Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang masalah wanita setengah baya. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, beberapa kesempatan yang lalu kita pernah berbincang-bincang tentang usia tengah baya pada umumnya, tapi kali ini kita mencoba membicarakan lebih spesifik tentang wanita tengah baya. Mungkin nanti bu Ida yang akan banyak bertanya karena pasti menyangkut diri bu Ida. Tapi saya ingin mengawalinya sebenarnya wanita itu memasuki usia tengah baya itu sekitar usia berapa Pak Paul?
PG : Yang kita maksud usia setengah baya dapat dikategorikan antara usia 45 tahun hingga usia sekitar 55 atau 60 tahun.
GS : Jadi hampir sama dengan pria Pak Paul?
GS : Tapi ketika memasuki usia itu biasanya pria lebih dahulu karena pada umumnya kita di sini berbeda Pak Paul. Atau kalau tidak serempak baik suami maupun istri itu memasuki usia yang cukup kritis ini secara bersamaan.
PG : Tadi Pak Gunawan mengatakan bahwa mungkin ibu Ida akan banyak bertanya karena berkaitan dengan ibu Ida, dalam hal usianya ibu Ida ya Pak Gunawan?
(1) GS : Tetapi sebenarnya masalahnya 'kan pasti berbeda Pak Paul pria dan wanita, ada perbedaan yang mendasar atau tidak?
PG : Ada Pak Gunawan, jadi kalau pria itu kita sebut sebagai waktu dia memasuki usia setengah baya dapat kita katakan dia pada umumnya memasuki usia kemapanan, wanita pada usia setengah bayamemasuki masa perubahan.
Jadi penekanan katanya adalah perubahan, banyak sekali perubahan-perubahan yang akan dilalui oleh wanita dan ini yang mesti dia sadari.
(2) IR : Nah, kira-kira perubahan itu apa saja Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah perubahan fisik, jadi akan ada perbedaan yang nyata, antara wanita yang berusia 45 tahun ke bawah dan yang berusia 45 tahun ke atas. Kebanyakan wanita masih bisa memertahankan penampilan fisiknya, relatif konstan atau sama bahkan sampai usia sekitar 40 tahun, 42, 43 tahun, begitu memasuki usia sekitar 45 tahun mulai nampak perbedaan-perbedaannya.
Contohnya adalah kesulitan wanita untuk menjaga tubuhnya ramping pada umumnya, kalau tidak menjaga makan, mengurangi makan. Ada kecenderungan dia akan mudah sekali untuk bertambah gemuk, sekali bertambah misalkan 2 kg, menguranginya itu akan memakan waktu misalnya 3, 4 bulan hanya untuk mengurangi 2 kg saja, jadi itu salah satu perubahannya. Perubahan yang lain juga adalah misalkan dilehernya, pada wanita otot-ototnya mulai kelihatan kendor. Jadi proses penuaan mulai nampak sekali setelah usia 45-an.
GS : Ada yang mulai juga kropos tulang mungkin Pak Paul, kelihatannya agak membungkuk?
PG : Betul, itu penyakit yang sering kali dialami oleh para wanita, namun biasanya kalau osteoporosis dialami oleh wanita yang lansia, yang lebih tua setelah usia setengah baya.
GS : Setelah masa paro baya, ada juga mereka yang mulai memasuki masa menopause Pak Paul?
PG : Masa menopause adalah masa berhentinya haid, di mana mereka tidak lagi mengalami haid setiap bulan. Nah, biasanya berhenti haid itu tidak serentak, biasanya melalui suatu proses yang betahap.
Misalkan bulan ini datang bulan depan tidak datang, tidak teratur. Nanti 2, 3 bulan tidak datang, wanita itu sudah merasa lega e.....datang lagi haidnya dan ini akan berlangsung bahkan sampai bartahun-tahun. Ada yang mengalaminya hanya untuk satu tahun atau kurang setahun, namun ada juga orang-orang yang harus mengalaminya cukup panjang lebih dari satu tahun.
IR : Dengan kondisi seperti ini sering kali ada perasaan cemas Pak Paul?
PG : Ada, jadi banyak sekali yang akhirnya akan menjadi pikiran wanita yang memasuki paro baya ini. Masa haid itu juga membawa dampak-dampak fisik yang akan mengganggu perasaan si wanita itu yang biasanya dilaporkan adalah panas, muka itu panas, berkeringat jadi suhu tubuh itu tidak bisa dengan mudah dikendalikan, seolah-olah termometernya rusak.
