Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kali ini kami akan berbincang-bincang tentang bagaimana memahami kebutuhan dari pasangan di dalam hubungan pernikahan. Kami percaya acara ini pasti akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, ada bagian dalam Alkitab yang terkenal sekali. Saya rasa hampir seluruh pasangan Kristen pernah mendengar atau membaca ayat itu yang mengatakan kepada suami, Tuhan memerintahkan agar mengasihi istrinya, sedang kepada istri Tuhan mengatakan untuk tunduk kepada suaminya, itu yang terlintas di pikiran saya Pak Paul, lengkapnya mungkin nanti Pak Paul bisa bacakan. Tetapi yang ingin saya pertanyakan adalah bagaimana mengaplikasikan ayat ini di dalam kehidupan suami istri, karena kadang-kadang yang terjadi itu, bukan istri tunduk pada suami tapi menanduk pada suaminya dan bukan suami mengasihi tapi bisa membenci istrinya. Kenyataannya begitu Pak Paul.
PG : Dan lebih parah lagi suami bukan mengasihi istri, tapi mengasihi istri orang lain.
GS : Istri orang lain, padahal kita terpanggil bukan hanya membaca dan menghafal ayat itu tetapi melakukan di dalam kehidupan rumah tangga kita, Pak Paul?
PG : Kebalikannya juga betul, Ibu Ida dan Pak Gunawan, yaitu ada istri yang kurang menghormati suami sendiri, lebih menghormati suami orang lain. Ayat yang tadi Pak Gunawan kutip, diambil dai Efesus 5 : 33 yang berbunyi, "bagaimanapun juga bagi kamu masing-masing berlaku kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya."
Tadi Pak Gunawan menanyakan secara konkretnya bagaimanakah kita bisa mengaplikasikan firman Tuhan ini. Khusus untuk istri ya, Tuhan meminta agar mereka tunduk kepada suami. Saya bisa sekurang-kurangnya mengidentifikasi dua aspek dalam kehidupan yang dapat menunjukkan rasa hormat atau tunduk mereka kepada suami. Yang pertama adalah bagaimana istri itu berbicara kepada si suami. Kadang-kadang saya perhatikan ada masalah-masalah yang timbul bukan karena perbedaan isi percakapan atau prinsip, yang menjadi problem adalah bagaimana si istri mengucapkan atau menyampaikan permintaannya itu. Suami sebagai pria peka sekali akan cara bagaimana si istri menyampaikan pendapatnya, nah kalau istri bisa mengungkapkan dirinya dengan cara yang pas kepada si suami, suami cenderung untuk menerimanya.
GS : Contohnya bagaimana Pak Paul?
PG : Contohnya adalah ini, misalkan si istri itu meminta supaya anak dijemput. Adakalanya tanpa disadari si istri misalnya memintanya dengan, "kamu jangan lupa jemput anak- anak." Misalkan sja hal itu kurang disukai oleh si suami karena apa? Karena ada suami-suami atau pria-pria yang susah sekali mendengar instruksi dari pihak wanita.
GS : Nadanya itu nada memerintah?
PG : Betul, ini adakalanya memang bagian dari kehidupan wanita, kita tidak bisa 100 % mengatakan ini salah wanita, sebab wanita adalah seorang pemberi instruksi dalam perannya sebagai seoran mama, seorang ibu dan bagaimanapun juga mengidentifikasi diri dengan mamanya dulu.
Dan mama yang dikenalnya adalah mama yang memberikan instruksi, mamalah yang seringkali memberikan instruksi kepada anak-anak jadi itulah yang dikenalnya dan diserapnya. Waktu dia sudah besar, ada kecenderungannya juga menggunakan metode bicara yang serupa seperti dia berbicara kepada anaknya, dia perlakukan itu juga kepada suaminya. Suami atau pria cenderung kurang bisa tanggap dan menerima cara bicara yang bernada instruksi dari pihak istrinya .
IR : Sebaiknya bagaimana Pak Paul, cara penyampaiannya, biasanya minta tolong ya?
PG : Bagus sekali Ibu Ida, jadi salah satu contohnya adalah itu, bukannya pria ini gila hormat. Tapi pria itu membutuhkan hormat, tidak gila hormat, pada umumnya hanya membutuhkan hormat. Jai dengan memberikan permintaan tolong itu saya kira menolong sekali si suami.
