Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini bersama Ibu Wulan, S.Th., kami akan berbincang-bincang bersama dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Makna Kematian buat Anak", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Heman, ini suatu tema yang sangat menarik yang mungkin jarang dibicarakan, bahkan ada orang yang merasa enggan untuk membicarakan hal ini. Sebenarnya bagaimana kita bisa membicarakan masalah yang begitu serius, begitu sulit dibicarakan bahkan oleh orang dewasa tapi kita mau membicarakannya dengan anak tentang kematian?
HE : Ya, karena kematian itu sering kali suatu topik yang kita hindari, kita merasa kurang enak, kurang nyaman kalau kita membicarakannya. Itu sebabnya kadang-kadang kita susah untuk membicaakannya bersama dengan anak.
GS : Sebenarnya kenapa Pak Heman, kita sendiri merasa enggan untuk membicarakan kematian?
HE : Ada beberapa kemungkinan penyebab yang saya amati, kemungkinan pertama adalah kita mungkin memperoleh pengaruh budaya yang berkaitan dengan takhayul. Dan kita tahu bahwa budaya Timur bayak takhayul tentang kematian ini.
Seolah-olah kalau kita membicarakannya sepertinya kita akan lebih mudah mengalami musibah. Sudah barang tentu pandangan demikian kurang tepat, karena bagi orang percaya hidup dan mati kita berada di tangan Tuhan yang telah mengalahkan maut. Kemungkinan kedua, kita sering mengaitkan dengan sesuatu yang menyedihkan. Mungkin ada hubungannya dengan kematian orang tua kita, saudara kita atau kerabat kita yang kita kasihi, nah untuk itu dalam hal ini kita perlu belajar untuk menerima kenyataan kematian kekasih kita terlebih dahulu.
WL : Apakah manfaatnya kalau kita membicarakan mengenai kematian kepada anak, Pak Heman?
HE : Kita perlu membicarakannya supaya anak memperoleh pengertian yang benar mengenai kematian. Sesuai dengan perkembangannya, anak yang masih muda memang sulit memahami tentang kematian, naun kita tetap perlu membicarakannya supaya anak memperoleh pengertian mengenai hal ini.
Kalau kita balik, apabila anak keliru konsep tentang kematian maka anak akan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dan kadang-kadang hal ini akan menyebabkan rasa duka yang sulit diselesaikan pada diri anak.
GS : Sebenarnya konsep yang salah itu seperti apa, Pak?
HE : Konsep yang salah itu misalnya anak memandang kematian sama dengan tidur, tidur yang sangat panjang yang tidak bangun-bangun lagi. Kematian misalnya juga bukan hal yang permanen, sehinga kadang-kadang anak mengharapkan sesuatu yang tidak masuk akal misalnya dia meminta binatang peliharaan yang sudah mati dan minta orang tuanya untuk membangunkannya lagi.
GS : Ada juga yang mengatakan bahwa kematian itu seperti pergi ke tempat yang jauh dan indah yang lama tidak kembali-kembali.
HE : Ya, itu adalah beberapa konsep tentang kematian yang mungkin terjadi.
GS : Nah, kalau hal itu dibicarakan kepada anak, apakah tujuannya adalah supaya anak bisa memahami dengan bahasanya anak-anak.
HE : Memang di sini kita berhadapan dengan anak yang belum cukup matang dan kadang-kadang kita memang tidak bisa menjelaskan semuanya sekaligus. Dan dalam hal ini kita tetap bertanggung jawa untuk menjelaskan sebisa mungkin supaya anak bisa memahami secara lebih tepat.
GS : Itu momentnya saat bagaimana Pak Heman, bukankah kita tidak bisa tiba-tiba membicarakan tentang kematian terhadap anak itu?
HE : Betul, dan ada beberapa moment. Yang pertama, pada saat kita bercerita biasa saja kemudian ada cerita-cerita atau dongeng tentang kematian nah kita bisa menjelaskan sedikit di situ. Kemdian juga saat misalnya kita sedang menghadapi seorang kerabat atau orang dekat atau siapa saja yang meninggal atau anak mengatakan bahwa orang tua dari temannya itu meninggal, nah itu saat yang baik juga untuk menjelaskan tentang kematian kepada anak.