Jadi kadang-kadang memanas sendiri atau sensitif sekali, secara fisik sensitif dengan sentuhan rasanya tidak enak, tapi yang paling inti adalah tubuh itu tidak nyaman. Nah, ini kita kadang-kadang juga mengalami sakit, dalam masa sakit tubuh kita tidak nyaman tapi kita tahu setelah 2, 3 hari paling lama seminggu tubuh kita akan nyaman kembali. Nah, bayangkan wanita yang harus mengalami ini bukan untuk seminggu bahkan berbulan-bulan atau ada yang sampai bertahun-tahun. Nah, kadang kala juga karena fisiknya sangat terganggu, emosinya juga agak labil sehingga mudah untuk bereaksi.
GS : Nah kita semua tahu bahwa ibu-ibu, istri-istri, para wanita ini sangat menjaga penampilannya Pak Paul, tadi Pak Paul katakan pada usia seperti ini mulai timbul lemak dan sebagainya, gampang bertambah berat tubuhnya, itu hubungan dengan konsep dirinya bagaimana Pak Paul?
PG : Biasanya berpengaruh cukup besar, itu sebabnya semir rambut lebih banyak digunakan oleh wanita dibandingkan pria. Sekali lagi ini adalah salah satu akibat berbedanya pandangan masyaraka pada pria dan wanita.
Kalau pria berambut putih kita katakan dia berwibawa, wanita berambut putih kita katakan dia tua, kita tidak sebut dia berwibawa lagi. Nah, jadi rambut putih itu sudah kadung dikonotasikan negatif tidak sama dengan kecantikan, sedangkan rambut yang hitam diidentikkan dengan kecantikan. Nah itu adalah salah satu tanda menuanya seseorang. Nah, wanita itu mendapatkan penilaian berdasarkan penampilan fisiknya. Jadi waktu penampilan fisiknya berubah, tidak bisa tidak ada kecenderungan konsep dirinya pun berubah, gambar dirinya yang dulu dia hargai, yang dulu dia senangi akhirnya tidak lagi. Salah satu hal yang sering terjadi Pak Gunawan yaitu berenang, kalau kita perhatikan wanita yang sudah mempunyai anak-anak yang lumayan besar, pra remaja atau apa, enggan berenang. Jadi kebanyakan wanita itu rela berenang pada masa mereka itu masih gadis atau baru menikah atau belum punya anak. Begitu sudah mulai punya anak, mulai ragu-ragu berenang, usia 40-an jarang sekali yang mau berenang karena sebetulnya simpel alasannya mereka tidak merasa nyaman tampil.
GS : Bentuk tubuhnya 'kan kelihatan sekali kalau pakai pakaian renang?
PG : Betul, itu sebabnya. Jadi memang ada pengaruh terhadap konsep diri dan akhirnya berpengaruh juga terhadap kepercayaan diri, menjadi agak malu.
IR : Nah kira-kira ada perubahan apa lagi Pak Paul?
PG : Ya berikutnya adalah perubahan relasi dengan anak, perubahan hubungan dengan anak. Di mana anak tidak lagi terlalu bergantung pada orang tua, nah tidak bisa tidak hal ini akan menimbulkn perubahan dalam relasi antara si ibu dengan anaknya.
Dan si ibu dituntut untuk menyesuaikan perannya, di masa yang lampau dia berperan sebagai seorang pengasuh, tapi sekarang dia tidak bisa lagi berperan sebagai seorang pengasuh. Dengan kata lain dia kehilangan peran dan harus mengubah peran, misalnya sekarang sebagai pengayom, pengarah, teman, sedangkan pada pria tidak demikian. Ayah itu boleh dikata sejak anak kecil sampai anak besar peranannya sama, yaitu sebagai pengayom, sebagai pendisiplin, sebagai konselor atau penasihat. Tidak pernah ayah itu atau jarang sekali ayah itu berperan sebagai perawat atau pengasuh karena kesibukan kerja dan sebagainya. Jadi ayah tidak harus menyesuaikan perannya, tidak harus mengalami kehilangan peran, sedangkan seorang ibu harus mengalami kehilangan peran dan menciptakan peran yang lain, nah ini kadang-kadang tidaklah terlalu mudah. Maka kadang kala kita menyaksikan orang tua atau ibu yang tetap menganggap anaknya seperti anak kecil, karena apa, karena memang dia ingin tetap berperan seperti itu sebagai seorang mama yang mengasuh si anak.
