TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://telaga.org)

Depan > Pengkhianatan Dalam Pernikahan I

Pengkhianatan Dalam Pernikahan I

Kode Kaset: 
T332A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu atau mungkin krisis terbesar dalam pernikahan adalah pengkhianatan. Berita bahwa pasangan telah berselingkuh dapat diibaratkan seperti tornado yang secara sekejap melanda dan menyapu bersih kehidupan yang telah dibangun bersama. Marilah kita pelajari kembali dinamika perselingkuhan dan apakah yang dapat dilakukan untuk menghindar dari bencana pengkhianatan ini.
Audio
MP3: 
3.4MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.
Transkrip

 

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang “Pengkhianatan Dalam Pernikahan”. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

 

DL :   Pak Paul, ada orang yang sudah puluhan tahun menikah tapi akhirnya cerai karena suaminya berkhianat. Mengapa dan apa sebabnya ada pengkhianatan dalam pernikahan padahal si istri adalah orang yang taat pada suami dan mencintai suaminya.

PG :   Ibu Dientje, memang salah satu atau mungkin krisis terbesar dalam pernikahan adalah pengkhianatan. Berita bahwa pasangan telah berselingkuh bisa diibaratkan seperti tornado yang secara sekejap melanda dan menyapu bersih kehidupan yang telah dibangun bersama. Pertanyaan Ibu Dientje memang pertanyaan yang memerlukan waktu yang agak panjang karena kita harus menjawabnya dengan lebih menyeluruh. Ternyata memang tidak sesederhana itu mengapa seseorang itu berselingkuh, coba sekarang kita lihat dengan lebih terinci lagi. Yang pertama yang harus kita sadari bahwa perselingkuhan sebetulnya adalah sebuah krisis yang ditimbulkan oleh pengkhianatan. Mengapa dampaknya begitu dalam ? Kalau kita yang menjadi korbannya karena memang ini sebuah tindakan pengkhianatan. Pengkhianatan itu seringkali lebih tajam atau melukai dibandingkan dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang kepada kita. Kita sudah beranggapan orang ini akan berbuat jahat kepada kita dan kita tidak lagi bingung, kita menganggapnya sebagai orang yang jahat, tapi kalau kita dikhianati biasanya kita merasa lebih tertusuk karena sudah ada unsur percaya, karena itu luka yang ditimbulkan oleh pengkhianatan begitu mendalam. Satu hal yang perlu kita sadari bahwa seringkali krisis pengkhianatan ini sebetulnya lebih luas dan lebih dalam daripada sekadar perselingkuhan. Kalau kita hanya menyorotinya, “Oh orang ini menjalin asmara atau bersetubuh dengan pria lain atau wanita lain”, itu bagian dari perselingkuhan namun seringkali masalahnya lebih dalam dan lebih luas daripada sekadar menjalin asmara itu sendiri. Jadi ada hal-hal lain yang terlibat.

GS :   Hal-hal lain itu yang ingin kami ketahui itu apa, Pak Paul ?

PG :   Misalnya, Pak Gunawan, memang seringkali karena sudah terlalu banyak problem-problem yang berkembang dalam pernikahan itu sehingga akhirnya masing-masing sudah hidup dalam dua dunia yang berbeda. Tidak lagi memiliki kesamaan, akhirnya seseorang itu mudah sekali tertarik kepada yang lain karena sebetulnya hampir tidak ada lagi relasi antara dia dengan pasangannya. Yang kedua, mungkin juga ada unsur bosan sehingga lebih mudah tertarik kepada yang lain. Yang lainnya lagi yang seringkali menjadi latar belakang mengapa terjadi perselingkuhan, misalnya seseorang itu sudah tidak lagi merasakan penghargaan dari pasangannya. Salah satu penyebab yang tersembunyi yang memunculkan perbuatan perselingkuhan, jadi cukup banyak bila kita perhatikan baik si suami maupun si istri, sudah merasakan tidak ada lagi penghargaan dari pasangannya, jadi sudah tidak lagi bernilai. Contoh, ada suami yang merasa ‘kalah’ di bawah, suaminya tidak merasa dia menjadi kepala dalam rumah tangganya, tidak mendapatkan penghargaan dari istrinya. Akhirnya mudah sekali jatuh dalam dosa perselingkuhan. Dari pihak wanita yang juga sering sekali adalah kehausan akan kasih sayang karena dia merasa sudah menikah begitu lama, hanya diperlakukan tidak lebih dari pengasuh anak-anak yang hanya bertugas untuk memastikan anak-anak bisa sekolah dan bertumbuh besar dengan baik. Di luar itu tidak ada lagi apa-apa sehingga dalam kehausan, kekeringan itu, ia mudah sekali memberi respons pada orang yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya.

