak yang paling sulung itu, sehingga kalau didengar oleh adiknya akan menimbulkan perasaan saya dibedakan, kenapa saya tidak menerima pujian seperti itu. Kalau mau memuji karena hal yang sangat khusus sebaiknya secara pribadi, itu lebih bijaksana.
ET : Sulitnya memang hal-hal seperti ini sungguh-sungguh tidak disadari dan pujian seperti itu lebih mudah muncul ketika memang ternyata yang dibandingkan itu memang terlalu jauh, memang tidk sepadan untuk dibandingkan.
Jadi rasanya memang sudah di mata anak ini kurang begitu untuk mendapatkan pujian, ya kecil sekali kemungkinannya.
PG : Dan mungkin sekali awalnya motivasi orang tua adalah untuk memacu si anak dengan membandingkannya dengan kakaknya misalnya, tapi sangat menekan sebetulnya. Belum lagi di sekolah, kalau ia bersekolah di sekolah yang sama, kalau si kakak itu prestasi belajarnya sangat tinggi, guru-guru akan cenderung membandingkannya juga.
Jadi seperti ibu Esther tadi katakan hal-hal seperti ini dilakukan tanpa disengaja atau disadari, omongan atau celotehan ini baru anak mama, ini baru anak papa itu sering kita lontarkan tapi saya kira itu bukan tindakan yang bijaksana, dan ini yang terjadi pada keluarga Ishak dan Ribka, kesamaan sifat yang akhirnya melekatkan mereka dan standarnya adalah kesamaan-kesamaan. Seharusnya Ishak lebih menerima atau menerima Yakub apa adanya, seharusnya Ribka juga menerima Esau meskipun tidak sama dengan dia. Jadi harus ada usaha ekstra yang mereka keluarkan untuk menunjukkan atau mengkomunikasikan penerimaannya terhadap si anak yang berbeda itu, kalau tidak jarak makin jauh. Karena tidak bisa disangkal hobby yang sama mendekatkan itu betul. Jadi orang tua harus berusaha mendekatkan diri meskipun hobbynya berbeda. Kalau tidak secara natural, secara alamiah jarak ini makin membesar.
GS : Nah hal itu sebenarnya dibawa anak sejak lahir atau karena kedekatan mereka dengan orang tuanya, misalnya tadi Esau dan Ishak. Apakah karena mereka dekat lalu mereka punya hobby yang sama berburu, makan enak dan sebagainya, juga demikian Yakub dengan ibunya apa itu tidak terbawa sejak kecil mereka akrab begitu.
PG : Bisa juga, tapi bisa juga karena memang ada kecenderungan bawaan dari dasarnya Esau adalah anak yang aktif, berani, orang yang di luar "outdoor", Yakub orang yang lebih "indoor" di dala rumah, lebih tenang.
Memang bisa sekali ini bawaan dari lahirnya pula.
GS : Nah dalam hal ini Pak Paul, bagaimana orang tua itu selanjutnya bisa mengatasi supaya kesenjangan itu tidak terlalu melebar?
PG : Saya kira secara sadar orang tua itu tidak kembali kepada point pertama, tidak membesar-besarkan kesamaannya itu. Wah.... lihat dong dia suka ini, papa juga suka ini, atau dia suka ini ama juga suka ini.
Jangan membesar-besarkan kesamaan-kesamaan itu, kalau mau membicarakan, bicarakan berdua saja jangan di depan anak yang lainnya. Pelajaran yang kita bisa tarik yang lainnya adalah ini Pak Gunawan dan Ibu Esther, perlakuan yang berbeda menimbulkan iri hati, itu sebabnya Yakub menginginkan hak kesulungan kakaknya seakan-akan dia ingin menjadi anak sulung yang diberkati oleh ayahnya. Kalau kita pikir-pikir apa alasannya Yakub meminta Esau menjual hak kesulungannya, sewaktu Esau meminta kacang merah itu. Seharusnya Yakub sudah cukup senang dia anak yang disayangi oleh ibunya, tapi kenapa dia meminta. Saya menduga meskipun spekulatif Alkitab tidak menjelaskannya, Yakub ingin menjadi anak yang sulung. Jadi saya menduga Yakub merasa dibedakan: "Kenapa papa sayang kepada kakak, tidak seperti kepada saya." Jadi waktu dia meminta hak kesulungan itu menunjukkan keinginannya menjadi anak sulung, menjadi yang disayangi dan diberkati oleh ayahnya sendiri dan itu yang tidak dia terima dari ayahnya.
