Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (TEgur Sapa GembaLA KeluarGA). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A.Soesilo, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Dan perbincangan kami kali ini tentang seri Menangani Emosi Anda, "Menang Atas Kekhawatiran" bagian pertama. Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y : Wah, menarik sekali, ya Bu Vivian tema pembicaraan kita kali ini. Silakan Bu, apa yang hendak Ibu sampaikan?
VAS : Saya kira kita manusia semua pernah merasa khawatir berbagai hal. Ada orang khawatir karena keuangannya tidak cukup, ada orang khawatir tentang kesehatan baik diri sendiri atau orang lain yang kita kasihi itu sakit. Mungkin ada khawatir juga tentang hubungan dalam keluarga yang kurang baik, antara suami istri, antara orangtua anak dan juga saudara kandung. Bisa macam-macam khawatir, juga orang khawatir tentang pekerjaan.
Y : Ekonomi sulit.
VAS : Tidak dapat pekerjaan, dapat pekerjaan tapi tidak cukup. Ada juga khawatir ini tentang gereja. Bagaimana pelayanan di gereja berkembang atau tidak dan lain sebagainya. Yang terakhir yang dikhawatirkan orang di seluruh dunia akhir-akhir ini tentang virus corona, di mana-mana, beberapa orang meningkat yang kena.
Y : Kita kemana-mana memakai masker, ya Bu, takut terkena !
VAS : Macam-macam bisa khawatir. Khawatir ini kalau bisa dilihat ternyata menghadapi masalah dalam dunia ini memang sesuatu yang kita hadapi. Sebagai manusia kita menghadapinya, cuma ternyata khawatir juga bisa merupakan kebiasaan.
Y : Ini menarik ya, kebiasaan seperti apa maksudnya, Bu ?
VAS : Ada orang yang menghadapi misalnya tentang virus corona, ini memang mengkhawatirkan karena belum ada obatnya. Kalau khawatir itu memang kita harus cara menghadapinya bagaimana? Kalau kebiasaan khawatir, sedikit-sedikit khawatir, terus langsung tidak bisa berbuat apa-apa. Saya pernah mengantar seorang ibu ke dokter, cuma mau kontrol waktu matanya ada masalah, jadi hanya kontrol. Tapi takut, jadi khawatir sampai tidak bisa berbuat apa-apa. Mau masuk ke tempatnya dokter sudah sesak nafas. Mengapa ? Khawatir.
Y : Malah menimbulkan penyakit yang lain, ya Bu.
VAS : Saya tanya khawatir apa? "Saya khawatir nanti dokternya bicara apa tentang penyakit mata saya"! Saya pernah mengantarnya lagi, langsung sakit perut, apa saja khawatir sampai tidak bisa tidur. Jadi kebiasaan dari hal yang kecil dipikirkan sampai hal yang besar-besar. Masakan mau ke dokter untuk kontrol, sudah khawatir sampai sesak nafas. Kalau begini nanti bisa sakit jantung ‘kan bingung. Jadi kebiasaan, maksudnya seperti kebiasaan lain, khawatir dapat dihadapi, dan juga dapat ditangani dan dapat dimenangkan. Seperti ini orang-orang khawatir tentang corona virus, bagaimana cara menghadapinya? Kita coba banyak cuci tangan, jaga kesehatan kalau perlu memakai masker dan lain sebagainya. Jadi bisa ditangani. Memangnya di negara-negara tertentu akhirnya menangani dengan mengisolasi orang dan lain sebagainya. Ini khawatir ibu itu waktu khawatir dengan saya ke dokter, jalan di tengah jalan bisa berhenti, mematung ("freezing"), berdiri hampir dekat tempat prakteknya dokter. Tidak bisa bertindak, sesak nafas, perut sakit.
Y : Itu yang harus belajar untuk diatasi, bahwa kekhawatiran itu bisa dihadapi. Bagaimana menghadapi kekhawatiran dengan sehat ?
