Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Hidup Fleksibel". Kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
PG : Di Amerika Pak Gunawan, orang-orang sering kali mengucapkan mungkin disebut peribahasa yaitu don't take life to seriously, janganlah terlalu serius menghadapi hidup. Saya kira peribahasa ii mempunyai banyak kebenarannya terutama pada dewasa ini, saya melihat salah satu sumber penyakit adalah ketegangan, kita ini terlalu tegang dan kenapa tegang sebab kita menjalani hidup serius.
Saya juga tidak berkata anggaplah hidup ini sebuah permainan jadi kita sembarangan hidup bukan itu yang saya maksud, tapi yang saya maksud adalah kita hidup tidak terlalu tegang, sehingga menjalani hidup ini dengan lebih santai dan rileks, saya kira sikap-sikap inilah yang akan membentuk sikap hidup yang sehat.
GS : Sering kali kalau kita tidak serius, cenderung orang itu mengatakan bahwa kita tidak mempunyai pendirian, tidak tegas di dalam kehidupan kita, kurang mempunyai prinsip, nah itu bagaimana Pak Paul?
(1) PG : Saya kira yang dimaksud dengan fleksibel bukannya berarti tidak berpendirian. Fleksibel itu bukanlah berarti kita selalu seperti bunglon berubah-ubah sesuai dengan situasi yang menguntngkan kita, adakalanya tidak fleksibel dalam pengertian dia tidak mengubah pendiriannya, dia akan berdiri dengan tegak dan berkata inilah pendirian saya dan saya akan terus pertahankan ini.
Jadi yang saya maksud dengan fleksibel bukan itu, jadi pertanyaan berikutnya lagi adalah kalau begitu apa yang dimaksud dengan fleksibel di sini. Yang pertama fleksibel adalah menyadari bahwa hidup di tangan Tuhan, jadi kita menyadari Tuhan bekerja sesuai rencanaNya dan kita hanyalah bagian dari rencana Tuhan, tidak semua hal bergantung pada kita. Nah, kadang-kadang kita ini hidup seakan-akan semua hal bergantung pada kita kalau kita tidak ada, semuanya berantakan, jadi kita ini merasakan tanggung jawab yang terlalu besar pada pundak kita. Orang yang memikul tanggung jawab seperti itu akan susah fleksibel, sebab dia merasa bahwa semua itu berpulang pada dia, jadi dialah yang harus memutuskan segalanya. Yang ingin saya katakan adalah sadarilah bahwa ada Tuhan dalam hidup ini dan bahwa semua hal dalam hidup ini sebetulnya berada pada tangan Dia juga. Saya juga tidak berkata jadilah orang yang fatalis, yaitu ya sudah terserah Tuhan, semuanya terserah Tuhan tidak usah berusaha, tidak usah berbuat apa-apa, bukan itu yang saya maksud. Kita bekerja kita melakukan bagian kita, tapi berikan bagian Tuhan kepada Tuhan jangan kita mengambil alih bagian Tuhan bahwa itu juga harus kita kerjakan.
GS : Ya mungkin yang sulit itu justru o...ini bagian saya, o.......ini bagian Tuhan begitu Pak.
PG : Saya pernah mendengar atau membaca sebuah pepatah yaitu jadilah dirimu, namun jadilah dirimu yang paling baik, saya kira itu hasil yang baik. Artinya jangan kita itu cepat puas dan berkatasaya hanya bisanya sampai di sini ya sudah, saya kira kita harus mencoba memaksimalkan, namun setelah maksimal kita harus berhenti dan berkata tidak ada lagi yang bisa saya lakukan dan saya harus serahkan kepada Tuhan.
Jadi orang yang fleksibel menjadi orang yang lebih tenang, tidak terlalu diburu-buru bahwa semuanya itu harus sesuai dengan rencana dan kehendak dia, bahwa masih ada Tuhan yang mengatur segalanya dan bahwa Tuhan berkuasa, berkuasa lebih dari kuasa kita sendiri, sehingga yang mustahil bisa akan terjadi. Yang kita anggap tidak mungkin akhirnya bisa karena Tuhan tetap berkarya.
GS : Dalam hal ini Pak Paul apakah itu tidak menyangkut temperamen seseorang, memang ada orang yang serius, segala sesuatu dipikirkan dengan sangat detail, tapi ada orang yang memang santai.