GS : Atau mungkin berkaitan bahwa anak sulung mempunyai hak yang lebih besar di dalam rumah tangga pada waktu itu?
PG : Betul sekali, anak sulung memang akan mendapatkan hak yang lebih besar, pelimpahan-pelimpahan warisan juga akan lebih besar, tapi apakah itu seharusnya menjadi motivasi Yakub yang terutma.
Sebab dia juga mendapatkan perhatian yang begitu besar dari ibunya sendiri, mungkin ada motivasi ingin lebih, memperoleh lebih dari Yakub saya kira itu bisa ada. Tapi saya juga melihat unsur yang satunya, dia menjadi anak yang tertolak oleh ayahnya sebab ayahnya memang sangat dekat sekali dengan kakaknya begitu.
ET : Mengikuti yang spekulatif tadi, mungkin juga jangan-jangan walaupun tidak dituliskan di Alkitab sesudah itu rasa iri berikutnya adalah dari Esau kepada adiknya. Karena dapat pembelaan sdemikian rupa dari ibu sampai dia harus kehilangan hak kesulungannya.
Jadi rasa iri yang dari Yakub kepada kakak, kakak kepada adik juga sebenarnya.
PG : Bisa jadi, sebab memang Esau juga merasakan bahwa ibunya itu tidak dekat dengan dia. Maka dikatakan di Alkitab pada bagian yang lain, Esau akhirnya menikah dengan seseorang dari bani Isael, sebelumnya dia menikah dengan orang di luar kaum Israel kenapa? Sebab ibunya yang mengeluh.
Seolah-olah dia juga ingin menyenangkan hati ibunya, dia menikah salah satu keturunan Ismael. Jadi mungkin sekali yang Ibu Esther katakan memang tepat, akhirnya si kakak juga menginginkan perhatian yang sama dari ibunya, si adik menginginkan perhatian yang sama dari ayahnya. Dan itu bibit iri hati sudah tertanam dan membuahkan persoalan yang lebih parah nantinya.
GS : Jadi sebenarnya anak itu mengharapkan kedua orang tuanya ya Pak Paul, untuk mengasihi dia secara utuh?
PG : Betul, jadi waktu dia merasakan bahwa si ayah atau si ibu tidak mempunyai kasih yang sama, reaksi pertama adalah dia akan berjuang mendapatkan kasih itu. Tatkala dia tidak mendapatkanny barulah memunculkan reaksi-reaksi negatif iri hati, marah, berontak, itu reaksi yang kedua.
Kalau kita melihat dalam sebagian keluarga-keluarga bermasalah itu yang muncul, namun reaksi pertama adalah perjuangan mereka mendapatkan setetes cinta kasih atau perhatian dari orang tuanya itu.
GS : Pak Paul, walaupun tidak di depan anak yang lain kalau kita memuji-muji anak yang kita favoritkan atau memberi dia sesuatu, apakah kita tidak risau Pak Paul, nanti anak itu bercerita pada saudaranya, tadi mama atau ibu saya memberi sesuatu yang kamu tidak diberi saya anak favoritnya lho. Itu sudah dilakukan di luar sepengetahuan saudaranya, tapi namanya anak pasti suka cerita begitu, Pak Paul?
PG : Kalau memberikan sesuatu saya sarankan kita memberikan sama, kalau hanya dalam bentuk pujian, kita bisa sampaikan secara privat. Namun kalau kita hendak memberikan hadiah atau apa, berian secara sama.
Maksud saya begini, kalau kita hendak memberikan persenan misalnya Natal berikan dalam jumlah yang sama, kalau anak-anak kita memang usianya itu setara. Atau kita ini kebalikannya jangan misalnya yang satu kita berikan yang lebih besar, yang satu lebih kecil. Yang satu kalau ulang tahun kita berikan yang sangat mewah, yang satu biasa-biasa saja. Nah dalam hal pemberian yang bisa dilihat secara konkret dan bisa dipertontonkan kepada yang lainnya. Saya kira penting orang tua sensitif untuk tidak memberikan pemberian-pemberian yang berbeda, itu sangat menyakitkan dan selalu bisa diingat oleh si anak karena bendanya terlihat.