VAS : Untuk menghadapi dengan sehat, kita perlu mengerti dulu tentang khawatir, apa itu khawatir ? Ternyata kita harus mengerti kalau kita suka khawatir, tidak ada hasilnya sebetulnya. Itu dikatakan seperti orang yang duduk di kursi goyang, apakah kursinya pindah tempat ? Khawatir itu ya seperti itu, tidak mengubah keadaan malah bisa memerparah. Khawatir adalah membuat orang tidak bisa berfungsi dengan baik, jadi akhirnya khawatir malah membuat tindakan kita tidak bisa positif malah lebih negatif seluruhnya.
Y : Malah dapat merusak apa yang kita hadapi sekarang. Selain mengenali apa itu khawatir, langkah berikutnya untuk menghadapinya?
VAS : Jadi khawatir itu dampak yang lainnya, seperti kita apabila berjalan maju, atau mau mundur, belok kiri, belok kanan, apabila khawatir keadaannya seperti orang ditarik ke segala penjuru, bisa kiri kanan, bisa muka belakang, akhirnya kita tidak bisa berfungsi. ‘Stuck’ bahasa Inggris, ‘mandeg’ (berhenti)……bahkan orang yang khawatir itu seperti orang yang di lehernya ada sesuatu yang mencekik dia sampai sesak nafas, jadi tidak berfungsi. Yang dicekik bukan hanya sesak nafas, juga kehidupannya mau melangkah ke depan itu tercekik. Itulah khawatir, kalau begini dampak dari khawatir ini tidak baik. Ibu yang tadi itu sesak nafas, perutnya sakit, kepalanya sakit, punggungnya sakit nanti tidak bisa tidur dan lain sebagainya. Saya pernah memunyai seorang teman, orangnya kaya raya, punya perusahaan banyak tapi karena uangnya banyak, dia sudah berpikir ini ada resesi ekonomi, nanti bagaimana ya? Nanti salah satu, dia perusahaannya banyak. Salah satu perusahaan saya bagaimana ya? Nanti tidak bisa hidup, hidup sebagai orang miskin bagaimana ? Tidak bisa tidur semalam hanya memikirkan hal itu.
Y : Padahal uangnya banyak ya, Bu.
VAS : Banyak, maksudnya salah satu perusahaannya tidak berjalan, itu khawatir membuat dia tidak tidur. Padahal dia tidak usah kerja, tujuh keturunan ……
Y : Masih banyak uangnya !
VAS : Tapi itu kenyataan.
Y : Akhirnya khawatir itu membuat dampak hal-hal yang tidak rasional.
VAS : Betul, jadi tentang khawatir kita harus mengetahui. Pikiran kita ini salah lalu perasaan dalam hati kita juga salah, jadi tentang situasi dan tentang benda, tentang orang, pikirannya salah, salah apa? Dia mau kontrol, "saya sampai tidak makan", ibu ini tidak sakit ‘kan cuma mau kontrol. Yang dia bingung juga saya antar satu ibu yang lainnya, memang di paru-parunya ada masalah tapi bukan apa-apa, tapi dia baru mendengar teman yang sakit paru-parunya kena kanker. Ibu yang saya antar ini sebetulnya hanya paru-paru basah, jadi bingung sesak nafas juga. Nanti saya khawatir waktu untuk periksa dokter lalu saya dinyatakan kanker paru-paru bagaimana ?
Y : Seperti teman saya bagaimana ? Oh, oke.
VAS : Tidak masuk akal.
Y : Masa langsung kankernya teman langsung kena ke kita.
VAS : Itulah pikirannya salah, lalu perasaannya salah. Itulah khawatir.
Y : Menarik ya, Bu. Jadi kekhawatiran bukan hanya perasaan saja, tapi juga berasal dari pikiran yang salah dalam menanggapi pengalaman dalam hidup kita. Yang berikutnya silakan penjelasannya.
