Sesiap-siapnya kita menghadapi tragedi, sewaktu tragedi datang, kita tetap tidak siap. Kita akan tetap terhempas dan harus bergumul untuk menghadapinya. Tidak ada jalan pintas untuk melewati tragedi. Jalan itu panjang dan berbatu, dan kita yang melewatinya akan terluka dan tersayat-sayat. Namun di setiap jengkal yang kita lalui, Tuhan akan menyertai kita. Ia akan menuntun sampai kita keluar dengan selamat. Berikut dipaparkan pergumulan yang mesti dilalui tatkala melewati tragedi:
Di dalam Yohanes 8:12 [1], Tuhan Yesus berfirman, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Setidaknya ada dua makna yang terkandung dalam perkataan Tuhan Yesus ini. PERTAMA, oleh karena Ia adalahTerang, maka kita akan melihat dan mengenal-Nya. Di dalam hidup kita akan mengalami banyak hal—menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tuhan dapat memakai semua pengalaman itu sebagai kesempatan untuk mengenal-Nya secara lebih mendalam.
Sebelum anak saya meninggalkan Tuhan, saya sudah tahu bahwa Allah mengasihi kita. Tetapi setelah anak saya meninggalkan Tuhan, barulah saya mengerti bahwa Allah sungguh mengasihi kita. Saya menemukan bahwa saya tidak dapat marah dan membenci anak saya walaupun ia telah meninggalkan Tuhan dan tidak hidup berkenan di hadapan Tuhan. Saya menemukan bahwa saya hanya dapat kembali mengasihi dia. Lewat pengalaman itu barulah saya mengerti mengapa Tuhan tidak bisa membenci kita anak-anak-Nya. Ia hanya bisa mengasihi dan mengasihi kita. Pelbagai pengalaman yang Tuhan izinkan terjadi memberi kesempatan kepada kita untuk mengenal Yesus, Terang Dunia, secara lebih pribadi dan mendalam.
Makna KEDUA adalah lewat Yesus, Terang Dunia, kita tidak lagi meraba-raba dalam kegelapan sebab sekarang kita dapat melihat hidup secara jelas dan tepat. Kita tidak memunyai jawaban mengapa tragedi terjadi tetapi kita dapat mengerti tempat dan peran tragedi dalam rencana Allah. Di dalam Kitab Rut dikisahkan kehidupan Naomi, seorang ibu dengan suami dan kedua putranya. Mereka terpaksa mengungsi dari Betlehem ke tanah Moab karena bala kelaparan. Di Moab, suami Naomi meninggal dunia. Kemudian kedua putranya menikah dengan dua wanita Moab. Untuk sejenak kehidupan Naomi membaik, tetapi sayang, situasi baik tidak berlangsung lama. Satu per satu putra Naomi meninggal dunia. Akhirnya Naomi kembali ke Betlehem bersama menantunya, Rut. Sewaktu orang menyapanya, Naomi, ia berkata, "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkan aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosongTuhan memulangkan aku." (Rut 1:20-21 [2]) Nama Naomi berarti, menyenangkan, sedang Mara bermakna, pahit. Itu sebab Naomi minta dipanggil Mara.
Naomi sedih karena ia kehilangan semuanya tetapi tragedi ini berada dalam rencana Allah. Akhirnya Rut menikah dengan Boas dan mereka memunyai anak, Obed. Obed menjadi ayah Isai dan Isai menjadi ayah Daud dan Daud menjadi nenek moyang Yesus Juruselamat dunia. Lewat Rut, Allah memerlihatkan kasih-Nya kepada semua bangsa bukan saja Israel dan bahwa rencana keselamatan-Nya adalah untuk semua bangsa di bumi. Dan, lewat Naomi, Allah menunjukkan bahwa Ia sanggup mengubah yang pahit menjadi yang manis. Di akhir hidupnya Naomi memomong anak Rut, Obed, sebagai anaknya sendiri. Naomi tidak tahu bahwa anak yang digendongnya akan menjadi kakek dari Raja Daud.
PERTANYAAN :
Shalom Bapak/Ibu,Melalui email ini saya ingin berbagi tentang pergumulan saya, mudah-mudahan Bapak/Ibu dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi saya. Saya seorang pria berusia 41 tahun, sudah bekerja di suatu perusahaan mebel selama 11 tahun. Saat ini perusahaan tersebut sedang mengalami berkurangnya pesanan, sehingga divisi saya tidak ada kegiatan, namun saya masih bekerja meskipun diperbantukan di divisi lain. Keinginan saya perusahaan ini dapat bangkit kembali, namun saya juga ingin pindah kerja atau punya usaha sendiri, karena selama ini saya tidak bisa bekerja secara maksimal. Rencana saya keluar dari perusahaan, kemudian membuka usaha di desa, bertani atau beternak. Sebagai modal yaitu menjual rumah yang sekarang saya tempati, pindah ke desa membeli rumah atau tanah untuk usaha bertani/beternak. Mohon masukan dari Bapak/Ibu tentang rencana saya, apakah langkah yang saya ambil ini benar? Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati kita, semua. Amin.
Salam : DAP
JAWABAN :
Menjumpai Bp. DAP,Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum Anda pindah pekerjaan, yaitu :
Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan, kiranya dapat menolong Anda. Tuhan memberkati !!
Salam : Tim Pengasuh Program Telaga
Ev. Deby Johannis, S.Kom., M.Div. *)
Cancel culture. Pernahkah Anda mendengar istilah itu? Mengutip Merriam-Webster dictionary, Cancel culture mengacu pada penarikan dukungan secara massal dari tokoh masyarakat atau selebritas yang telah melakukan hal-hal yang tidak diterima secara sosial saat ini. Istilah ini pertama kali muncul sekitar tahun 2016/2017 dan belakangan cancel culture tidak hanya diberlakukan untuk publik figur, tetapi juga merek, perusahaan atau konsep.