Dan satu kesempatan lagi yaitu kalau anak mempunyai binatang peliharaan, nah itu kesempatan yang baik untuk menjelaskan tentang kehidupan dan kematian kepada anak.
GS : Pak Heman, dalam keadaan yang bagaimana terjadinya kesalahan konsep yang tadi Pak Heman katakan atau yang kita bicarakan itu bisa terjadi?
HE : Kadang-kadang misalnya kalau anak itu kita lindungi dari perasaan dukanya, kemudian kita berusaha untuk misalnya "menghibur" dia dengan sesuatu yang tidak benar, itu bisa menyebabkan ank mengalami atau memperoleh konsep yang salah tentang kematian.
Nah, sebagai contoh misalnya ada binatang peliharaannya itu mati, kemudian kita diam-diam membelikan anak binatang yang mirip. Kelihatannya anak memang tidak sedih lagi, tetapi dengan demikian dia memperoleh konsep yang salah tentang kematian karena seolah-olah kematian itu bukan sesuatu yang permanen.
WL : Pak Heman, kalau secara tidak sadar orang tua belum memiliki pengetahuan yang tepat mengenai bagaimana menyampaikan konsep yang benar kepada anak tentang kematian tapi sudah terlanjur salah menyampaikannya, apakah dampaknya terhadap anak?
HE : Ada beberapa dampak, misalnya kalau kita sampai memberikan konsep bahwa mati itu sama dengan tidur yang panjang, untuk anak yang peka mungkin saja mereka tidak berani tidur karena takuttidak bisa bangun lagi.
Atau misalnya beberapa konsep ada anak yang sampai menulis surat kepada sahabatnya yang sudah meninggal atau bahkan ada yang menulis surat kepada ayahnya di tempat yang jauh, di tempat yang dikatakan indah sekali padahal ayahnya itu sudah meninggal. Nah, ketika anak melakukan hal ini, dia tidak mendapat fakta yang sebenarnya ada rasa duka yang prosesnya belum selesai. Misalnya pada suatu ketika anak itu dewasa dan dia tahu fakta yang sebenarnya dia bisa marah sekali kepada orang tuanya atau kepada kita yang tidak menjelaskan dengan benar tentang kematian. Karena seolah-olah dia merasa dibohongi.
WL : Kalau misalnya untuk sementara waktu saja tidak sampai dewasa, jadi istilahnya masa transisi, dia 'kan belum dewasa, belum cukup kuat, ya kita biarkan dia menulis surat, seolah-olah papanya masih ada di suatu tempat yang dia tidak tahu, suatu tempat yang indah seperti yang tadi Pak Heman jelaskan, nanti setelah dewasa baru diberitahu, itu dampaknya tetap buruk Pak Heman?
HE : Ya menurut saya begitu, karena kita perlu memberi kesempatan kepada anak untuk melalui proses kedukaan ini secara wajar. Dan kalau dia sudah berhasil melewati proses ini baru nanti kitamembantu dia untuk mengatasi perasaan duka ini, saya kira itu akan lebih sehat.
GS : Pak Heman tadi mengatakan bahwa saat yang tepat kita itu menjelaskan tentang kematian adalah pada saat hewan kesayangannya ada yang mati. Nah bagaimana kita itu menjelaskan, bukankah hewan dan manusia itu sesuatu yang berbeda?
HE : Ya betul, dan di dalam kesempatan ini tentu saja kita perlu menjelaskan bahwa ada perbedaan antara kematian binatang dan manusia. Misalnya saja kita bisa menjelaskan bahwa jiwa manusia tu berharga di mata Allah, karena itu Allah menyelamatkan manusia berdosa melalui anakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus.
Sedangkan binatang itu diciptakan untuk hidup manusia, mungkin dengan penjelasan seperti ini anak akan mempunyai konsep yang lebih tepat mengenai kematian.