PG : Saya kira ada pengaruhnya Pak Gunawan, ada orang-orang yang memang bawaannya serius dan menganggap semua hal itu serius dan sikapnya cenderung lebih tegang, juga kebalikannya dengan orang ang lebih santai.
Jadi kalau memang ada pengaruh dari kepribadian masing-masing harus disadari, mungkin yang terlalu santai itu perlu belajar untuk sedikit lebih menuntut diri, berdisiplin diri, sedangkan yang lebih serius untuk belajar lebih mundur sehingga lebih kendor sedikit, misalkan seperti itu.
GS : Berarti harus ada perubahan dalam diri orang itu Pak?
PG : Saya kira demikian, jadi mesti ada perubahan. Ini membawa kita ke point berikutnya Pak Gunawan, sebetulnya apa fleksibel. Tadi saya katakan fleksibel orang yang menyadari ada Tuhan dan baha hidup ini di tangan Tuhan, bahwa semua ini tidak bergantung pada dirinya.
Yang kedua, rang yang fleksibel adalah berani berubah sebab dia berani mengintrospeksi diri. Orang yang fleksibel itu orang yang berani melihat hal-hal apa dalam dirinya itu yang perlu diperbaiki, yang perlu ditambah, sehingga akhirnya dia berani berubah. Orang yang tidak fleksibel, orang yang sulit sekali melihat dirinya, kalaupun melihat dirinya hanyalah melihat secara selektif hanya hal-hal yang ingin dia lihat, yang baik untuk dirinya, yang dia memang yakini sebagai dirinya. Tapi hal-hal yang dia lihat berlawanan dengan hal-hal yang dia pikir tentang siapa dirinya, itu dia abaikan, dia tidak mau melihatnya. Jadi orang yang seperti ini orang yang luar biasa kakunya, hanya satu arah melihat dari kacamata dia, masukan orang tidak akan dia serap.
GS : Apakah ada ciri yang lain di dalam diri seseorang yang fleksibel, Pak Paul?
PG : Yang lain lagi orang yang fleksibel adalah berani menerima yang tak diduga, karena menyadari bahwa jika Tuhan yang memberi, Dia pula yang akan memampukan kita untuk menerimanya. Kadang kal kita ini mengatur hidup sedemikian rupa, sehingga kita ini sudah bisa memproyeksikan hidup kita misalnya 25 tahun di muka, semua harus terantisipasi, tidak ada yang tak terduga, orang yang seperti ini saya kira akan cukup sengsara dalam hidup kalau hidupnya ini tidak berkembang seperti yang dia inginkan.
Tapi orang yang fleksibel orang yang bisa berkata: saya membuat rencana, Tuhan juga tidak melarang kita membuat rencana, tapi seperti dalam Yakobus dikatakan, selalulah berkata jika Tuhan kehendaki, ini bukan hanya basa-basi di mulut tapi suatu keyakinan bahwa memang segalanya ditentukan oleh kehendak Tuhan. Nah, orang yang fleksibel akan bisa berkata: jika Tuhan kehendaki, rencanaku ini begini kalau Tuhan tidak kehendaki ya tidak apa-apa. Jadi orang yang fleksibel orang yang bisa menerima apapun porsi yang Tuhan berikan kepadanya, sehingga dia lebih bisa untuk juga melewatinya. Saya pernah berbicara dengan seseorang yang terkena serangan jantung, akhirnya menderita stroke untuk waktu yang cukup lama namun bisa sembuh kembali. Saya tanya pada dia, apa kiatmu kok bisa melewati masa stroke itu sedangkan dia orang yang sangat produktif sekali. Dia berkata: pada akhirnya kuncinya adalah bisa menerima bahwa inilah bagiannya dia, porsinya dia, bahwa sekarang dia tidak bisa selincah dulu lagi. Orang yang bisa menerima kondisinya inilah porsi yang Tuhan berikan itu adalah orang yang lebih bisa fleksibel, orang yang bisa jalan lagi dalam hidup.
GS : Sering kali justru kita itu menyesali yang terjadi dalam diri kita itu Pak Paul, kenapa saya sampai seperti ini dan itu yang membuat makin tegang.
PG : Ya saya kira sebagai reaksi awal itu hal yang normal, apalagi kalau itu musibah yang berat misalnya ini kok terjadi pada diri kita, tidak seharusnya ini terjadi, itu reaksi yang alamiah. Nmun setelah itu kita harus melanjutkan perjalanan hidup kita, kita tidak bisa lagi hidup di masa lampau kok ini terjadi, tidak bisa kita harus berkata inilah yang terjadi, inilah porsi saya, saya akan terima, saya akan jalan lagi.