GS :   Jadi sebenarnya, pengkhianatannya itu terletak di mana, Pak Paul ?

PG :   Sudah tentu pengkhianatan merupakan tindakan yang melanggar kepercayaan, jadi pernikahan itu berasumsi bahwa kita akan setia. Kita tidak akan menduakan pasangan kita, kita tidak akan berbalik badan kemudian menjumpai pria atau wanita lain dan menjalin relasi dengannya. Pengkhianatan adalah melanggar janji kesetiaan tersebut yang sudah diberikan kepada kita dan sudah kita ikrarkan juga. Itulah letak pengkhianatan, Pak Gunawan.

GS :   Jadi seseorang itu bisa berkhianat kepada pasangannya tanpa melakukan perselingkuhan, Pak Paul ? Artinya ia mengingkari janji pernikahannya dan memilih untuk berpisah tetapi ia tidak berselingkuh dengan orang lain, Pak Paul.

PG :   Memang perbedaannya ini, sudah tentu bila kita mengingkari dan meninggalkan, tidak lagi setia, itu sudah masuk dalam kategori berkhianat. Namun perselingkuhan menjadi lebih menyakitkan karena kita bukan saja meninggalkan, tapi kita menggandeng yang lain. Seolah-olah kita mencampakkan, jadi ada perbedaan yang cukup mendalam antara orang yang berpisah dan orang yang berpisah untuk bersama dengan orang lain. Perasaannya yang ditinggal itu merasa disakiti, seperti sampah dibuang begitu saja, sudah tidak ada lagi harganya. Itu juga yang membuat lebih parah.

GS :   Tadi Pak Paul sudah singgung, bahwa pengkhianatan itu lebih luas daripada sekadar perselingkuhan, Pak Paul ?

PG :   Pengkhianatan bukan saja kita bersama seseorang yang lain, tapi kita telah mengingkari janji. Kita mengingkari kesetiaan itu, bahwa kita akan bersama dengan dia untuk selama-lamanya. Itulah yang menjadikan tindakan yang jauh lebih luas daripada selingkuh itu saja. Oleh karena itu dampaknya bisa begitu mendalam.

GS :   Tentu saja itu ada latar belakang, ada sebab-sebab yang seringkali muncul kemudian terjadi pengkhianatan atau perselingkuhan. Sebab-sebab apa yang biasanya ada, Pak Paul ?

PG :   Biasanya sudah tentu ada yang memang tidak bisa setia, ada orang yang tidak bisa setia, susah sekali setia. Sebelum dia menikah, dia berganti-ganti perempuan, berganti-ganti pasangan, seringkali berhubungan. Konsepnya, sebagai laki-laki boleh berbuat semaunya, tidak terikat oleh apa pun. Istri tidak berhak melarang dia, cukup banyak pria yang memunyai konsep seperti itu. Sudah tentu konsep yang lahir dari keberdosaan dan sangat salah. Jadi ada orang yang seperti itu dan juga ada orang yang melakukan dosa perselingkuhan karena kebutuhan-kebutuhan yang tak terpenuhi. Tadi sudah saya singgung, tidak merasakan lagi penghargaan, tidak merasakan lagi kasih sayang. Ada lagi orang yang jatuh dalam dosa perselingkuhan karena memang dia sedang mencari identitas yang baru, ada orang yang sudah menikah begitu lama dan dia tidak menyukai hidup yang seperti ini, tidak lagi mau hidup seperti ini, dikenal sebagai orang yang seperti ini, akhirnya dia mau keluar dari kehidupannya, dia bersama dengan orang, dia merasa lebih menikmati hidup, lebih bebas, dia menjadi dirinya yang sesungguhnya. Dengan perkataan lain, sebagai jembatan untuk mendapatkan sebuah diri yang baru dengan orang yang lain. Kadang-kadang itu pun terjadi. Sebagai contoh, Pak Gunawan, misalnya seseorang hidup dalam ekonomi yang lemah, dalam status yang tidak begitu dipandang masyarakat, kemudian datanglah seseorang yang menyukainya dan mau menikahinya dan orang ini memang orang yang berada, ekonominya lebih bagus dan dia memang tidak mau lagi hidup dalam kondisi yang seperti ini. Dia mau mendapatkan diri yang baru yang dia impikan, akhirnya menyeberang menjalin hubungan dengan orang lain.