GS : Tapi kadang-kadang sebagai orang tua itu melihat kebutuhannya memang berbeda Pak Paul. Katakan itu sudah sebaya, dua-dua mahasiswa tapi kebutuhan anak perempuan itu lebih banyak ternyata daripada yang pria.
PG : Kalau si anak kita melihat, tidak mempunyai rasa iri atau dipinggirkan oleh orang tuanya tidak apa-apa, karena si anak akan mengerti bahwa orang tua dua-dua mengasihi mereka dengan samabegitu.
Namun kalau kita sudah mengetahui adanya persaingan dan yang satu mengeluhkan bahwa si kakak lebih didahulukan, kita lebih harus berhati-hati meskipun memang dia lebih memerlukan. Jadi kalau kita tahu ada yang merasakan kurang dikasihi atau apa, justru itu bagi saya sinyal agar kita lebih memberikan perhatian kepadanya. Misalkan kita memuji dalam hal pujian juga sama, kita memuji anak yang mempunyai sifat yang sama dengan kita. Jangan sampai kita lupa memberikan pujian yang lain kepada anak yang satunya, sehingga kalaupun dia banggakan tentang pujian itu, yang satunya akan bisa berkata: "Ya, tapi mama juga puji saya tentang ini, begitu."
ET : Tadi sebelumnya Pak Paul sempat mengatakan mungkin hubungan Ishak dengan Ribka ini juga tidak begitu baik ya, kira-kira seberapa jauh pengaruhnya terhadap masalah yang kemudian muncul ini?
PG : Ini menjadi masalah yang berat, jadi begini karena si Ribka dan Ishak ini hidupnya terpisah dengan anak-anak. Yakub harus lari, jadi akhirnya masalah menjadi lebih kompleks. Ribka dan Ihak tidak lagi mementingkan hubungan suami-istri atau kepentingan suami-istri, malah membela kepentingan anak dan melawan satu sama lain dengan menggunakan anak.
Poros keluarga adalah hubungan suami-istri bukan hubungan orang tua-anak, jadi penting bagi orang tua memupuk hubungan suami-istri yang kuat dan sehat, jangan sampai terbalik. Hubungan orang tua-anak yang dipentingkan, suami-istri itu akhirnya terbelah nah ini yang terjadi pada keluarga Ishak dan Ribka.
GS : Sebagai kesimpulannya Pak Paul, apa dampak yang bisa kita pelajari di sini, dampak yang tentunya tidak perlu terjadi pada kita sekarang ini?
PG : Ada beberapa Pak Gunawan, yang pertama adalah terjadinya penipuan antara keluarga, yang jelas di sini adalah Ribka menggunakan Yakub anaknya untuk menipu suaminya sendiri. Kedua, kebencan Esau karena ditipu yang melahirkan niat untuk membunuh Yakub, adiknya sendiri.
Yang ketiga, keluarga itu terpecah dan Yakub harus meninggalkan rumahnya selama bertahun-tahun. Kita tahu untuk menikahi istri yang pertamanya dia butuh 7 tahun, untuk menikah yang berikutnya perlu 7 tahun, sekurang-kurangnya 14 tahun dan kemungkinan besar lebih dari itu sampai anak-anaknya sudah cukup besar. Jadi mungkin berbelasan tahun Yakub harus melarikan diri, keluarga mereka akhirnya berantakan dan yang terakhir adalah dampaknya Yakub hidup dalam ketakutan selama berbelasan tahun itu. Dan Esau selama berbelasan tahun itu hidup dalam kebencian, itulah dampak yang begitu fatal. Maka kita penting menyadari tugas orang tua ialah menyayangi anak, bukan menciptakan anak kesayangan. Nah kalau orang tua misalnya memang mempunyai kebutuhan yang besar untuk disayangi oleh anak, dia akan mudah atau lebih mudah terjerumus ke dalam masalah ini. Kalau ada anak yang bisa mengambil hati, wah dia akan lebih senang karena memang dia dari dulu butuh disayangi, dia kurang kasih sayang sejak dari dulunya. Nah sudah tentu kalau hubungan suami-istri bermasalah, menambah masalah ini karena misalkan si istri kurang disayangi suaminya dia akan lebih membutuhkan kasih sayang dari si anak, si suami kurang dihargai istrinya dia akan lebih membutuhkan penghargaan dari si anak. Jadi memang karena anak hubungan suami-istri bisa terpecah, tapi bisa juga yang lebih sering terjadi karena hubungan orang tua yang sudah mulai renggang sehingga akhirnya meresap masuk ke dalam hubungan orang tua-anak dan anak akhirnya digunakan, sehingga semua keluarga terpecah belah.