Atau misalkan contoh yang lainnya lagi adalah dalam pengambilan keputusan, adakalanya memang suami tidak seberhikmat istrinya kita harus akui itu ya. Adakalanya suami tidak melihat hal-hal yang dilihat oleh istri dalam pengambilan keputusan, ada baiknya si istri tidak mengatakan kamu harus begini-begini, kamu masa tidak melihat ini, kamu seharusnya sudah pikirkan ini. Perkataan-perkataan dengan nada seperti itu cenderung membuat si suami defensif, menutup diri, dan malahan ingin membenarkan diri dan yang terjadi selanjutnya adalah pertengkaran, sebab si suami itu tidak menerima tanggapan atau usulan si istri. Si istri marah karena ia memang memberikan usulan yang baik. Apa yang bisa dilakukan dalam situasi seperti ini, saya menganjurkan agar si istri menggunakan kalimat pilihan, daripada memberikan satu pilihan kamu kenapa begini, kamu 'kan seharusnya pikir ini. Kita berkata menurutmu bagaimana ya, apa yang baik kita kerjakan ini, ini, ini atau yang ini, ini dulu yang kita kerjakan. Jadi kita memberikan dia 2,3 pilihan untuk memilih. Misalkan si suami itu egonya sangat besar dan tidak mau mengakui hikmat dari si istri. Dia mungkin tidak menjawab, dia mungkin mempertahankan pendapatnya tapi sekurang-kurangnya 3 pilihan yang diberikan oleh si istri itu akan diingatnya, dan mungkin akan dia ambil nanti, akan dia terima dan akan dia lakukan. Dan karena si istri memberikan misalnya 2 atau 3 pilihan, waktu si suami melakukan salah satu di antaranya si suami tidak terlalu merasa terhina.
GS : Tidak merasa diperintah atau didikte ya, Pak Paul?
PG : Betul, kalau dia menerima satu saja pilihan yang diberikan oleh si istri, si suami akan merasa terhina sebab saya itu benar-benar mengikuti nasihat istri saya. Tapi kalau ada 2 atau 3 plihan, dia merasa lebih baik, ada ruang gerak, saya memilih sendiri misalnya.
IR : Putusan dari sang suami ya?
PG : Sang suamilah sekarang yang merasa dia yang mengambil keputusan tersebut. Jadi sekali lagi bagaimana kita berbicara sangatlah menunjukkan rasa hormat kita kepada suami, dan suami cenderng memang menyukai gaya bicara yang seperti itu.
(2) GS : Sebaliknya dikatakan suami itu harus mengasihi istrinya, dikatakan tadi sebagaimana Pak Paul bacakan, seperti mengasihi dirinya sendiri bahkan.
PG : Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan rasa kasih kepada istri adalah dengan cara membuatnya merasa spesial, merasa istimewa, Pak Gunawan, itu salah satu intinya saya kia.
GS : Contoh konkretnya Pak Paul?
PG : Membuat orang merasa spesial sebetulnya bersumber dari perhatian, berapa banyak perhatian yang kita berikan. Kita tidak bisa berdalih, berargumentasi, saya ini tetap mencintaimu dan kauyang spesial dalam hidupku, tapi jarang berbicara dengan dia, tidak memperhatikan kebutuhannya, ulang tahunnya dilupakan, tidak mendengarkan dia pada waktu dia berbicara kepada kita, jadi sudah pasti hal-hal seperti itulah yang diminta oleh si istri.
Misalkan saya berikan contoh ini yang sangat-sangat segar. Kemarin kami hendak menonton video film drama. Istri saya ini senang dengan film drama, jadi sesekali saya meminjam film-film drama supaya kami berdua bisa menikmatinya bersama setelah anak-anak tidur. Sudah kira-kira jam setengah sebelas malam hampir jam sebelas kami baru sempat nonton di televisi kami, di video kami. Tiba-tiba kami dapat telepon dari seseorang yang membutuhkan pertolongan, dan memang dia sangat butuh sekali pertolongan. Jadi istri saya pun setuju pergi agar menolong orang tersebut. Setelah saya pergi mungkin saya pulang sekitar 45 menit kemudian atau hampir satu jam kemudian, sudah hampir jam 12 malam film itu hampir habis. Jadi pada waktu saya pulang, saya lihat dia masih menonton, saya tidak mau mengganggu dia, jadi saya katakan saya ingin tidur di kamar anak-anak saya, sebab saya tidak bisa tidur di kamar saya, berisik dengan adanya video itu. Film itu hampir habis, akhirnya dia berkata, kenapa kamu tidak mau berbicara dengan saya, tidak mau duduk di sebelah saya. Saya mengatakan saya ini justru mau ke kamar anak-anak supaya tidak mengganggu kamu, tapi dia mengatakan kamu 'kan tidak bicara apa-apa, pulang langsung diam, langsung mau tidur, tadi kita sudah berjanji untuk nonton sama-sama, saya menantikan engkau, sebetulnya berat bagi saya melepaskan engkau pergi, tapi kini kamu sudah kembali malah tidak mau duduk di sebelah saya; memang jelas terjadi kesalahpahaman. Saya mau dengan diam-diam pindah kamar karena tidak mau mengganggu dia, saya kira dia lagi nonton ya jangan diganggu.