Fenomena yang masih kontroversial tersebut menjadi bentuk hukuman sosial yang cukup marak di media sosial seperti X (Twitter), Instagram, atau Facebook. Beberapa artis Korea seperti Ji Soo dan Kim Sae Ron pernah mengalaminya. Ketika ada public figure ditemukan bersalah maka dia akan dicap sebagai pribadi yang gagal dan harus dihukum berat. Tidak ada ampun dan tidak ada kesempatan kedua baginya. Dampaknya beberapa dari mereka akhirnya mengalami kehancuran karier, bahkan hingga bunuh diri.
Simon Petrus adalah tokoh di Alkitab yang dapat dikatakan sebagai public figure kontroversial di antara dua belas murid Yesus. Sebagai orang yang kolerik, Petrus menjadi pemimpin di antara mereka dan dalam beberapa momen, dia juga yang paling lantang menentang atau menyangkal peringatan Yesus tentang Mesias yang menderita. Suatu saat, ketika makan Paskah dengan murid-murid-Nya, Yesus yang tahu waktu penyaliban-Nya semakin dekat memeringatkan akan keguncangan iman yang sebentar lagi menimpa mereka. Mendengar itu, tanpa pikir panjang, Petrus berseru dengan yakin, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (Mrk. 14:29 [5]). Namun hanya dalam beberapa jam, mulutnya terbungkam, nyalinya ciut dan kakinya lari gemetar untuk menyelamatkan nyawanya dari para prajurit yang menangkap Yesus. Dia public figure yang perkataannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dia gagal.
Atas kesalahan itu, Yesus bisa saja melakukan "cancel culture" terhadap Petrus. Tetapi dalam kasih-Nya, Dia justru membalas Petrus dengan "grace culture" (Budaya Anugerah) bahkan sebelum dia melakukan penyangkalan. Yesus berkata, "Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (Luk. 22:32 [6]). Hasilnya, Petrus mendapat kesempatan kedua, karier pelayanannya dipulihkan dan dia setia ikut Yesus sampai seumur hidupnya.
Budaya Anugerah sangat kita butuhkan dalam menjalani hidup di dunia yang berdosa ini. Tanpa anugerah, kita akan hancur dalam keberdosaan, kesalahan dan kegagalan. Tiada harapan. Tetapi hanya oleh anugerah Allah dalam Yesus Kristus, kita akan menemukan pengampunan, kasih dan pemulihan. Rick Warren menuliskan, "In God’s garden of grace, even a broken tree can bear fruit." (Bahkan mereka yang telah berbuat kesalahan dan menghadapi kesulitan, masih dapat berbuah dan bernilai dalam pandangan Allah).
Bagaimana menciptakan Budaya Anugerah? Mulai dari diri sendiri yang mengakui bahwa kita orang berdosa yang membutuhkan anugerah Allah setiap saat. Lalu mulai belajar mengusahakan itu dalam relasi dengan diri sendiri dan orang lain melalui mengampuni dan diampuni. Karena pengampunan bertujuan untuk pemulihan, maka pertobatan adalah proses yang juga perlu dijalani. Untuk ini orang yang bersalah perlu dibimbing agar menyadari kesalahannya, menerima konsekuensi yang terukur dan diberi ruang untuk rekonsiliasi. Terakhir, dalam setiap prosesnya, bersandarlah pada anugerah. Tuhan memberkati !!
*) Salah seorang konselor PKTK Sidoarjo yang berdomisili di Surabaya.
Ibu Rahmiati Tanudjaja dilahirkan di Bandung pada tanggal 22 Januari 1957 sebagai anak bungsu dari 7 bersaudara. Meninggal di Jakarta pada tanggal 7 Maret 2025 sekitar pk.16.50.
Jenazah disemayamkan di Grand Heaven Pluit, Jakarta dan dimakamkan di San Diego Hills, Karawang pada hari Senin. 10 Maret 2025 pk.11.00 WIB.
Ibu Rahmiati Tanudjaja juga pencipta lagu "Semua Karena Anugerah-NYA", cukup lama tinggal di Taman Wilis 7, Malang.
Program radio TEgur sapa gembaLA keluarGA (TELAGA) awalnya dipersilakan untuk mengadakan rekaman di Pondok Rekaman Parakaleo, hal ini tidak dapat kami lupakan bahkan telah dicatat sebagai sejarah yang Tuhan telah atur. Ibu Dewi Kunti, sekretaris Telaga pernah menjadi operator ketika rekaman di Pondok Rekaman Parakaleo.
"Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan……….supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Wahyu 14:13 [7]).
SOLI DEO GLORIA
Tiga bulan telah kita lewati di tahun 2025. Cuaca masih tidak menentu, kadang hujan yang mengakibatkan banjir di beberapa daerah, kadang angin kencang bahkan di beberapa daerah terjadi banjir, longsor dan lain-lain. Memasuki bulan April 2025, kita tetap mengucap syukur karena perlindungan dan pimpinan TUHAN nyata serta tepat pada waktu-Nya. Berikut ini beberapa doa syukur dan doa permohonan yang telah dikumpulkan :
Links
[1] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Yoh+8:12
[2] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Rut+1:20-21
[3] https://telaga.org/audio/pergumulan_melewati_tragedi
[4] https://telaga.org/www.telaga.org
[5] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mrk+14:29
[6] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Luk+22:32
[7] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Why+14:13
[8] https://telaga.org/jenis_bahan/berita_telaga