[tanda-tanda_orang_yang_meninggalkan_tuhan_2] =>
Lengkap
"Tanda-Tanda Orang Yang Meninggalkan Tuhan" ( II )
oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang"Tanda-Tanda Orang yang Meninggalkan Tuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Kita sedang membahas tanda-tanda orang yang meninggalkan Tuhan, Pak Paul. Sebelum kita melanjutkan perbincangan kita, mungkin Pak Paul bisa mengulas apa yang menjadi tanda yang sudah kita perbincangkan pada kesempatan yang lalu dan bagaimana tanda orang yang sudah meninggalkan Tuhan ?
PG : Kita mau belajar dari dua tokoh Alkitab yang pernah meninggalkan Tuhan supaya kita bisa memetik pelajaran, jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama yaitu seperti Simson dan Raja Sal, kita tahu Raja Saul tidak bertobat tapi Simson memang pernah jauh dari Tuhan namun dia bertobat.
Yang pertama kita melihat tanda-tandanya bahwa keduanya itu mulai melupakan Tuhan. Jadi mereka tidak lagi mencari Tuhan dalam pengambilan keputusan, mereka langsung bertindak ketika melihat apa yang baik di mata mereka atau di dalam pikiran mereka, itulah yang akan mereka lakukan. Yang berikut, kalau orang sudah mulai meninggalkan Tuhan seringkali orang itu mulai membesarkan diri, percaya kepada kemampuan diri, tidak lagi bersandar kepada Tuhan. Kita tahu Simson dan Saul juga seperti itu meskipun awalnya mereka menjalani hidup sebagai hamba Tuhan, tapi pada akhirnya bergantung kepada kekuatan sendiri dan melihat diri sebagai orang yang hebat dan berhasil. Jadi kita perlu belajar jangan sampai waktu kita menerima berkat dari Tuhan akhirnya kita melupakan Tuhan dan justru meng’klaim’ bahwa semua itu adalah hasil keringat kita atau hasil kemampuan kita sendiri. Itu adalah dua hal yang telah kita bahas dan kita akan masuk lagi ke dalam tiga tanda lainnya, Pak Gunawan.
GS : Tanda yang ketiga yang sempat kita singgung secara sepintas pada kesempatan yang lalu yaitu tentang mendengarkan manusia lebih dari Tuhan, mengenai hal itu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Misalnya kita melihat contoh Saul, Saul bukanlah seorang imam, Pak Gunawan. Jadi tidak seharusnya dia melakukan tugas imamat yakni memersembahkan korban namun itulah yang dilakukannya, Samel sudah memberitahukan kepada dia bahwa Samuel akan datang untuk melakukan hal itu, tapi Saul tidak sabar dan kemudian dia langsung memberikan persembahan korban.
Waktu ditanya oleh Samuel alasan yang diberikannya adalah karena dia menerima tekanan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Jadi besar kemungkinan orang-orang yang di sekitarnya atau stafnya atau bawahannya atau rekan-rekannya mulai berkata kepada Saul,"Mungkin Samuel tidak datang, kamu saja yang persembahkan karena kamu adalah raja dan apa salahnya kamu memersembahkan korban, kita mau pergi berperang dan kalau nanti serdadu melihat dan tidak ada korban yang dipersembahkan untuk Tuhan berarti Tuhan tidak memberkati dan itu membuat mereka ciut hati dan tidak berani perang kalau begitu kamu saja yang melakukan" pasti itu adalah suara-suara yang didengar oleh Saul. Padahal dia sudah tahu kalau itu tidak boleh, ini bukan wewenang dia dan Samuel pasti datang, dia hanya harus tunduk dan patuh kepada perintah Tuhan. Dan kita melihat di situ bahwa Saul lebih mendengarkan manusia daripada Tuhan. Demikian juga dengan Simson, dia lebih memilih mendengarkan rayuan Delila daripada menjaga rahasia kekuatannya, bukannya dia berkata,"Maaf tidak bisa, ini adalah sesuatu yang harus saya rahasiakan antara saya dan Tuhan", tapi akhirnya dia mendengarkan bujukan istrinya dan dia beritahukan rahasia kekuatannya kepada Delila .