Jadi saya akan coba hidup produktif seperti yang Tuhan telah berikan pada saya.
GS : Jadi orang yang fleksibel bukan orang yang tidak mempunyai pendirian Pak Paul, apakah ada contoh konkret di dalam Alkitab?
PG : Sebelum kita ke Alkitab Pak Gunawan, saya akan menunjukkan orang yang fleksibel yang saya tahu. Misalkan Jonny Ericson Tada, Jonny Ericson Tada itu tidak bisa berjalan, leher ke bawah dia umpuh.
Umur 17 tahun dia terjun ke danau dia sangka danaunya dalam ternyata tidak dalam, sehingga kepalanya menumbuk dasar danau, lumpuh dari leher ke bawah. Seorang gadis yang cantik, energik tiba-tiba lumpuh. Dia bergumul keras sekali, sehingga mau mati dan sebagainya tapi akhirnya dia bisa terima kondisinya dan Tuhan memakai dia di Amerika Serikat. Pelayanannya Jonny and friend itu pelayanan yang Tuhan berkati, menolong dan memberikan bantuan kepada para penyandang cacat di sana. Nah, artinya Jonny menerima porsinya, tentu tidak mudah, sudah tentu penuh perjuangan, tapi akhirnya sewaktu dia menerima, dia melihat Tuhan memakainya, dia menjadi berkat buat penyandang cacat. Sebelum Jonny belum ada lembaga Kristen yang khusus menangani orang-orang yang menyandang cacat, jadi setelah Jonny cacat barulah dimulai dan dikembangkan kesadaran kepada para penyandang cacat ini. Jadi sekali lagi kita melihat orang yang berhasil menerima porsinya, itu salah satu ciri kefleksibelan. Kalau di Alkitab yang saya langsung teringat adalah Ayub Pak Gunawan, Ayub ini seorang yang kaya raya, dikatakan dombanya 7000-an, 3000-an, anaknya pesta bersenang-senang, hidup yang rohani, Ayub mempersembahkan korban kalau-kalau anaknya telah berdosa jadi dia minta ampun kepada Tuhan, ayah teladan, cinta Tuhan, cinta keluarga. Tapi mengalami musibah kehilangan, anak-anaknya mati semua, hartanya habis, dan bahkan terakhir dia menderita penyakit, penyakit yang membuat dia menggaruk-nggaruk kulitnya dengan beling karena begitu sakit dan gatalnya. Jadi menjadi begitu menjijikkan, sehingga dia sendiri berkata: "teman-temannya menjauhkan diri darinya, sahabat karibnya meninggalkan dia, anak induk semangnya dan bahkan kanak-kanak mengejek aku," kata Ayub. Dan bahkan nafasku pun kata Ayub memancing kemarahan atau kebencian dari istrinya sendiri, berarti dia sudah begitu terlempar jauh dalam hidup dan sudah tentu susah menerima hal-hal seperti itu, susah sekali, maka Ayub sering kali datang kepada Tuhan dan berteriak, berseru menggugat Tuhan dan tidak apa-apa Tuhan menerima, Tuhan mendengarkan, Tuhan tidak memarahi Ayub karena Ayub kesakitan. Tapi ada perkataan Ayub yang ingin saya munculkan di sini, Ayub berkata : "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan." Dan dia mendasarinya atas satu hal yang sangat sederhana, "dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan." Suatu sikap hidup yang luar biasa, inilah yang saya maksud dengan fleksibel, dia tahu bahwa Tuhan yang memberi semua yang dia miliki termasuk keluarganya, kesehatannya dan harta bendanya. Dan dia mempunyai satu konsep yang jelas bahwa Tuhanlah pemilik, jadi sebagai pemilik Tuhan mempunyai hak untuk mengambil kembali sesuatu yang telah dipinjamkannya kepada Ayub. Nah, saya boleh katakan Ayub itu tidak menggenggam hidup Pak Gunawan, kalau saya umpamakan seseorang yang memegang gelas, dia itu tidak bisa menggenggam gelas keras-keras bisa-bisa gelasnya pecah, dia hanya cukup menggenggamnya supaya gelas itu tidak jatuh. Saya kira itulah sikap orang yang fleksibel dalam hidup ini, dia tidak memegang kehidupan ini keras-keras, sehingga tidak bisa keluar dari tangannya, yang dia miliki itu lepas dari genggamannya tidak bisa, jadi sebaiknya peganglah hidup ini. Yang Tuhan berikan kita pegang, kita terima, kita syukuri, tapi kita tidak menggenggamnya keras-keras. Karena nanti suatu hari kalau Tuhan menghendaki untuk mengambilnya dia harus memaksa kita membuka tangan dan itu akan sakit, akan sakit sekali waktu dia paksa tangan kita untuk mengambil yang ada dalam genggaman kita itu.