DL :   Pak Paul, apa yang harus dilakukan oleh pasangan tersebut sehingga tidak terjadi pengkhianatan seperti itu ? Apakah dia tidak boleh menikah dengan orang yang tidak seiman ?

PG :   Memang kadang-kadang kita suka terkejut mengapa orang yang sudah seharusnya mengerti firman Tuhan tetapi tetap saja jatuh dalam dosa, memilih orang yang tidak berkenan kepada Tuhan dan sebagainya, karena memang seringkali orang dibutakan oleh kebutuhannya pada saat-saat seperti itu. Tidak bisa lagi berpikir dengan jernih, sebab yang umum juga bukankah seharusnya dia berpikir bahwa hal ini akan memengaruhi anak-anaknya, anaknya nanti akan bereaksi keras kepada dia. Tapi orang-orang dalam kondisi seperti itu tidak bisa berpikir, kehilangan akal sehatnya, tidak lagi menggunakan nalar dan nilai-nilai hidup yang biasa dianutnya. Dia kehilangan dirinya. Orang yang akhirnya terlibat dalam pengkhianatan itu pada akhirnya, kita tidak merasa puas. Kita mau hidup tapi seperti ini, suami saya begini, istri saya begini, sangat tidak puas. Dalam ketidakpuasan itu muncul masalah-masalah atau juga ada rasa buntu, tidak bisa masuk menembus pasangan kita. Yang satunya lagi kita merasa sepi, merasa hampa, semua itu adalah perasaan-perasaan yang seringkali mengiringi atau mendahului akhirnya kita jatuh dalam dosa perselingkuhan. Jadi kita tidak bisa berpikir dengan jernih lagi, untuk mengobati rasa tidak puas, mengobati rasa buntu, mengobati rasa sepi dan hampa, tabrak saja siapa pun yang bisa memberikan yang kita butuhkan itu.

GS :   Intinya relasi suami istri yang memang tidak harmonis lagi akhirnya bisa menimbulkan pengkhianatan, Pak Paul.

PG :   Namun ada juga perkecualian, Pak Gunawan. Sebetulnya perselingkuhan bukan karena ada masalah dalam pernikahan, memang ada orang-orang yang berselingkuh karena itu kebiasaannya, tidak pernah bisa setia, tukar-menukar pasangan akhirnya dia jatuh terperosok ke dalam dosa. Jadi sekali lagi kita mau memandang perselingkuhan sehingga lebih memiliki pemahaman yang tepat, seringkali orang berhubungan dengan orang lain sebab ini merupakan alternatif daripada hidup tidak bahagia, hidup tidak puas, buntu, ini sebuah alternatif, sebuah pilihan yang lain membuat hidup kita berubah. Atau memang kita sudah merasa lelah, sudah tidak tahan lagi, dari pada terus begini nah kita perlu istirahat. Akhirnya berhubungan dengan orang lain, jadi kadang-kadang itu yang lebih umum. Namun selain yang kita baru saja bahas, kadang-kadang ada orang yang sudah lama membawa kebutuhan yang lebih dalam misalnya ada orang yang membutuhkan afirmasi atau pengakuan. Ada orang yang merasa baru berharga jika orang mengaguminya dan itu harus dilakukan oleh lawan jenis, ia tidak bisa dengan sendirinya begitu. Ia mesti mendapatkannya dari lawan jenis, baru ia merasa dirinya berharga. Ada orang yang memunyai kebutuhan khusus seperti itu, ada lain orang yang membutuhkan gairah atau stimulasi. Dia merasa tidak bisa hidup tanpa gairah, mesti melakukan hal-hal yang berdosa, yang salah tapi itu menggairahkan, baru hidup itu ada maknanya, lebih seru, lebih ada variasinya. Ada orang yang seperti itu juga, jadi kita sadari memang banyak sekali faktor yang terlibat dalam perselingkuhan.

GS :   Ada beberapa orang yang suka berpetualang, Pak Paul. Jadi perselingkuhannya diawali karena petualangannya yang salah. Itu juga bisa terjadi, Pak Paul ?