GS : Tapi sebenarnya tanda yang ketiga ini juga erat hubungannya dengan tanda yang pertama dan tanda yang kedua, Pak Paul, yaitu melupakan Tuhan dan membesarkan diri. Jadi walaupun didesak oleh banyak orang, kalau orang-orang ini tetap memiliki kerendahan hati dan masih tetap ingat kepada Tuhan pasti tidak akan terjadi tanda yang ketiga yaitu mendengarkan manusia lebih dari mendengarkan Tuhan.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi kalau kita sudah mulai melupakan Tuhan dan lebih memfokuskan kepada diri sendiri maka sudah pasti kita tidak akan lagi mendengarkan Tuhan dan pendapat yang ebih kita dengarkan adalah pendapat manusia atau orang-orang di sekitar kita, karena kita beranggapan bahwa mereka lebih berpengetahuan, lebih tahu, lebih tepat sehingga kita tidak lagi berpikir bahwa yang lebih tahu adalah Tuhan dan kita tidak memusingkan hal itu.
Jadi ini adalah salah satu tanda kita mulai menjauh dari Tuhan dan kita akan lebih sering dan lebih menghargai pendapat manusia dibanding Tuhan dan kita semakin jarang datang kepada Tuhan untuk merenungi dan memelajari firman-Nya dan kita tidak lagi memiliki keinginan untuk bertumbuh di dalam pengetahuan dan kasih Tuhan dan kita pun menjadi semakin jarang mencari nasehat dari anak-anak Tuhan atau hamba-hamba Tuhan, sebab pada akhirnya kita tidak menghargai nasehat rohani. Dan nanti akan terlihat ciri atau tanda tersebut, kita itu tidak terlalu memerhatikan nasehat rohani, kita pikir kalau nasehat rohani tidak penting dan tidak relevan,"kamu tahu apa, dunia ini seperti ini dan begitu dan kita harus tahu ini dan itu", akhirnya kita makin meremehkan nasehat rohani. Dan saya melihat ini adalah tanda bahwa sebetulnya kita mulai menjauh dari Tuhan.
GS : Orang-orang seperti ini, Pak Paul, seperti Saul dan Simson selalu punya alasan bahwa mereka melanggar perintah Tuhan ini karena desakan orang-orang, jadi dia tidak mengakui kesalahannya malah menyalahkan orang lain.
PG : Betul. Jadi waktu kita harus berhadapan dengan konsekuensi perbuatan kita maka kecenderungan kita menyalahkan orang bahwa gara-gara kamulah saya seperti ini dan itu, contoh yang pertama adlah Adam dan Hawa.
Meskipun Hawa yang pertama memberitahukan Adam tentang buah itu, tapi Adam memunyai kewajiban untuk menolak dan justru untuk menegur istrinya,"Kamu salah" tapi dia mendengar perkataan istrinya dan dia memakannya. Namun waktu Tuhan mengkonfrontasi, menghadapkan dia dengan perbuatannya, yang dia lakukan adalah menyalahkan Hawa dan Hawa juga sama, yakni waktu Tuhan perhadapkan dia dengan perbuatannya dia menyalahkan si ular atau si iblis. Jadi memang waktu kita lebih mendengarkan manusia dan kemudian terjadi apa-apa maka kita cepat sekali tidak mau memikul tanggung-jawab dan malah yang pertama menyalahkan orang-orang yang telah memberikan pendapatnya kepada kita.
GS : Dan pada gilirannya juga menyalahkan Tuhan, Pak Paul, karena nasehat dari orang-orang di sekitar, terutama yang tidak seiman dengan kita pasti menyalahkan,"Tuhanmu tidak bisa berbuat apa-apa", dan apakah ada jalan lain yang bisa ditempuh, Pak Paul ?