IR : Merasa ingin dibutuhkan ya Pak Paul?
PG : Tepat sekali, maka kalau anak pergi jauh, waktu anak pulang hal pertama yang dilakukan oleh ibu adalah memasakkan masakan yang disukai anak, memanjakan si anak.
IR : Tapi begitu tidak dimakan merasa tidak dihargai, tersinggungnya lebih besar dibanding dengan waktu masih anak-anak.
PG : Betul, kadang-kadang waktu anak-anak masih kecil mereka tidak makan yang kita sudah masak, tapi lain karena kita tahu besok dia akan makan lagi.
IR : Tapi sekarang berubah.
GS : Nah kalau relasi dengan suaminya bagaimana Pak Paul?
PG : Biasanya juga ada perubahan Pak Gunawan, nah ini perubahannya bisa positif bisa negatif. Biasanya suami pada usia setengah baya mengalami kemapanan dan mendapatkan kepuasan yang luar bisa dari pekerjaannya, karena dia sudah menempati posisi yang lumayan terhormat.
Akibatnya dia tidak terlalu bergantung pada yang di rumah untuk menyediakan support/dukungan, penghargaan kepadanya, sebab dia sudah dapatkan di luar. Berarti apa, dia makin tidak terlalu bergantung kepada si istri, nah si istri akhirnya makin kehilangan peran, makin kehilangan fungsi juga kepada suami; baik kepada suami maupun kepada anak-anaknya.
GS : Kalau rumah tangga itu terdiri dari banyak orang, jadi misalkan juga ibunya di sana, apakah itu akan membuat dia lebih dekat dengan ibunya Pak?
PG : Bisa ya, bisa tidak. Bisa ya kalau memang hubungan mereka sudah baik, kalau hubungan mereka tidak baik sudah pasti akan memperburuk masalah. Nah, tadi Pak Gunawan sebetulnya memunculkanperubahan yang lain yang harus dialami oleh seorang wanita, kita sadari sebetulnya yang lebih banyak berperan sebagai perawat orang tua adalah anak wanita, anak pria yang menyediakan biaya misalnya.
Tapi bukankah anak wanita yang berkunjung, yang membersihkan rumah, yang memanggilkan perawat atau apa, yang mengurus orang tua yang sudah lanjut usia. Jadi pada usia setengah baya ini si wanitalah dibebankan tugas untuk mengurus orang tuanya. Masalahnya adalah pada usia ini orang tuanya sudah berusia lanjut, rata-rata 75 ke atas berarti apa, sudah sakit-sakitan membutuhkan perhatian yang besar sekali. Nah, pada masa ini si wanita atau si ibu yang sudah kehilangan peran sebagai seorang mama kepada anaknya, sebagai istri juga kehilangan peran, kurang begitu dibutuhkan oleh suaminya, mengalami masa menopause, emosinya labil, sekarang dia harapkan juga untuk merawat orang tuanya yang sakit-sakitan dan merawat orang tua yang sakit-sakitan berarti beban, stres tersendiri lagi, jadi memang stres lagi-stres lagi, beban lagi-beban lagi.
GS : Jadi bukan dia menyalurkan apa kelebihan energinya atau mengalihkan tugas-tugasnya untuk merawat ibunya itu tidak bisa Pak Paul ya?
PG : Kalau memang ada waktu, ada dukungan-dukungan yang lain yang bisa dia lakukan. Tapi meskipun bisa didelegasikan kepada suster, tapi bukankah tetap yang harus memikirkan mama papanya adaah dia, makanannya terjaga atau belum, anak laki biasanya tidak begitu telaten dengan hal-hal seperti itu.
GS : Biasanya kepeduliannya yang kurang, kami yang pria ini kepeduliannya kurang sedangkan yang ibu-ibu ini, yang istri-istri mempunyai kepedulian yang cukup tinggi.
IR : Nah, dengan keadaan seperti itu emosi dari ibu ini akan labil sekali Pak Paul.
PG : Kecenderungannya begitu, sebab kalau kita dalam keadaan tertekan stres yang berlebihan biasanya kita kurang menjaga naik turunnya emosi kita. Jadi kalau ada sesuatu yang terjadi kita leih mudah bereaksi, beremosi.