GS : Tapi binatang itu adalah binatang yang dia sayangi, yang tiap hari berkumpul atau bermain dengan binatang itu, kalau kita menjelaskan seperti itu apakah dia tidak lebih sedih lagi, seolah-olah kita itu menyepelekan binatang kesayangannya.
PG : Ya mungkin kita perlu membedakan dua hal ini yaitu yang pertama soal perasaan. Kita tangani perasaan itu terlebih dahulu dengan menerima bahwa dia tidak apa-apa berduka dan itu sesuatu al yang wajar, bahwa kalau kita kehilangan suatu makluk apalagi orang yang kita kasihi, kita wajar kalau berduka.
Yang kedua adalah hal konsep, untuk hal konsep ini kita perlu memberikan penjelasan-penjelasan. Jadi kita bedakan dua hal ini, untuk perasaan kita terima sedangkan untuk konsep kita luruskan.
WL : Pak Heman, itu tadi penjelasan tentang sama-sama makluk hidup, yang satu binatang, yang satu manusia. Bagaimana kalau benda yang bergerak dibandingkan dengan makluk hidup yang bergerak, bukankah anak-anak kadang-kadang sulit membedakan, dianggapnya itu hidup juga, bagaimana penjelasannya untuk hal ini Pak?
HE : Betul, ini bagian yang agak sulit terutama buat anak-anak yang masih muda. Kita bisa menjelaskan bahwa diri kita dan mereka itu adalah hidup, jadi anak itu hidup dan mereka berbeda dengn benda yang tidak hidup.
Misalnya mainan itu bisa bergerak bukan berarti mainan itu mempunyai kehidupan, nah kita membantu anak untuk memahami bahwa kalau makluk hidup itu bedanya bernafas, dia perlu makan, perlu minum, jantungnya berdegup untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Dan kematian itu berarti berhentinya nafas, berhentinya kerja jantung, berhentinya semua aktifitas, orang mati tidak dapat melakukan apapun juga. Kalau misalnya mainan, itu karena ada baterainya, nah kita bisa menjelaskannya seperti itu.
WL : Pak Heman, dengan kemajuan teknologi saat ini, lebih-lebih yang saya dengar di Jepang bahwa mainan-mainan sudah sangat maju. Ada mainan yang bisa kita beri makan, ada yang minta minum, harus dirawat, tidur, itu mungkin anak akan lebih sulit membedakan bahwa itu benar-benar benda mati ya Pak?
HE : Ya betul, jadi memang manusia pandai sekali menciptakan hal-hal seperti itu. Nah, kalau misalnya mainan-mainan yang seperti itu sudah mulai ada di Indonesia dan mungkin kita miliki, memng itu bagian yang lebih sulit untuk dijelaskan.
Tetapi kita tetap bisa menjelaskan bahwa kalau yang dibuat oleh manusia, nah manusia sampai saat ini tidak bisa membuat kehidupan, kehidupan hanya diberikan oleh Tuhan.
GS : Dan kenyataannya anak harus menghadapi bahwa setiap makluk hidup baik manusia atau hewan suatu saat harus mati, nah ini bagaimana kita menjelaskan kepada anak supaya anak itu jangan merasa takut karena nanti suatu saat saya akan mati juga?
HE : Kadang-kadang ketakutan memang tidak bisa dihindarkan sepenuhnya, tetapi kita perlu siapkan anak bahwa pada akhirnya semua manusia akan mati. Tetapi sampai titik ini kita tidak berhenti kita sebagai orang percaya mempunyai pengharapan dan kita bisa menjelaskan bahwa kematian manusia bukan akhir dari segalanya.
Barangkali itu kuncinya.
GS : Sering kali anak melihat di tayangan TV dan sebagainya cerita-cerita khayal yang menunjukkan bahwa yang sudah mati ini bisa hidup kembali. Ini kadang-kadang sulit menerangkan kepada anak-anak.