PG : Kadang-kadang bisa juga menyalahkannya seperti ini, Pak Gunawan,"Kalau Tuhan itu baik kepada saya, berkuasa dalam segalanya kenapa tidak menghentikan orang-orang yang seperti ini memberika nasehat kepada saya, tidak memberhentikan saya untuk tidak melakukan hal itu dan malah mendiamkan", berarti yang salah adalah Tuhan, padahal ini adalah tanggung-jawab kita.
Jadi saya kembali kepada poin yang semula yang sudah saya ungkapkan sebelumnya bahwa relasi kita dengan Tuhan adalah relasi kasih dan bukan relasi paksa maka Tuhan mengharapkan andil, tanggung-jawab dari pihak kita untuk juga menjaga relasi ini. Jadi kita tidak bisa dengan mudah menyalah-nyalahkan.
GS : Apakah ada ayat firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk lebih mendengarkan Tuhan dari pada mendengarkan manusia, Pak Paul ?
PG : Amsal 3:5,6"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Jadi firmn Tuhan dengan tegas meminta kita untuk memercayakan semua kepada Tuhan dengan segenap hati, artinya jangan hanya setengah hati dan Tuhan meminta kepada kita untuk jangan bersandar kepada pengertian kita sendiri artinya selalu mendahulukan Tuhan dan mintalah pimpinan-Nya maka Dia akan meluruskan jalan kita.
GS : Di sana juga dikatakan untuk mengakui Tuhan di dalam setiap lakumu, kita harus mengakui Tuhan di dalam setiap laku kita, itu artinya di dalam seluruh aspek kehidupan kita, kita mengutamakan Tuhan, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan, jadi bukan hanya sepotong-sepotong dan barulah kita meminta kepada Tuhan untuk turut campur memimpin kita, tidak seperti itu. Dalam segala aspek kita memang mau emastikan bahwa kita sudah bertanya kepada Tuhan, kita mau mengikuti kehendak-Nya dan kita tidak mau melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya.
GS : Seringkali kita meminta nasehat kepada sesama kita, karena kita menganggap ini bukan urusan Tuhan misalnya seperti urusan perdagangan, ini adalah urusan antara saya dan rekan kerja saya dan Tuhan tidak perlu ikut-ikut, saya tidak perlu melibatkan Tuhan, begitu Pak Paul ?
PG : Karena itu saya juga teringat akan keluhan orang-orang yang akhirnya bertobat karena Tuhan menegur mereka dan berkata,"Kenapa dulu saya tidak mendengarkan Tuhan, kenapa dulu saya tidak menari kehendak Tuhan, kenapa saya langsung mendengarkan bujukan atau perkataan si A dan si B dan langsung melakukannya, saya benar-benar salah karena tidak mencari kehendak Tuhan.
Sebab pada akhirnya kita menyadari kadang-kadang terlalu bernafsu, terlalu memercayakan semua kepada orang dan akhirnya melakukan semua itu tanpa meminta persetujuan Tuhan.
GS : Kalau tanda yang keempat apa, Pak Paul ?
PG : Tanda keempat kalau kita mulai menjauh dari Tuhan adalah bahwa berulang-ulang kali berdosa namun tidak bertobat. Sewaktu Simson misalnya ingin menikah dengan gadis Filistin, sesungguhnya oang tuanya tidak setuju dan sayang Simson tidak mendengarkan nasehat mereka dan dia tetap melaksanakan niatnya.