PG :   Itu saya kira termasuk dalam kategori orang yang membutuhkan stimulasi, dia tidak bisa berhenti. Orang yang seperti itu tidak bisa setop, dia akan terus mencari, jadi dia berpetualang dengan orang ini, nanti dia akan berhenti dan mencari lagi yang lain. Sama dengan yang membutuhkan afirmasi, Pak Gunawan. Yang berselingkuh karena problem perlu istirahat, kecenderungannya terminal, hanya satu kali saja. Tapi yang membutuhkan pengakuan, yang membutuhkan stimulasi, cenderungnya tidak bisa berhenti. Benar-benar bisa berserie, nanti selama dia hidup, selama dia masih bisa melakukannya, dia akan terus melakukannya.

DL :   Berganti-ganti terus !

PG :   Berganti-ganti terus, dia akan membutuhkan pengakuan lagi. Sudah dari satu orang dia berselingkuh, bertahan beberapa lama, dia akan berselingkuh lagi. Saya sudah menjumpai orang yang seperti ini, Pak Gunawan. Sampai berkali-kali, tidak bisa berhenti, karena dia selalu butuh afirmasi. Mengapa itu ? Akhirnya kita simpulkan karena latar belakang, mungkin sekali ia tidak pernah merasa diri berharga, hidupnya sangat kosong, mungkin keluarganya bermasalah sekali, sehingga ia selalu butuh afirmasi dari orang dan dia butuh dari lawan jenis itu. Satu belum selesai, dia mencari yang lain, sama seperti orang yang berpetualang meskipun motifnya berbeda.

GS :   Tapi orang yang berselingkuh, Pak Paul, itu harus mendapatkan pasangannya supaya dia bisa berselingkuh dengan orang itu. Pasangannya itu juga memunyai masalah dalam pernikahannya. Tapi dalam pengkhianatan, Pak Paul, itu bisa terjadi walaupun tidak ada pasangan, dia bisa melakukan pengkhianatan lewat pelacuran dan sebagainya. Atau memang orang ini punya kelainan, saya baru saja membaca suatu artikel yang mengatakan bahwa ada sepasang suami-istri yang sudah memunyai anak tiga. Setelah memunyai anak tiga istrinya menjumpai bahwa ternyata suaminya itu gay, berpelukan dengan sesama jenisnya. Istrinya melihat sendiri dengan mata kepalanya, sampai merasa lemas. Akhirnya keluarga ini mau tidak mau, bercerai. Ini ‘kan kelainan jiwa dalam diri suaminya dan bisa ditutupi sampai memunyai anak 3. Jadi kalau perselingkuhan memang selamanya membutuhkan lawan jenis, partnernya tapi pengkhianatan tidak perlu seperti itu, Pak Paul ?

PG :   Ya memang banyak bentuknya, pengkhianatan tidak selalu dalam bentuk perselingkuhan. Tadi Pak Gunawan mengatakan, bisa juga main pelacurlah, bisa juga bentuk-bentuk yang lebih tersembunyi misalnya mengunjungi situs-situs porno sehingga dalam pikirannya yang ada adalah orang-orang lain yang porno-porno itu, bukannya pasangannya sendiri. Itu bentuk-bentuk pengkhianatan yang tidak begitu terlihat, perselingkuhan yang lebih nyata saja.

DL :   Ada juga laki-laki yang tidak puas dengan istrinya, dia melacur terus sehingga akhirnya dia harus berobat, tapi ada juga wanita yang selalu mencari laki-laki, berganti-ganti tidak pernah berhenti, pengkhianatan semacam apa itu, Pak Paul ?

PG :   Itu contoh dari yang tadi Pak Gunawan sudah angkat, orang yang mencari petualangan. Dia tidak bisa dengan satu wanita saja, karena itu dia terus mencari wanita-wanita lain jadi dia butuh pengakuan itu sedangkan ada wanita yang begitu, kebanyakan kalau wanita biasanya kebutuhannya kalau tidak butuh afirmasi/pengakuan atau dia memang membutuhkan kasih sayang. Karena dia butuh kasih sayang dan dia tidak mendapatkan dari pasangannya, dia mencari dari yang lain. Nanti yang lain bosan kepadanya, dia mencari lagi yang lain. Atau dia butuh afirmasi/pengakuan, ini orang mula-mulanya memberikan pengakuan, menghargai dia tapi lama-lama tidak lagi, nah dia mencari lagi yang lain. Jadi seperti itu.