Nah, ini bisa menjadi masalah tersendiri di rumah tangga misalnya anak-anak yang sudah lumayan jauh karena usia remaja atau memasuki usia dewasa awal terus melihat mamanya marah-marah di rumah misalnya, makin tidak betah di rumah makin ingin ke luar, hubungan anak dengan orang tua atau dalam hal ini mamanya bisa memburuk, si mama makin terkucil lagi. Terus dengan suaminya karena dalam keadaan tertekan seperti ini, menopause juga memberikan dampak-dampak fisik kepadanya, dia membutuhkan si suami tapi suami sedikit berbuat salah, dia bereaksinya keras benar, dia marah dan sebagainya suami makin takut mendekati dia. Nah, itulah sebabnya masa-masa menopause ini atau masa paro baya bisa merupakan titik rawan dalam pernikahan. Maka ada dua fase di mana orang itu paling mudah bercerai. Menurut data yang saya baca dulu pertama adalah 5 tahun pertama setelah menikah itu masa awal penyesuaian, kadang-kadang tidak berhasil menyesuaikan diri dan akhirnya bercerai. Fase kedua di mana orang itu mudah bercerai atau rawan terhadap perceraian adalah fase usia setengah baya, maka tidak heran yang pernah ibu Ida munculkan dalam salah satu siaran ini, bahwa ada orang yang sudah usia 60 tahun sudah menikah 20 tahun pun bercerai.
GS : Pada usia seperti ini wanita juga punya ketertarikan terhadap lawan jenisnya yang bukan suaminya juga Pak Paul?
PG : Ketertarikan selalu ada ya saya kira, semua manusia bisa mempunyai ketertarikan seperti itu. Apalagi dalam kesendiriannya itu di mana dia merasa tak dibutuhkan oleh anak-anak, merasa tiak dihiraukan lagi oleh suami, merasa berbeban berat menanggung beban keluarganya yaitu ayah ibunya.
Nah, pada saat-saat seperti ini dia juga rawan, rawan terhadap perhatian yang cukup dari seorang pria yang lain, dia rawan sekali, akhirnya membuka diri terhadap pria lain.
IR : Jadi dalam diri si ibu ini juga merasa tidak berarti ya Pak Paul?
PG : Betul, jadi perubahan-perubahan ini bisa membuat dia merasa tidak ada nilainya, tidak berharga sebab misalkan secara fisik, dulu dia bangga dengan tubuhnya dan kemungkinan besar si suampun memberikan banyak pujian tentang kecantikannya, tapi sejak dia berusia 45 ke atas, kata-kata engkau cantik, engkau menarik, dan yang lebih sensual ya engkau seksi.
GS : Tidak cocok, nanti malah dipikir menghina.
GS : Jadi perselingkuhan bisa terjadi di masa-masa seperti itu Pak Paul?
GS : Nah, yang juga saya amati sepintas itu kegiatan sosialnya itu meningkat Pak Paul. Entah di lingkungan rumah tangga, pelayanan di gereja meningkat.
PG : Ya sebabnya memang sudah ada waktu yang lebih luang sebetulnya, karena anak-anak sudah besar dan suami juga tidak terlalu membutuhkannya, sehingga waktu luang lebih banyak dan itu dipaki untuk pelayanan, saya kira itu sehat, itu baik.
GS : Kalau hanya sekadar kumpul-kumpul untuk bergosip nah ini yang jadi masalah atau shopping segala 'kan banyak itu hanya untuk membuang waktu Pak Paul.
PG : Betul, ya akhirnya memang mereka perlu mengisi waktunya dengan hal-hal seperti itu.
IR : Juga mungkin ada hal yang lain Pak Paul, untuk mengantisipasi perasaan-perasaan yang berkecamuk itu apa saja Pak Paul?
PG : Saya kira salah satunya yang perlu dilakukan adalah wanita harus mendefinisi ulang apa yang namanya berharga. Tidak bisa tidak saya kira setiap wanita mendefinisikan yang namanya berhara itu biasanya secara fisik, apalagi yang memang secara fisik cantik atau menarik dia akan menekankan pada sisi kecantikannya itu.
Nah, pada usia setengah baya sudah tentu dia akan meredefinisi ulang apa yang namanya indah, apa yang namanya berharga di mata Tuhan dan ini tidak lagi menjadi titik berangkatnya, tidak lagi harus ditekankan olehnya.