Begitu pula dengan Saul, berkali-kali Samuel menegurnya tapi dia memilih untuk tidak taat, bahkan nasehat dari puteranya Yonatan malah dibalas dengan kemarahan. Baik Simson maupun Saul pada akhirnya keduanya jatuh ke dalam dosa yang sama berulangkali, namun keduanya tidak bertobat pada saat-saat itu. Puji Tuhan pada akhirnya Simson bertobat, setelah dia ditangkap, dibuat olok-olokan oleh bangsa Filistin, akhirnya Simson datang kembali kepada Tuhan. Sayang sekali dengan Saul, bahkan sampai di akhir hidupnya Saul tidak kembali kepada Tuhan. Kita tahu kemudian Saul mencari ahli tenung dan akhir hidupnya berakhir dengan tragis karena Tuhan memberi kesempatan untuk dia bertobat, memberikan teguran, peringatan dan tidak dihiraukan, maka akhirnya Tuhan mendiamkan.
GS : Jadi sebenarnya kepada semua orang Tuhan memeringatkan dengan berbagai macam cara, dengan harapan orang itu sadar dan kembali kepada Tuhan, Pak Paul ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kalau kita sudah membiasakan diri untuk mendengarkan teguran Tuhan maka hati nurani kita makin hari makin halus dan makin peka; makin kita tidak mendengarkan tegurn Tuhan maka hati nurani kita makin tidak peka dan makin kasar, akhirnya apa yang Tuhan katakan tidak lagi bisa kita dengar.
Dan Tuhan memberi peringatan kepada kita anak-anak-Nya tatkala kita berdosa, misalkan Dia memberi peringatan akan firman-Nya secara langsung, memberikan peringatan lewat anak-anak-Nya yang lain atau bahkan dari orang lain sekalipun dan kadang memberi peringatan akan situasi tertentu yang kita alami, namun ini kunci yang bisa kita garis bawahi yakni tidak selamanya Tuhan memberi peringatan, adakalanya Tuhan berhenti. Jadi jangan sampai kita berasumsi sampai kapan pun Tuhan memberi peringatan, tidak seperti itu. Satu titik, Tuhan akan berkata,"Setop di sini" dan kita tahu itu yang terjadi pada Saul, satu titik memang Tuhan biarkan dan memang dia makin liar dan gelap mata, tapi memang Tuhan biarkan karena berkali-kali diperingati tapi tidak mendengarkan, maka akhirnya Tuhan berhenti memberikan peringatan.
GS : Jadi Tuhan bisa memakai seorang anak untuk mengingatkan ayahnya, seperti hal ini Yonatan mengingatkan Saul, tetapi bagi seorang ayah agak sulit diingatkan oleh anaknya.
PG : Betul sekali dan akhirnya memang kalau kita tetap tidak mau mendengarkan meskipun seharusnya kita mendengarkan dan pasti sulit karena dari anak sendiri. Tapi kalau dari pihak kita sendiri idak mau mendengarkan maka tidak bisa tidak Tuhan akan membiarkan, jadi kita harus merasakan pukulan-pukulan dosa seperti dalam kasus Simson, dia ditangkap dan kedua matanya dicungkil dan dia dijadikan barang tontonan.
Seperti Saul, akhirnya dia juga mati dalam peperangan. Itulah contoh-contoh kalau kita tidak mendengarkan peringatan Tuhan.
GS : Seringkali Tuhan mengingatkan kita lewat kesukaran, lewat persoalan, lewat penderitaan yang cukup berat untuk mengingatkan kita, Pak Paul walaupun saat itu terasa kurang enak bagi kita.
PG : Jadi seolah-olah waktu Tuhan mencambuk atau memberikan kepada kita disiplin atau peringatan yang begitu keras, tujuannya benar-benar untuk menghancurkan kita supaya dalam kehancuran itu kia tidak bisa lagi melawan Tuhan atau membanggakan diri atau membangkang.
Supaya di dalam kondisi itulah kita datang kepada Dia. Misalkan Simson, dari orang yang sangat perkasa dia menjadi orang yang sama sekali tidak berdaya, tidak punya tenaga, tidak punya mata dan akhirnya Simson bertobat. Jangan sampai kita mengikuti langkah Saul yang bukan saja tidak bertobat, tapi malah terus tenggelam di dalam dosa.