GS :   Jadi sebetulnya hal-hal seperti ini bisa dicegah, bisa dihindarkan cuma masalahnya apa yang harus kita lakukan ?

PG :   Ada beberapa yang bisa saya bagikan, misalnya yang pertama dari awalnya seharusnya kita lebih berhati-hati memilih pasangan. Sebab mengapa, banyak bencana bisa dihindarkan kalau saja kita lebih berhati-hati dalam memilih pasangan. Kita mesti melihat sebaik-baiknya siapa itu yang akan kita nikahi, yang akan bersamanya seumur hidup. Jangan kita sudah merasakan ada masalah, tapi menutup mata dan beranggapan nanti bisa beres, dia tidak seperti itu, tidak ! Saya selalu memberi perumpamaan seperti ini, kita kalau mau membeli rumah kita berhati-hati sekali. Kita melihat lingkungannya, kita melihat apakah tidak kebanjiran, kita melihat tanahnya apakah bisa turun, merosot dan lain-lain. Kita melihat gedungnya kuat atau tidak, kita melihat fondasinya, atap dan sirkulasi udaranya, Begitu banyak hal yang kita perhatikan kalau mau membeli rumah, seperti itu juga kalau kita memilih pasangan hidup. Rumah untuk kita tinggali untuk waktu yang lama, demikian juga dengan pasangan kita akan bersama dengan dia untuk waktu yang lama kalau memungkinkan bisa seumur hidup. Jadi mesti berhati-hati jangan hanya dengan mendasarinya atas, “Oh saya senang dengan dia”. Terlalu banyak orang yang menggunakan ukuran, “Oh saya senang sama dia”, karena saya senang sama dia pasti cocok, pasti berbahagia nantinya. Ukurannya bukan “saya senang dengan dia” saja, tapi ukurannya bahwa kita memang melihat dia dan dia itu pasangan yang sesuai dengan kita. Dia orang yang baik, orang yang berkarakter, ini yang kita mau pilih.

GS :   Sekarang ini serba terburu-buru, Pak Paul, karena kesibukan dan sebagainya sehingga ada perkenalan lewat dunia maya dan seterusnya yang kadang-kadang tidak realistis; kita belum mengenal pasangan itu sebaik mungkin tapi karena usia, karena waktu, terdesak sudah menikah saja, nanti dijalani saja. Begitu, Pak Paul.

PG :   Banyak orang menggampangkan, apalagi kalau sudah terdesak oleh usia, apalagi terima saja siapa pun asal ada yang mau, kita mesti berhati-hati. Kalau saja kita lebih berhati-hati, banyak bencana bisa dihindarkan, seperti misalnya tentang perselingkuhan, pengkhianatan, kadang-kadang ada orang yang memang pada masa berpacaran pun sudah dikhianati, sudah dibohongi, sudah dengan orang lain. Ada yang begitu, ada juga yang memang ketahuan bahwa latar belakangnya sering kali berkencan dengan wanita atau pria, akhirnya tetap menikah juga. Ada hal-hal yang sudah memberikan kepada kita peringatan, jangan sampai kita akhirnya terjeblos.

GS :   Memang orang tua-tua lebih teliti dalam hal ini, Pak Paul. Memberikan pedoman, wejangan kepada anaknya yang akan menikah dan mencarikan pasangan yang cocok buat anaknya.

DL :   Seperti orang Jawa yang mengatakan harus dilihat “bibit – bebet – bobot”nya.

PG :   Dan kalau kita perhatikan memang orang-orang dulu mereka tidak begitu memerhatikan unsur-unsur perasaan. Mencintai itu dinomorduakan, benar-benar yang dilihat orangnya, latar belakangnya sebab mereka beranggapan kalau itu sudah benar kebanyakan akan beres. Pikir punya pikir memang ada benarnya.

GS :   Hal lain yang perlu kita lakukan apa, Pak Paul ?