VAS : Jadi penjelasannya adalah kita harus belajar bagaimana menghadapi khawatir, karena apa? Salah satu hal ibu tadi itu selain dia tidak bisa berfungsi baik, khawatir merusak kehidupan seseorang, jadi merusak kehidupannya, dia tidak bisa bahagia. Selain tidak bisa bahagia, dia juga dalam kehidupannya tidak bisa berfungsi dengan baik, juga merusak seharusnya orang yang saya antar diam saja, dia mau suruh saya mengantar lagi ke dokter. Sebelumnya diantar, saya mengatakan, "Ibu harus janji lho ya". "Janji apa?" Nanti tidak boleh khawatir begitu lagi ya, sesak nafas lagi nanti saya bingung. Jadi maksudnya bukan tidak mau mengantar, tapi saya beritahu dulu.
Y : Belajar.
VAS : Belajar, ‘kan sesuatu yang benar atau tidak. Memang orang batuk, teman itu kena kanker paru-paru.
Y : Tidak otomatis langsung kita kena kanker juga.
VAS : Pikirannya harus yang benar, juga lain-lain sukacitanya hilang. Yang harus kita lihat, ternyata khawatir itu salah satu senjata dari si iblis.
Y : Wah mengerikan ya, Bu.
VAS : Jadi untuk membuat orang tidak bisa berfungsi.
Y : Rusak hidupnya, tidak berdampak ya.
VAS : Itu salah satu yang iblis berikan untuk manusia yang terlalu banyak khawatir, bahkan bukan hanya itu, khawatir terus-menerus kalau menurut Matius 6:25-34, Tuhan Yesus mengajarkan tidak boleh khawatir. Belajar dari bunga-bunga di ladang.
Y : Burung-burung di udara.
VAS : Bagaimana Tuhan memelihara dan juga kalau orang khawatir tentang pakaiannya, makan minum ini tidak boleh, bahkan kalau seperti itu Tuhan Yesus tidak senang.
Y : Dengan perkataan lain, khawatir terus-menerus itu dosa ya, Bu.
VAS : Dosa, ‘kan tidak bisa beriman sama Tuhan. Dikatakan kalau kita khawatir, carilah dulu kerajaan Allah, tidak usah khawatir tentang itu, bunga-bunga saja dipelihara, burung-burung dipelihara, apalagi manusia. Kalau tidak bisa berharap pada Tuhan dan beriman, dosa lagi.
Y : Karena khawatir berarti tidak memercayai Tuhan mampu menolong kita, ya Bu.
VAS : Betul, memang hidup di dunia ini banyak menghadapi tantangan, tidak semuanya mulus tapi Rasul Paulus hidupnya juga mengalami banyak hal tapi dia tidak khawatir, dia berharap pada Tuhan. Rasul Paulus apa saja yang dialami ?
Y : Malah penganiayaan karena pelayanannya.
VAS : Dianiaya, dia juga kalau pergi menjalankan misi, kadang bisa ditangkap orang, dipenjara, bahkan dipukul, bahkan pernah juga mengalami ini kalau dia didalam perjalanan, kapalnya diterjang ombak. Kapalnya karam, dia mengalami macam-macam tapi kalau melihat didalam yang Rasul Paulus katakan di Filipi pada waktu ia dipenjara, dikatakan "Jangan kuatir", tapi disuruh bersukacita. Itu rasanya bertolak belakang dengan keadaan kita, bayangkan kalau kita mengalami seperti Rasul Paulus dipenjara, bagaimana bisa bersukacita? Orang khawatir tentang masa depan saya bagaimana? Nanti orang memandang saya bagaimana?
Y : Nama baik saya rusak……di penjara.
VAS : Nah, itu. Kalau ada orang yang nanti kebutuhan saya bagaimana ? Kalau saya diadili dengan yang tidak adil. Justru rasul Paulus dalam keadaan seperti itu bisa mengatakan "Janganlah khawatir". Dalam surat rasul Paulus di Filipi 4:4-5 dikatakan, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" Nah, kita tadi sudah membahas rasul Paulus saat itu, waktu menulis ini dia berada dalam penjara. Kita tahu sendiri keadaan orang dalam penjara, keadaannya tidak menyenangkan, menyedihkan dan bisa khawatir banyak hal tapi dia malah mengatakan, "Bersukacitalah senantiasa didalam Tuhan !"
Y : Jadi apakah seperti kebalikannya, ya, malahan Bu ?