GS : Jadi sebenarnya kalau Tuhan mengingatkan kita, itu adalah salah satu bukti bahwa Tuhan memang masih mengasihi kita dan terus menghendaki agar kita bertobat dari dosa-dosa kita, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Waktu akhirnya Tuhan harus memukul, kita harus ingat bahwa Tuhan memukul karena Dia sayang. Maka firman Tuhan di kitab Ibrani berkata bahwa anak yang dikasihi-Ny akan dihajar-Nya, akan didisiplin-Nya, akan dipukul-Nya.
Itu pertanda Dia memang mengasihi kita.
GS : Tapi itu bisa berlaku untuk perorangan dan juga bisa terjadi pada suatu bangsa seperti Israel itu, Pak Paul, ketika mereka dibuang di Babilonia ?
PG : Betul sekali. Jadi memang setelah mereka kembali ke tanah Kanaan, mereka tidak lagi berani untuk meninggalkan Tuhan karena mereka pernah merasakan pahitnya hajaran dari Tuhan supaya merekabertobat.
GS : Kalau Tuhan itu seolah-olah membiarkan orang itu terus menerus di dalam dosa karena seringkali memang seperti itu, Tuhan itu menyerahkan kepada iblis, istilahnya seperti itu. Apakah itu sebuah bukti kalau Tuhan tidak mengasihi orang itu, Pak Paul ?
PG : Pada akhirnya sekali lagi saya ingatkan kalau kita terlibat dalam hubungan kasih dengan Tuhan, maka Tuhan mengharapkan kita mengasihi-Nya dan tidak datang kepada-Nya dengan paksa, maka kalu pada akhirnya kita tetap tidak lagi mau mendengarkan Tuhan dan tidak lagi mau memerhatikan-Nya maka Tuhan membiarkan kita.
Sebenarnya Tuhan tetap mengasihi tapi Dia tidak akan memaksa kita mengasihi Dia. Maka dengan terpaksa seolah-olah Tuhan membiarkan walaupun hati-Nya sedih karena kita tahu firman Tuhan di 2 Timotius berkata kalau Dia tidak menghendaki siapa pun untuk mati dan Dia sebetulnya tidak mau dia mati di dalam dosa. Jadi Dia akan sedih waktu Dia harus melihat kita mengeraskan hati dan meninggalkan-Nya.
GS : Dan kalau Tuhan yang mengingatkan, biasanya orang akan menaikkan sebuah doa seperti doa yang Daud sendiri telah sampaikan, Pak Paul.
PG : Betul sekali, di Mazmur 51:12 Daud berkata,"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" Kita tahu ini adalah doa yang dipanjatkan setelah dia mendaatkan teguran atas dosanya, jadi dia datang dan bertobat serta dia meminta Tuhan untuk memperbaharui dirinya dengan Roh yang teguh.
GS : Jadi setiap kali kita sadar dan disadarkan oleh Roh Kudus, bahwa kita sudah berdosa, kita perlu berdoa seperti Daud juga, Pak Paul ?
GS : Tanda yang kelima apa, Pak Paul ?
PG : Yang terakhir adalah kita kehilangan kekudusan Tuhan, Pak Gunawan, kita coba lihat Simson, dia adalah seorang anak yang dikuduskan atau dipisahkan secara khusus untuk menjadi hamba Tuhan, tu sebabnya sejak lahir dia tidak memotong rambutnya sebagai tanda perjanjian antara dirinya dengan Tuhan dan sebagai tanda dia adalah abdi Allah.
Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan lewat minyak yang dituangkan Samuel di atas kepalanya, Tuhan menetapkan Saul untuk menjadi abdi Allah. Namun sayang pada akhirnya keduanya tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan di dalam diri mereka. Misalnya Simson, dia malah menikah dengan perempuan Filistin, bangsa yang menindas umat Tuhan dan tidak menyembah kepada Tuhan Allah dan dia pun menjalani kehidupan moral yang tidak terpuji dan tidak menghiraukan kekudusan Tuhan pada dirinya. Begitu juga dengan Saul, pada akhirnya dia lupa diri dan dia malah membunuh para imam karena mereka menolong Daud. Jadi ini adalah benar-benar tanda yang jelas. Akhirnya kalau kita menjauh dari Tuhan, kita tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan.
GS : Ini seringkali terjadi ketika seseorang itu berada di dalam kelompoknya, tidak mendukung dia sebagai seorang anak Tuhan, sehingga dia lebih condong kepada pergaulan yang menjauhkan dia dari Tuhan seperti tadi yakni Simson menikah dengan orang Filistin, demikian juga dengan Raja Saul, Pak Paul, bukan orang-orang yang sebenarnya bisa membantu dia untuk datang kepada Tuhan.
PG : Pada akhirnya waktu kita itu menjauh dari Tuhan, Pak Gunawan, kita memang makin merasa tidak nyaman berada dengan anak-anak Tuhan. Dan itu merupakan hukum alam, karena kita semakin berubahdan berdosa.
Jadi kita semakin tidak nyaman bersama dengan orang-orang yang rohani dan akhirnya kita memilih mereka. Dan memang ada yang berkata,"Gara-gara mereka kita terbawa arus, tapi sebetulnya menurut saya ini ada hubungannya dengan kedua belah pihak dan tidak hanya secara pasif kita diseret keluar. Kita memang memilih teman-teman yang ada di luar Tuhan itu karena kita merasa lebih nyaman di tengah-tengah mereka.
GS : Jadi sebenarnya tidak ada seorang pun yang bisa merenggut kekudusan yang Tuhan berikan kepada kita, kecuali kita yang menyerahkan kekudusan itu kepada orang lain atau bahkan kepada iblis.
PG : Betul sekali, jadi waktu kita itu kehilangan kehormatan terhadap kekudusan Allah, pada akhirnya memang tidak ada lagi yang bisa menjadi rem buat kita dan kita akan menjadi semakin jauh dansemakin jauh dalam tindakan kita.
Contoh di dalam kisah Raja Saul adalah karena dia mendengar bahwa imam-imam itu menolong Daud memberikannya roti dan pedangnya Goliat, dia begitu marah dan menyuruh bawahannya seorang Edom untuk membunuh semua imam itu padahal tidak ada kesalahan, tapi dia sudah gelap mata dan dia menyuruh tentaranya dan tentaranya juga tidak berani karena masih menghormati kekudusan Tuhan.
GS : Kalau itu kita aplikasikan di dalam kehidupan kita saat ini seperti apa, Pak Paul?
PG : Kalau kita ini mulai menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan, biasanya kita mulai bersikap seenaknya terhadap perintah Tuhan, tatkala melanggarnya pun kita tidak meraakan apa-apa dan misalnya kita mulai kehilangan hormat terhadap rumah Tuhan dan para hamba-Nya, dan memang saya tahu rumah Tuhan adalah benda dan hamba Tuhan adalah orang yang berdosa pula, namun keduanya telah ditetapkan sebagai lambang dari kehadiran Tuhan di muka bumi.
Begitu kita mulai kehilangan kekudusan terhadap rumah dan hamba Tuhan, biasanya kita pun akan mulai kehilangan hormat terhadap kekudusan perintah Tuhan. Waktu kita mendengar perintah Tuhan diberitakan, kita mulai meremehkannya dan tidak lagi menganggap serius, ketika kita mulai kehilangan hormat akan kekudusan perintah Tuhan, kita pun kehilangan hormat kepada kekudusan Tuhan sendiri dan akhirnya benar-benar tidak memiliki rem dan kita berbuat semaunya.