GS : Mungkin saya rasa bukan hanya meredefinisi Pak Paul, malah dia harus mereposisi, posisi dia apa di dalam rumah tangga, itu tadi yang kita bicarakan.
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi dia juga harus belajar menempatkan diri dalam hubungan baik itu dengan anak maupun dengan suami. Tapi memang ini perlu sekali kerja sama dengan suami, peru sekali kerja sama.
GS : Sementara suaminya juga punya masalah tersendiri dengan memasuki usia setengah baya Pak Paul, jadi sebenarnya apa yang Pak Paul usulkan terhadap ibu-ibu yang memasuki usia ini?
PG : Yang harus dilakukan adalah sebetulnya sebelum memasuki usia paro baya ini.
GS : Menyiapkan dirinya, mempersiapkan diri.
PG : Mempersiapkan diri, betul jadi seseorang harus mengantisipasi bahwa hal ini akan terjadi. Kita tidak bisa hidup seakan-akan hal ini tidak akan terjadi, jadi dia harus siap menerima bahw suatu waktu nanti dia tidak akan lagi cantik, tidak akan lagi menarik seperti dulu.
Kedua, fungsinya di rumah juga akan berubah dia harus siapkan itu, secara mentah dia harus siapkan bahwa dia tidak akan terlalu dibutuhkan lagi. Jadi dia harus menempatkan diri dalam fungsi yang lain, dia akan dibutuhkan oleh anak-anak bukannya tidak dibutuhkan, dibutuhkan tapi dalam kwantitas dan kwalitas yang berbeda. Kwantitas pasti berbeda, dia tidak mungkin menemani si anak dari pagi sampai sore, tapi secara kwalitas tetap dibutuhkan. Misalnya sebagai seorang teman waktu bicara, bukan untuk menjadi seorang interogator, anak akan menjauhkan diri dari ibu yang menjadi seorang interogator. Tapi menjadi seorang teman yang bisa mengerti, mendukung, mengarahkan, memberikan teguran juga kalau perlu. Nah, jadi itulah fungsi-fungsi baru yang harus diterima oleh seorang ibu selain dari kerelaan untuk melepaskan anaknya untuk bisa pergi, untuk bisa mengembangkan dirinya pula.
GS : Tapi memang itu dibutuhkan kesungguhan untuk membagi waktu Pak Paul, karena semasa itu 'kan harus dipelajari sebelum dia memasuki usia itu, padahal pada waktu-waktu dia masih katakan muda waktunya habis tersita, Pak Paul untuk mengurusi rumah, untuk mengurusi anak dan sebagainya.
PG : Betul, yang lainnya lagi adalah suami dan istri harus mengantisipasinya bersama-sama. Misalkan istri harus memberitahukan suami tentang gejala-gejala fisik menopause itu supaya suami megerti bahwa inilah gejala fisik menopause, dia akan merasa panas, merasa sensitif, emosi mudah naik, mudah tersinggung, bisa marah dalam waktu sekejap bisa menangis, emosi bisa turun- naik benar-benar seperti jet coaster, nah itu memang harus disadari oleh pria.
Nah, dalam keadaan seperti itu apa yang dibutuhkan oleh si wanita, si wanita harus katakan kepada suaminya, sehingga jauh hari sudah ada persiapan misalkan kalau aku lagi naik emosinya engkau dengarkan saja, diam saja sebab bukan berarti aku ini sedang memarahimu tapi aku sedang tidak terlalu bisa menguasai emosiku, dengarkan saja. Waktu aku menangis ya engkau duduk saja di sebelahku, memelukku, kau pegang tanganku, membuatku merasa tenang kembali, membuatku merasa ada orang di sisiku. Nah, hal-hal seperti itu yang harus mulai dikomunikasikan, sehingga waktu nanti dia mengalami itu si suami tidak menjauhkan diri darinya. Nah ini yang sering kali terjadi, suami-suami makin membenamkan diri dalam pekerjaan supaya apa, biasanya dalih suami adalah supaya tidak usah bertengkar dengan istri. Tapi masalah makin bertambah sebab istri makin merasakan ditinggalkan, tidak dihiraukan lagi oleh suaminya.