VAS : Malah dikatakan dua kali, "Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah!" Dia tidak khawatir apa-apa, ya sudah di dalam penjara, diterimalah disana dengan sukacita.
Y : Mengapa harus bersukacita di tengah keadaan yang tidak enak ? Apakah mungkin bisa?
VAS : Ini sulit memang, tapi disini rasul Paulus mengatakan dia disini mengatakan "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!"
Dengan kata lain, dalam posisi apa pun juga, dalam keadaan apa pun juga, dia berada di dalam penjara bukan karena kesalahannya sendiri, tapi karena apa yang dia ikuti. Dia tahu dia berbuat ini bukan karena kriminal, tapi dia karena mengasihi Tuhan dan dia mau mengabarkan Injil. Jadi dengan kebaikan hatinya mau mencintai Tuhan supaya diketahui orang. Bukan karena mau sombong, bukan tapi karena memunyai hati yang mencintai Tuhan. Karena apa dia mengatakan itu sukacitanya ? Karena dia tahu Kerajaan Tuhan sudah dekat, dengan kata lain, Tuhan sudah dekat, Kerajaan-Nya akan datang. Maksudnya kita tetap hidup sebagai milik Tuhan, tidak khawatir menghadapi apa pun juga. Selain itu tahu bahwa kita yang milik Tuhan janji Tuhan itu menyertai kita.
Y : Jadi dengan kata lain, kita bisa merasakan sukacita kalau kita tahu Tuhan itu dekat dengan kita. Hadir untuk kita. Begitu ya, Bu ?
VAS : Betul, seperti yang tadi dikatakan di Matius, bunga-bunga yang cantik-cantik itu Tuhan memelihara, apalagi kita, jadi dengan kata lain, kita ini milik Tuhan akan dilindungi oleh Tuhan. Apa pun milik kita tidak usah khawatir hilang, Tuhan memelihara burung dan memelihara bunga, Tuhan menyertai binatang, menyertai tumbuhan apalagi manusia. Jadi penyertaan Tuhan membuat kita tidak usah khawatir.
Y : Bahkan sukacita itu bukan berarti tergantung dari keadaan, kalau saya uangnya banyak sukacita, tapi kalau misalnya tadi resesi, susah.
VAS : Tidak tergantung itu, dalam keadaan apa pun Tuhan menyertai. Tuhan beserta kita.
Y : Karena iman kita kepada Tuhan.
VAS : Dalam keadaan yang tidak enak seperti rasul Paulus, tetap tidak khawatir. Dan keadaan yang dikatakan mungkin resesi, tidak khawatir. Bukan kita lalu jadi orang yang tidak tahu diri seperti baru-baru ini saya ketemu satu teman, dia masih muda, teman dari anak saya sebetulnya, orang dari Selandia Baru. Dia ingin menjadi misionaris ke suatu pulau, pulau dekat India dimana siapa pun ke sana akan dibunuh, tapi dia mau menginjili. Bahasanya saja dia tidak bisa, karena dia mendengar ada orang lain yang kesana, dibunuh, "Aku mau ke situ, mau menginjili".
Y : Oh……
VAS : Memang kita harus menginjili, cuma ‘kan sudah tahu oleh pemerintah sudah diberitahu jangan ke sana, orang mereka pun tidak mau kesitu karena siapa saja yang kesana akan dibunuh. Lha itu ‘kan tidak bijaksana, kita tidak boleh mencobai Tuhan.
Y : Beriman juga bukan berarti mencobai Tuhan, ya Bu, tapi dengan tepat bagaimana kita berespons. Lalu, Bu, apa bedanya ketakutan dan kekhawatiran? Tadi kita membahas, ada mirip-miripnya. Misalnya di penjara, ada perasaan khawatir, takut, tapi apa bedanya, Bu ?