GS : Dan itu yang terjadi baik terhadap Saul maupun Simson, jadi tidak lagi menghiraukan bahwa Tuhan itu kudus dan sebagainya, dianggap semacam dewa atau bagaimana ?
PG : Jadi sama sekali tidak ada di dalam pikiran mereka, kalau pun ada, Tuhan adalah seperti sebuah konsep yang abstrak, Dia ada di sana dan saya ada di sini dan saya bebas berbuat apa pun dan uhan tidak akan berbuat atau berkata apa pun kepada saya.
GS : Tetapi Tuhan tidak akan membiarkan diri-Nya diperlakukan seperti itu oleh manusia, Pak Paul.
PG : Makanya pada satu titik Tuhan bertindak dan pada saat Tuhan bertindak, biasanya pukulan itu sangat keras, tidak ada yang namanya pukulan-pukulan ringan waktu orang sudah tidak lagi menghorati kekudusan Tuhan.
GS : Dalam hal ini, Pak Paul, apakah Tuhan sudah meninggalkan Saul maupun Simson ?
PG : Pada saat itu saya kira Tuhan terus menunggu sampai titik terakhir, kalau pada titik terakhir Saul bertobat maka saya percaya di titik akhir tangan Tuhan akan terulur, sebab itu yang dilakkan oleh penyamun yang disalib di sebelah Tuhan.
Di titik akhir sebelum dia meninggal dunia, dia memang bertobat dan dia meminta supaya Tuhan Yesus mengingatnya. Jadi Tuhan selalu siap memegang tangan kita, kalau saja kita mengulurkan tangan kepada-Nya.
GS : Tapi kita baca di Perjanjian Lama, sebuah konsep yang jelas dimana Roh Tuhan meninggalkan dia.
PG : Dan memang jelas ditulis di dalam kisah Saul itu yaitu Roh Tuhan meninggalkan Saul. Jadi itu adalah suatu perkataan yang sangat keras sekali, seolah-olah Roh Tuhan tidak bisa lagi hadir didalam diri manusia yang bernama Saul itu, karena memang sudah begitu kotor dan tidak bisa lagi mau menggubris Tuhan, tapi saya tetap percaya meskipun meninggalkan tapi Tuhan siap untuk kembali kalau Saul berseru meminta tolong dan bertobat kepada Tuhan.
GS : Bagaimana dengan kita yang hidup di dalam Perjanjian Baru ini, Pak Paul ? Apakah Roh Kudus yang sudah ada di dalam diri kita itu juga akan meninggalkan kita kalau kita itu melakukan dosa terus-menerus ?
PG : Pak Gunawan, saya percaya kalau memang kita akhirnya tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan dan berbuat seenaknya maka pada akhirnya tidak mungkin Roh Kudus bersemayam di dalam diri kita lgi, namun Dia tetap menunggu sampai titik terakhir, Dia tetap menunggu kalau kita berseru dan meminta-Nya kembali dan bertobat, Dia akan segera kembali.
GS : Firman Tuhan apa yang ingin Pak Paul sampaikan sehubungan dengan hal ini ?
PG : Mazmur 89:7,8 berkata,"Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan Tuhan, yang sama seperti Tuhan di antara penghuni sorgawi ? Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus, dan sanat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya".
Jadi mazmur ini menekankan yang pertama, tinggi dan kudusnya Tuhan, tidak ada yang bisa disejajarkan dengan Tuhan. Tapi yang kedua adalah yang indah yaitu Allah disegani oleh orang-orang kudus dan sangat ditakuti. Jadi orang-orang yang takut dan menyegani Tuhan adalah orang-orang kudus dan orang yang tidak lagi hidup di dalam kekudusan dan tidak menghormati kekudusan Tuhan, tidak peduli dan tidak menyegani Tuhan apalagi takut kepada Tuhan, maka akhirnya mereka hidup seenaknya.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini, dan para pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja menyelesaikan perbincangan tentang"Tanda-Tanda Orang yang Meninggalkan Tuhan" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.