GS : Itu karena sikap kita sering kali menganggap bahwa apa yang kita miliki itu menjadi hak kita Pak Paul.
PG : Sering kali begitu Pak Gunawan, apalagi bagi kita ini yang telah bekerja keras dan berkata jerih payahkulah yang telah membuat aku memiliki semua ini, siapa Tuhan yang memberikan, saya kokyang bekerja, keringat sayalah yang membuat saya memikili semua ini.
Kita lupa bahwa nafas kita pun diberikan Tuhan, kalau Tuhan tidak berikan kita nafas, tidak mungkin kita bekerja dan memiliki semua itu. Jadi benar-benar yang kita miliki ini sangat-sangatlah sementara dan Tuhan bisa mengambilnya kapan saja dan saya sudah bertemu dengan orang yang dalam hidupnya kehilangan banyak Pak Gunawan. Orang yang kehilangan harta benda, pada waktu dulu saya masih di Amerika saya masih ingat Pak Gunawan, di Amerika itu sering terjadi orang mempunyai misalnya mall yang besar tahu-tahu bangkrut habis, habis tidak ada lagi sisanya. Jadi dalam waktu sekejab yang dia miliki itu tiba-tiba habis tidak ada lagi, nah itu sering terjadi di sana. Kadang-kadang buka toko besar sekali di beberapa tempat tidak bertahan beberapa tahun habis, tutup semuanya. Nah, benar-benar semuanya itu bisa melayang pergi, nah orang yang fleksibel orang yang mengerti bahwa semua yang dia dapat pemberian Tuhan dan syukuri, terimalah, tapi jangan genggam keras-keras. Kadang kala juga yang kita tidak bisa hindari adalah kita lekat dengan semua itu Pak Gunawan, apalagi kalau itu anak, istri, suami, kita menjadi lekat sekali maka waktu Tuhan ambil, beratnya luar biasa. Itu bisa dipahami oleh Tuhan juga, sebab waktu orang-orang yang kita kasihi itu pergi atau meninggalkan kita hati kita turut terobek, turut tercabik dengan kepergiannya itu sangat melukai. Saya kira itu memang tidak ada jalan pintas kita harus berduka, sedih namun kita ingatkan lagi itupun Tuhan berikan.
(2) GS : Nah, untuk mempersiapkan diri atau mengubah diri menjadi orang yang fleksibel itu bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira Ayub di sini mempunyai suatu sikap yang sudah jelas dari awalnya Pak Gunawan, Ayub pernah berkata begini: "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tapi tidak mau meneima yang buruk, dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."
Yang saya ingin tekankan di sini adalah Ayub tahu bahwa hidup itu di luar kendalinya, bahwa hidup itu sebetulnya bukan berada dalam genggamannya maka dia berkata hidup bisa baik, hidup bisa buruk dan dia sadari Tuhanlah yang memegang kendali atas hidup ini maka dia juga yakin waktu dia menerima yang baik, Tuhan yang memberikan, waktu dia menerima yang buruk sebetulnya Tuhan pun terlibat memberikan dia yang buruk itu. Kita mungkin tidak bisa mengerti kenapa Tuhan menetapkan agar kita menerima yang buruk itu. Tapi Ayub dan seharusnya kita juga menyadari bahwa memang hidup itu tidak bisa kita kendalikan, nah bagaimanakah kita bisa fleksibel dalam hidup, kita mulai dengan suatu perspektif, sebetulnya hidup itu tidak dalam kuasa kita, kadang-kadang kita lupa. Kita berpikir kita yang menentukan hidup ini, ada hal-hal yang memang bisa kita tentukan sampai titik tertentu, kita ini turut berperan dalam menentukan hidup, tapi sebetulnya selain atau setelah titik itu benar-benar itu di tangan Tuhan bukan di tangan kita.
GS : Tapi perencanaan itu mesti tetap dikerjakan Pak Paul?