PG :   Supaya jangan sampai terjadi pengkhianatan dan perselingkuhan adalah dalam pernikahan seharusnya kita lebih memfokuskan pada hal-hal yang positif ketimbang yang negatif. Kita mesti ingat kadang-kadang kita merasa kesal melihat kekurangan pasangan kita, dia begini, dia begini, tapi kita mesti ingat bahwa yang awalnya menyatukan kita dengan pasangan kita bukankah hal-hal yang penting. Hal-hal yang pentinglah yang kita lihat pada dirinya yang membuat kita berkata, “Saya mau sama dia”, sedangkan nanti yang memisahkan kita, yang membuat kita bertengkar umumnya hal-hal yang tidak terlalu penting. Hal-hal yang lebih sepele, tentang kepribadiannya atau tentang gaya hidupnya. Bukankah pada awalnya yang menyatukan kita adalah hal-hal penting yang kita lihat pada dirinya. Sebaiknya dalam pernikahan kita fokus pada hal-hal positif itu, jangan lagi terlalu membesar-besarkan hal-hal yang negatif. Kita terima itu, kita fokuskan pada yang baik, kita sampaikan pada dia apa yang baik, misalkan dia seorang yang bertanggungjawab, dia bekerja, memerhatikan anak-anak. Ya sudahlah kita tekankan dan sering kita katakan pada suami kita, “Saya sangat menghargai komitmen kamu untuk menjaga anak-anak, kamu orang yang setia dan tidak macam-macam”, sering-sering mengatakan seperti itu. Kita tidak terlalu lagi mengangkat-angkat hal-hal yang menjadi kekurangannya, misalnya memang orangnya kurang bersih, kadang-kadang suka terlambat. Jadi tidak terlalu kita fokuskan lagi, nah kadang-kadang dalam percakapan kita bisa munculkan lagi, “Ya kalau bisa jangan terlambat”. Tapi sekali-sekali, yang lebih kita fokuskan hal-hal yang positif. Setelah menikah sayangnya yang terjadi kebalikannya, kita langsung akan mencari yang negatif, yang kita sebetulnya sukai, hargai sebagai penyatu hubungan kita, itu  tidak lagi kita lihat dan tidak kita sampaikan penghargaan kita.

GS :   Ya mungkin karena kebosanan itu tadi, Pak Paul. Setelah menikah ketemu dengan banyak hal yang negatif, bosan lalu yang lebih kelihatan menonjol adalah hal-hal yang negatif. Tapi saya percaya masih ada banyak hal yang perlu kita bahas untuk menyadarkan kepada kita sekalian, apa sebenarnya yang perlu kita lakukan supaya jangan terjadi pengkhianatan dalam pernikahan ini, Pak Paul. Namun karena keterbatasan waktu, kita harus mengakhiri dulu pembicaraan ini dan nanti akan kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Kita tentu berharap para pendengar kita bisa mengikuti kelanjutannya karena ini sangat penting untuk kehidupan pernikahan. Namun Pak Paul sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?

PG :   Saya akan bacakan dari Maleakhi 2:15-16, “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh ? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu ? Keturunan ilahi ! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat !” Jadi firman Tuhan jelas berkata dua hal, jaga diri jangan berkhianat. Itu yang mesti kita pegang.

GS :   Terima kasih Pak Paul, jadi untuk perbincangan ini akan kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang supaya lebih lengkap dan lebih banyak hal yang bisa kita ungkapkan. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Pengkhianatan Dalam Pernikahan” bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org [2] kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org [3]. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan

 

Salah satu atau mungkin krisis terbesar dalam pernikahan adalah pengkhianatan. Berita bahwa pasangan telah berselingkuh dapat diibaratkan seperti tornado yang secara sekejab melanda dan menyapu bersih kehidupan yang telah dibangun bersama. Marilah kita pelajari kembali dinamika perselingkuhan dan apakah yang dapat dilakukan untuk menghindar dari bencana pengkhianatan ini.

KRISIS PERNIKAHAN ADALAH KRISIS PENGKHIANATAN:

ò      Lebih luas dan dalam daripada sekadar perselingkuhan.

ò      Biasanya merupakan puncak gunung esùtumpukan masalah.

Apa pun penyebab pengkhianatan itu, hasil akhirnya adalah:

ò      Rasa TIDAK PUAS

ò      Rasa BUNTU, tidak bisa menembus pasangan

ò      Rasa SEPI DAN HAMPA

Pada umumnya usaha demi usaha sudah dikerahkan untuk menyelesaikan masalah namun perubahan hanya berlangsung sementara atau malah tidak ada perubahan sama sekali. Pada akhirnya perselingkuhan menjadi:

ò      Sebuah ALTERNATIF lain, ketimbang hidup dalam ketidakbahagiaan

ò      Sebuah PERISTIRAHATAN dari kemelut yang menyusahkan

Penyebab lain perselingkuhan bersumber dari masalah kepribadian:

ò      Selalu membutuhkan AFIRMASI atau pengakuan

ò      Selalu membutuhkan STIMULASI atau gairah

JADI, APAKAH YANG SEHARUSNYA TELAH DILAKUKAN:

ò      Seharusnya lebih BERHATI-HATI memilih pasangan: Banyak bencana dapat dihindarkan kalau saja kita lebih berhati-hati !