HE : Ya, mungkin ini betul bagian yang sulit, kita perlu juga lebih banyak bercerita kepada anak hal-hal dari Alkitab, dari dunia nyata. Dan perlu kita jelaskan kepada anak bahwa antara kehiupan nyata dengan cerita atau dongeng atau yang dikarang oleh manusia itu berbeda.
Jadi ada fakta yang anak perlu kenali dan ada juga fiksi. Betul pada anak yang masih muda ini lebih sulit, tapi secara bertahap anak harus tahu bahwa yang benar adalah kematian itu sesuatu yang permanen, memang betul pada saat manusia itu mati di dunia ini dia tidak akan hidup kembali, tetapi kematian bukan akhir dari segalanya, jadi masih ada kehidupan di alam sana, kehidupan atau kebinasaan yang kekal. Nah, kita di sini bisa menjelaskan hal-hal yang rohani bahwa orang yang percaya akan masuk ke kehidupan yang kekal.
GS : Pak Heman, sehubungan dengan hal itu bagaimana kita menjelaskan tentang kebangkitan Tuhan Yesus yang juga kita terangkan kepada anak bahwa Tuhan Yesus itu setelah meninggal, tiga hari kemudian Dia bangkit?
HE : Di sini bedanya kita menjelaskan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Dia memang lahir sebagai manusia, tetapi Dia mengalahkan maut dan itulah pengharapan dari kita. Jadi kita yang mati i dalam dosa, kita akan bangkit nantinya karena kebangkitan Tuhan Yesus yang kita percayai.
Memang tidak semuanya anak bisa langsung pahami, salah satu contoh misalnya soal kekekalan, karena kekekalan ini baru akan dipahami anak mungkin kalau anak remaja, anak mulai bisa berpikir secara abstrak, kekekalan itu banyak berkaitan dengan pikiran abstrak.
GS : Pak Heman, apakah ada dampak yang negatif kalau anak itu melihat seseorang yang meninggal dengan cara yang tidak wajar, misalnya bunuh diri atau tertabrak sampai luka parah, itu ada pengaruhnya atau tidak terhadap anak?
HE : Tentu saja ada, tetapi kita bisa menjelaskan seperti ini. Apapun cara seseorang itu mati dengan cara yang tragis misalnya tetapi kalau seseorang itu sudah hidup di dalam Tuhan, kematianya adalah kematian yang berharga juga di mata Tuhan.
Dan kita tidak membedakan cara seseorang mati tetapi apakah seseorang itu mati di dalam Tuhan atau di luar Tuhan.
WL : Pak Heman, biasanya kalau acara melayat, kita sering menemukan orang tua menghindarkan anak dari acara-acara seperti itu, walaupun itu sebetulnya keluarga terdekat, apakah kakak dari si anak atau ayah. Itu sebenarnya positif atau negatif kalau menurut Pak Heman?
HE : Saya pribadi berpendapat adakalanya anak juga boleh diajak ke tempat pemakaman, terutama pemakaman orang-orang terdekat dengan kita. Saya sendiri mengajak anak saya menghadiri pemakamandengan asumsi saya bisa mengajarkan hal yang benar kepada mereka.
Selain itu juga penyelesaian masalah kedukaan tadi bahwa upacara penguburan itu sepertinya menutup bagian dari sejarah hidup kita dan di sana ada perpisahan. Ketika anak mengalami perpisahan itu, anak sepertinya bisa lebih tuntas di dalam penyelesaian masalah emosionalnya.
WL : Kalau anaknya Pak Heman mungkin sudah remaja ya, kalau anak-anak apakah itu bisa mengerti?
HE : Ya saya mengajak anak saya ke tempat pemakaman itu mungkin sejak usia 6 tahun, 7 tahun mereka sudah menghadiri.
WL : Mereka memahami Pak?
HE : Tentu saya percaya tidak sepenuhnya mereka dapat memahami, tetapi mereka akan lebih cepat mengerti nantinya.
GS : Kesedihan yang mereka alami, karena nanti itu ada suatu perpisahan, apakah itu bisa cepat hilang daripada kita yang dewasa ini?