PG : Tetap dikerjakan, tapi memang dengan suatu kesadaran bahwa ada hal-hal yang bisa terjadi dan itu memang di tangan Tuhan. Saya berikan contoh Pak Gunawan, ada anak-anak Tuhan yang pernah megalami musibah atau pukulan-pukulan yang sangat hebat, contohnya adalah Jesus pengarang lagu "Mana Ada Sobat lagi seperti Yesus Tuhanku".
Sehari sebelum dia menikah tunangannya mati tenggelam, nah itu memukul dia sekali tapi dia bangkit dan dia menuliskan lagu "Mana Ada Sobat Lagi seperti Yesus Tuhanku" setelah kematian tunanganya itu. Tapi memang kita tahu setelah itu hidupnya tidak pernah sama, dia itu menjadi pengembara menolong orang, tapi dia sendiri diketahui tidak pernah menikah atau berkeluarga lagi setelah itu. Apa yang dapat kita lihat, hidup memang di luar jangkauan, ada orang yang sudah merencanakan sesuatu kemudian sesuatu terjadi, anaknya meninggal, istrinya meninggal atau suaminya meninggal atau terjadi musibah yang lain nah itu semua adalah bagian hidup, kita tidak bisa mengontrolnya. Kita yang terjun dalam bisnis, misalnya kita yakin sekali kerja sama ini akan menguntungkan, tapi ternyata kerja samanya ambruk, pecah semuanya, kepercayaan tiba-tiba tidak ada lagi, terjadi konflik, berantakan. Banyak hal yang sebetulnya di luar tangan kita, nah orang yang fleksibel orang yang mengerti prinsip itu.
GS : Jadi sebenarnya setiap kita mempunyai kemampuan menjadi orang yang fleksibel Pak Paul?
PG : Betul, jadi sebetulnya kalau saya boleh katakan orang yang fleksibel adalah orang yang beriman, nah sekali lagi ini bukannya orang yang tidak peduli, bukan. Yang saya maksud orang yang pedli dengan hidup berbuat semaksimal mungkin, tapi dia tahu batasnya, dan dia tahu ada bagian Tuhan dan dia menghormati bagian Tuhan itu.
Itulah orang yang beriman, orang yang berkata saya bagian ini, bagian ini saya kerjakan, di luar itu biar Tuhan yang kerjakan, dan masih ada Tuhan dalam hidup ini bahwa Dia masih bekerja itulah maksudnya orang itu beriman.
GS : Dan sebagai orang yang beriman, prinsip hidup itu tidak hilang karena kita menjadi fleksibel Pak Paul?
PG : Ya kita tetap mempunyai prinsip, kita tahu apa yang kita yakini namun dalam kenyataan hidup ini kita juga berdampingan dengan Tuhan bahwa Tuhan ada bagiannya, dan kita pun ada bagian tersediri.
GS : Di tengah-tengah perubahan yang begitu cepat di sekeliling kita dan kadang-kadang kita mau tidak mau harus menyesuaikan diri Pak Paul.
PG : Betul, an susah sekali orang yang tidak bersedia menyesuaikan diri. Sekali lagi di sini bukannya menyesuaikan diri dengan dosa, dengan yang salah, tapi dengan porsi kehidupan yang kita terma itu.
GS : Dan itu memang seperti tadi yang Pak Paul singgung itu sesuatu yang Tuhan perkenankan dan bahkan Tuhan ajarkan kepada kita untuk tetap hidup secara fleksibel di tengah-tengah masyarakat.
PG : Itulah yang Paulus katakan Pak Gunawan, aku telah belajar hidup dalam segala kondisi, dan dia akhirnya simpulkan dia bisa menanggung segalanya karena Kristus memberikan dia kekuatan. Tapi pa artinya dia berkata: saya belajar dalam kecukupan dan juga dalam kekurangan, yaitu dia menerima porsinya.
GS : Jadi itu sesuatu yang saya percaya sangat berguna bagi para pendengar dan bagi kita sekalian untuk hidup bijaksana dan hidup luwes di tengah-tengah zaman yang semakin keras ini. Terima kasih sekali Pak Paul.
Para pendengar sekalian yang setia mengikuti acara Telaga ini kami ucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Kami baru saja berbincang-bincang tentang fleksibel sebagai suatu sikap hidup yang sehat, dan bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda dapat juga menggunakan fasilitas e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.END_DATA