ò      Seharusnya lebih memfokuskan pada yang hal-hal yang POSITIF ketimbang negatif. Ingat: Umumnya hal yang menyatukan kita adalah hal yang PENTING sedang hal yang memisahkan kita dan membuat kita bertengkar terus adalah hal yang tidak penting.

ò      Seharusnya lebih memfokuskan perhatian pada pengembangan DIRI YANG SEHAT, karena diri yang sehat akan menghasilkan:

+  KOMUNIKASI yang sehat

+  RELASI yang sehat

Mohon diingat: Diri yang SEHAT adalah diri yang MENARIK orang, sedang diri yang TIDAK SEHAT adalah diri yang MENGHALAU orang.

ò      Seharusnya telah merencanakan dan melakukan kegiatan yang menyenangkan: Kegiatan menyenangkan menciptakan hati yang senang dan hati senang menciptakan relasi yang kuat.

ò      Seharusnya telah memberi lebih banyak waktu untuk belajar MENGAMBIL KEPUTUSAN bersama. Ini adalah keterampilan yang berharga.

ò      Seharusnya telah memberi lebih banyak waktu untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik:

+  Di dalam yang benar, ada yang salah dan di dalam yang salah, ada yang benar. Jadi, jangan terlalu yakin diri

+  Memahami dan menyampaikan pemahaman adalah separuh jalan menuju perdamaian.

+  Kerugian dari mengalah ternyata tidak SEBURUK yang dibayangkan dan keuntungan dari kemenangan ternyata tidak SEMANIS yang dibayangkan.

ò      Seharusnya lebih membatasi diri dan lebih mengawasi pasangan dalam pergaulan. Ingat: rasa ingin tahu melahirkan ingin puas dan ingin puas melahirkan ingin lagi.

ò      Seharusnya telah memberi lebih banyak perhatian pada hal rohani: Mengasihi Tuhan, lebih dari melayani Tuhan

+  Takut kepada Tuhan, lebih dari tahu tentang Tuhan

+  Hidup kudus, lebih dari hidup baik

 

APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN SEKARANG?

Pada umumnya dalam kasus pengkhianatan, akan ada satu pihak yang berniat untuk memulihkan relasi dan ada satu pihak yang tidak berminat. Itu sebabnya langkah pertama, bukanlah menanyakan apakah ia berniat memulihkan relasi melainkan, APAKAH KITA BERNIAT MEMULIHKAN RELASI? Mengapa kita harus bertanya demikian ?

+         Diperlukan KESABARAN yang panjang.

+         Diperlukan DUKUNGAN yang kuat.

+         Diperlukan IMAN yang tegar

Jika kita bersedia menyanggupinya, maka kita mesti melakukan hal berikut ini:

+         Timbalah kekuatan setiap hari dari Tuhan lewat doa dan Firman-Nya.

+         Fokuskan perhatian pada tugas dan tanggung jawab kita saja, bukan tugas dan tanggung jawabnya.

+         Jangan terlalu memerhatikan detail perbuatannya sebab ini akan mengayunkan suasana hati kita.

+         Ingat: Keluarga membutuhkan kestabilan dan saat ini, kita adalah satu-satunya tiang.

Firman Tuhan:

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)

Pdt. Dr. Paul Gunadi [4]
Audio [5]
Perceraian/Perselingkuhan [6]
T332A [7]

URL sumber: https://telaga.org/audio/pengkhianatan_dalam_pernikahan_i

Links
[1] http://media.sabda.org/telaga/mp3/T332A.MP3
[2] mailto:telaga@telaga.org
[3] http://www.telaga.org
[4] https://telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_paul_gunadi
[5] https://telaga.org/jenis_bahan/audio
[6] https://telaga.org/kategori/perceraian_perselingkuhan_0
[7] https://telaga.org/kode_kaset/t332a