HE : Tergantung siapa yang hilang dan seberapa jauh kedekatan mereka. Kadang-kadang anak merasa kehilangan karena kematian, itu tidak terlalu nampak dari luarnya tetapi diam-diam mereka menympan kedukaan.
Jadi sekali lagi justru di sini pentingnya kalau anak tidak mendapatkan konsep yang jelas, dia bisa marah.
GS : Tetapi untuk menjelaskan itu bukankah tidak mungkin sekaligus mereka bisa pahami?
HE : Di sini kuncinya adalah kesabaran kita dan kalau misalnya ada sesuatu yang mungkin semakin membuat anak bingung, dan kita sendiri sulit untuk menjawabnya mungkin lebih bijaksana kalau kta katakan misalnya soal kekekalan, anak belum bisa memahami seluruhnya, kita katakan: "Pelan-pelan kamu akan lebih mengerti tentang kekekalan, Papa atau Mama belum dapat menjelaskan semuanya nanti akan kita bicarakan lagi mengenai hal ini kalau kamu sudah lebih besar nanti.
Misalnya dengan cara begitu jadi anak bisa lebih puas.
GS : Pak Heman, bagi anak yang sudah memahami tentang kematian, kemudian dia mempunyai sikap yang lain terhadap kematian artinya tidak lagi takut menghadapi kematian atau bagaimana, Pak?
HE : Setidaknya dia akan lebih siap menghadapi kematian orang lain, kerabat dekatnya maupun dirinya sendiri. Dia tahu bahwa semua orang akan mati itu yang pertama, dan yang kedua, kematian bkan berarti akhir dari segalanya jadi anak mempunyai pengharapan dibalik kematian itu.
Sekalipun ada rasa duka tetapi bukan rasa duka yang tak terselesaikan.
GS : Nah, sering kali waktu menghadapi jenazah kita itu mempunyai perasaan yang agak lain dengan menghadapi pada saat dia hidup, itu sebenarnya perasaan apa yang muncul dalam diri kita?
HE : Kadang-kadang bisa perasaan kehilangan, sesuatu perasaan yang asing, aneh karena kita tidak bisa mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi dengan orang yang meninggal itu sampai pada saat ungkin kita sendiri meninggal.
GS : Makanya kadang-kadang kita itu tidak mengajak anak atau tidak melibatkan anak, karena anak itu sering kali ingin tahu, bertanya-tanya, nah kita itu sudah merasa sedih, merasa kehilangan kemudian ditanya-tanya seperti itu menjadi tidak enak, Pak Heman.
HE : Di dalam situasi seperti itu kita boleh saja mengatakan seperti ini: "Ya, Papa mengerti kamu ada banyak pertanyaan, ada hal yang belum kamu pahami, boleh tidak nanti setelah selesai sema, sesudah sampai di rumah dan sudah tenang baru Papa jelaskan tentang hal ini lebih banyak kepada kamu."
GS : Itu masih lebih bisa diterima oleh anak ya.
HE : Ya, kalau kita langsung marah-marah, dikhawatirkan untuk seterusnya anak tidak berani lagi bertanya kepada kita. Dan juga yang sangat penting di sini adalah supaya anak memahami juga tetang konsep-konsep rohani misalnya tentang dosa, kematian itu akibat dosa, tentang penyelamatan dari Yesus Kristus.
GS : Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa mendukung kita untuk mengajarkan atau menjelaskan tentang kematian ini kepada anak kita?
HE : Ada satu ayat yang bagus sekali dari Mazmur 116:15, "Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihiNya."
GS : Itu kita jelaskan bagaimana kepada anak?
HE : Bahwa kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, kita yang sudah percaya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dan kematian kita itu bukan kematian yang sia-sia tetapi sesuatu yang erharga di mata Tuhan.
GS : Jadi kita mesti menjelaskan kepada anak-anak ini dengan bahasa mereka supaya mereka mengerti dan menghadapi kenyataan hidup yang pasti suatu saat akan berakhir. Terima kasih Pak Heman dan juga Ibu Wulan untuk perbincangan pada kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Makna Kematian buat Anak". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs atau website kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.