VAS : Ini ‘kan seri tentang emosi, nanti ada satu sesi khusus untuk membahas tentang ketakutan. Memangnya ada kemiripannya, orang yang takut bisa mengalami gejala tubuh yang sama dengan kekhawatiran. Juga bisa orang yang takut itu akhirnya tidak bisa, waktu zaman dulu, waktu Gestapu banyak orang dibunuh, dia takut karena tiap hari bekerja di suatu tempat, di Kebun Raya ada orang yang kepalanya dibunuh lalu dipajang di pintu. Akhirnya dia takut untuk pergi bekerja karena harus lewat sana, sampai akhirnya dia tidak mau bekerja karena tempatnya di situ, bukannya tidak mau tapi karena takut melewati. Selanjutnya bukan hanya takut untuk melewati jalan itu, dia keluar rumah saja takut, karena nanti ditangkap orang. Pikirannya begitu, takut !
Y : Itu aspek yang berbeda dengan khawatir, ya Bu.
VAS : Kalau khawatir, masih bisa, memang tidak bisa berfungsi baik tapi tidak sampai semuanya tidak bisa berjalan.
Y : Oke, menarik, ya Bu. Nanti kita akan membahas di seri emosi yang lain. Untuk kekhawatiran apa selanjutnya yang kita kita pelajari sebelum nanti di bagian yang kedua kita akan memelajari bagaimana menang atas kekhawatiran.
VAS : Saya akan membacakan ayat firman Tuhan yang terdapat di Matius 6. Disini, Tuhan Yesus mengatakan, "Karena itu Aku berkata kepadamu, janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"
Jadi kita tidak usah khawatir, itulah yang dikatakan Tuhan Yesus tentang hidup kita. Pandanglah burung di langit dan juga lihat bunga-bunga. Dikatakan lagi di ayat 28, "Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang….." , ayat 30, "Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?" Dikatakan kuatir itu kurang percaya. Ayat 31, "Maka sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? ", Ayat 32, "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu". Ayat 33, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu", Ayat 34, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Khawatir ? Tidak usah khawatir tentang hari depan.
Y : Yang penting hari ini. Tadi kalau saya ingat kata-katanya Bu Vivian bahwa khawatir adalah pikiran yang salah dalam otak kita, karena itu kita harus mengisi otak kita, pikiran kita dengan yang benar yaitu firman Tuhan. Tadi perkataan Tuhan Yesus bahwa hidup kita adalah milik Tuhan, Tuhan pasti memelihara, Tuhan memegang hari depan kita. Dengan pikiran yang benar, otomatis kekhawatiran juga akan berkurang.
VAS : Ya. Selain itu kita ini khawatirnya seringkali bukan yang sudah lewat tapi yang di depan.
Y : Tentang masa depan, ya Bu.
VAS : Juga orang yang berbuat sesuatu, berbuat salah, nanti saya ke depannya bagaimana? Karena itu Tuhan Yesus mengatakan, "Jangan kamu kuatir akan hari esok". Jadi kita serahkan pada Tuhan. Bukannya kita jadi orang yang semberono, tetap merencanakan, tapi tidak usah khawatir.
Y : Melakukan bagian kita yang terbaik, tapi tetap berserah kepada Tuhan. Sebab memang kita tidak akan pernah tahu masa depan. Besok saja apa yang terjadi, kita tidak tahu. Satu-satunya jalan berserah kepada Tuhan.
VAS : Tuhan pasti memberikan yang terbaik kepada kita. Bunga-bunga, rumput-rumput itu begitu indah. Raja Salomo yang begitu kaya-raya tidak seperti itu yang dipunyainya. Tuhan mendandani kita dengan yang terbaik. Jangan kuatir tentang apapun juga, kita harus pelajari lagi. Matius 6:25, "Janganlah kuatir akan hidupmu".
Y : Itu penegasan Tuhan Yesus kepada setiap kita. Terima kasih, Bu Vivian untuk penjelasannya. Nanti kita akan menyambung kunci Kemenangan atas kekhawatiran, di bagian yang kedua. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Ibu Pdt. Dr. Vivian A. Soesilo dalam acara TELAGA (TEgur sapa GembaLA KeluarGA). Kami baru saja berbincang-bincang tentang seri Menangani Emosi Anda, "Menang Atas Kekhawatiran" (bagian pertama). Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 56 Malang. Atau Anda dapat mengirimkan e-mail ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa dalam acara TELAGA yang akan datang.