IR : Nah, dalam hal ini kalau si ibu ini mencari kegiatan selain pelayanan di dalam rumah itu mungkin sudah punya cucu itu Pak Paul, mengasuh cucu itu mungkin dia merasa dibutuhkan seperti waktu dia masih mengasuh anaknya, itu baik atau tidak Pak Paul?
PG : Itu baik, nah tapi masalahnya memang untuk dia mempunyai cucu biasanya dia sudah mengakhiri paro-bayanya.
GS : Memasuki usia lanjut ya?
PG : Ya soalnya dia sudah biasanya hampir memasuki usia 55 tahun ke atas hampir 60 tahun. Jadi sebetulnya dia sudah hampir selesai dengan pergumulan paro bayanya.
GS : Berarti masa ini, masa paro-baya itu sekitar 10 tahun-an Pak Paul?
PG : Dan kritis karena cucu pun belum ada itu.
IR : Kalau misalnya mengambil anak angkat Pak Paul?
PG : Boleh, itu saya kira baik sekali, baik kalau ada yang memang membutuhkannya, baik sekali itu.
IR : Itu situasinya lain Pak Paul, saya sendiri mengalami itu.
GS : Jadi ada kasih sayang yang diberikan.
PG : Betul, dan memberikan kesegaran tersendiri kepada keluarga.
GS : Kalau mentalnya seperti itu jadi secara emosional berubah, secara fisik berubah apakah itu juga berpengaruh pada kerohanian Pak Paul?
PG : Saya kira ada, sebab kebutuhan emosi dan mental kita berpengaruh juga terhadap kehidupan rohani kita. Dalam emosi yang turun naik itu kadang-kadang kita ini bisa malas untuk membaca Alktab, kita merasa kok tidak ingin ke persekutuan nah itu hal-hal yang harus kita lawan.
Bahwa beribadah tetap, bahwa kita harus tetap bersekutu jangan meninggalkan persekutuan, kita tetap harus membaca firman Tuhan, nah itu kita harus terus pegang meskipun emosi kita bisa turun naik.
IR : Soalnya dalam hal itu merasa dihiburkan, Tuhan berkata kalau kita itu berharga di mata Tuhan, sekalipun rambutmu putih akan tetap digendong, itu membuat kita bersemangat kembali Pak Paul.
PG : Betul, sebab pada usia itu memang kita tidak bisa lagi berkata, meskipun rambutku putih suamiku akan menggendong, jadi kita harus berkata Tuhan yang menggendong kita. Maka indahlah di mna hubungan suami-istri masih bisa saling mencintai, tapi sekali lagi saya harus tekankan tidak akan muncul pada usia tengah baya, hubungan yang indah ini harus sudah ada sebelumnya.
GS : Tidak bisa tiba-tiba ya, memang harus dipersiapkan, tapi jauh yang lebih penting dari yang Bu Ida katakan adalah firman Tuhan itu yang terus menghiburkan, jadi mungkin sebelum kita mengakhiri pembicaraan ini Pak Paul akan membacakan sebagian dari firman Tuhan.
PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 73:21-24 "Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Ttapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan." Saya kira ini mungkin merefleksikan sebagian perasaan setengah baya, merasa hati pahit, merasa buah pinggang itu menusuk-nusuk, merasa diri dungu tak ada harganya, tidak mengerti apa-apa. Tapi dia berkata aku tetap didekat-Mu, Engkau memegang tangan kananku, dan nasihat Tuhanlah yang menuntun aku.
GS : Ya, saya rasa itu memang satu masa yang perlu digunakan sebaik-baiknya untuk kita lebih mendekatkan diri pada Tuhan Pak Paul, sambil mempersiapkan diri juga memasuki usia lanjut. Jadi jam-jam doa yang lebih teratur karena tidak lagi disibukkan dengan kesibukan rutin pada anak, jadi ada banyak waktu sebenarnya untuk itu, tapi satu hal yang kita tahu bahwa pada fase manapun, Tuhan bisa memakai kita untuk kemuliaan nama-Nya.
Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah melakukan sebuah perbincangan tentang wanita tengah baya, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 44A
- Adakah perbedaan mendasar antara pria dan wanita paro baya…..?
- Perubahan apa sajakah yang terjadi pada wanita paro baya….?
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sel, 28/04/2009 - 10:12am
Link permanen
Transkrip diatas membuka
TELAGA
Rab, 29/04/2009 - 11:34am
Link permanen
Sebelum kami menanggapi