(3) ET : Tadi Pak Paul mengatakan yang penting sekarang menyadari kalau memang ada unsur itu. Kalau memang setelah para pendengar yang menjadi orang tua menemukan ternyata memang ada terjadi dalam keluarga saya yaitu favoritisme, bagaimana saran Pak Paul?
PG : Yang langsung adalah dengan anak yang kita sudah dekat itu janganlah menjadikan hubungan itu eksklusif, khusus. Kita harus lebih membagi diri dengan yang lainnya, jangan pergi berduaan,bicara berduaan, paling enak kalau berduaan dengan si anak ini jangan.
Pergi ramai-ramai dan secara khusus ajak anak yang lainnya untuk pergi berdua dengan kita, bicara berdua dengan kita, belikan sesuatu untuk dia juga, peluk dia lebih banyaklah memberikan perhatian kepada yang satunya lagi. Nah mudah-mudahan kalau anak kita masih relatif kecil rasa dibedakan itu bisa mulai menipis dengan perjalanan waktu.
GS : Tapi nanti kalau agak besar menginjak masa remaja itu biasanya memang anak yang laki itu dekat dengan kita yang Bapak ini, lalu anak yang perempuan itu juga agak menjauhi kita lalu dekat ke ibunya, nah itu sulit dihindarkan Pak.
PG : Betul, tapi kalau dasarnya sudah kuat dia tahu dia dikasihi juga, dia tidak akan menuntut itu sebagai sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Dia menerima itu sebagai sesuatu yang alamiah bhwa sebagai seorang gadis dia akan dekat dengan ibunya, sebagai seorang pria dia akan lebih dekat dengan ayahnya, begitu.
GS : Dan itu mungkin ada juga ibu yang cenderung untuk terus mendekati anak prianya Pak Paul, walaupun anak prianya itu sudah menghindar.
PG : Ya ini saya kira perlu disadari oleh si ibu bahwa menjauhnya si anak bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Kalau memang dari dahulu dekat, ini adalah bagian yang alamiah si anak pria it untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang pria.
Dan lebih membutuhkan masukan dari figur ayahnya juga, begitu.
GS : Dalam hal ini Pak Paul apakah yang firman Tuhan katakan?
PG : Amsal 3:27 berkata: "Janganlah engkau menahan kebaikan daripada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." Menahan kebaikan bisa juga kita terpkan dalam hubungan orang tua-anak kalau orang tua memang bisa melimpahkan kebaikan kepada semua anak, kenapa tidak, jangan hanya 1, 2 anak saja yang memang mempunyai kesamaan sifat dengan kita atau yang kita banggakan.
Beri kebaikan kepada mereka sebab semua anak-anak kita berhak menerimanya dan kita mampu untuk memberikannya, jadi berilah dengan murah hati kebaikan kita kepada semua anak.
GS : Ya itu kalau anaknya relatif banyak Pak Paul, misalnya lima makin sulit orang tua itu untuk menentukan favoritnya?
PG : Meskipun ada 4 atau 5 kadang-kadang itu terjadi, ada saja yang satu rasanya mengerti saya, dekat dengan saya begitu.
GS : Tapi kasusnya bisa tidak disenangi oleh saudara-saudara yang lain, seperti Yusuf dengan kakak-kakaknya itu Pak?
PG : Tepat sekali, itu salah satu contoh yang sangat tragis. Karena Yusuf akhirnya mau dibunuh oleh semua kakaknya.
GS : Tapi saya yakin sekali firman Tuhan tadi sudah mengingatkan kita dengan terang dan kita akan melakukan sesuai apa yang Dia tunjukkan kepada kita.
Nah saudara-saudara pendengar demikianlah tadi Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Anak Favorit". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.END_DATA