GS : Padahal kebutuhannya lain.
PG : Kebutuhannya bukan nonton, omong-omong, jadi kebersamaan itu. Jadi sekali lagi itulah yang diminta oleh istri yaitu perhatian, kebersamaan. Dan memang bagi pria hal ini sepertinya hal kcil, hal sepele, tapi justru itu yang akan membuat dia istimewa.
IR : Memang istri, Pak Paul, kalau diperhatikan dan suaminya itu romantis, itu dibutuhkan setiap istri, pengakuan setiap istri itu demikian, Pak Paul?
PG : Saya sadari bahwa memang istri itu membutuhkan suami yang romantis, tapi kenyataannya adalah di dunia ini pria yang romantis sebetulnya tidak banyak. Kebanyakan pria itu pragmatis, pragatis artinya berpikir secara rasional, yang bermanfaat bagi saya itulah yang saya lakukan, yang tidak bermanfaat itu buang waktu, jadi itu benar-benar sangat bertentangan dengan kebutuhan istri.
Salah satu hal lain lagi yang saya pikir, Pak Gunawan dan Ibu Ida, tentang mengistimewakan istri adalah mengistimewakan dia di atas wanita atau orang lain atau hal lain, itu penting sekali bagi seorang istri. Saingan itu tidak harus berbentuk wanita lain, saingan bisa berbentuk pekerjaan, hobby. Waktu kita dahulukan dia dan berkata ya tidak apa-apa saya lepaskan yang lain sebab saya mau mengutamakan dia, itu memberikan suatu pesan yang sangat jelas kepada istri kita bahwa dia istimewa. Jadi memang keistimewaan itu harus diwujudkan dalam bentuk yang nyata, kalau kita katakan kamu istimewa, kamu spesial tapi kita perlakukan dia persis seperti kita memperlakukan orang lain, maka tidak ada istimewanya. Ini juga saya pelajari dari pernikahan saya sendiri. Terus terang awal-awal pernikahan karena saya banyak teman dan lain sebagainya, saya memperlakukan semua orang sama. Saya masih ingat istri saya berkata, saya tidak mau engkau perlakukan sama seperti orang lain, saya minta engkau perlakukan aku berbeda, sebab aku istrimu. Saya baru disadarkan, ya betul keistimewaannya hanya ada dalam perbandingan dengan perlakuan saya terhadap orang lain.
GS : Tapi 'kan dikatakan oleh firman Tuhan mengasihi istri itu seperti dirinya sendiri, pada hal kita belum tentu punya kebutuhan seperti istri kita itu Pak Paul? Dalam hal diperhatikan, dan apa mungkin kita tidak terlalu pusing dengan itu?
PG : Betul pada akhirnya Pak Gunawan, kita harus mementingkan yang dianggap penting olehnya. Ini sebetulnya dua belah pihak ya, bukan saja istri. Tapi saya pikir suami juga sama, suami inginistri memperhatikan hal yang penting bagi suami pula, hal-hal kecil, memang macam-macam ya.
Misalkan ada suami yang senang handuk itu langsung ditaruh dengan rapi, waktu dia minta kepada istrinya 2, 3 kali diminta tidak dilakukan dia merasa jengkel. Itu penting bagi si suami. Istrinya berkata itu hal kecil bisa mengambil sendiri, jadi sekali lagi betapa pentingnya hal itu.
IR : Dan itu membutuhkan pengorbanan ya Pak Paul, seperti ada kasus ya kesaksian juga dari seorang suami, istri yang memperhatikan hobby suaminya. Sekalipun si istri tidak menyukai, tapi dia mau mementingkan suaminya. Misalnya nonton sepak bola, si istri tidak senang tapi karena dia mengasihi dan menghormati suaminya dia menemani, membuatkan makanan kecil, jadi hal-hal itu Pak Paul yang membuat si suami itu dihargai.
PG : Betul sekali, itu membawa kita kepada bentuk yang lain untuk menyatakan tunduk atau hormat kepada suami, yaitu bagaimana istri bisa menghargai suami, tidak bisa tidak wujud dari tunduk tau hormat adalah dalam hal menghargai.
Salah satu bentuknya tadi ya, Bu Ida sudah ceritakan, menghargai bisa diutarakan dengan mementingkan hal yang penting bagi si suami, waktu dia melakukan itu ya nonton sepak bola bersama suaminya, tidak bisa tidak, si suaminya merasa sangat dihargai.
IR : Tapi Tuhan itu memberkati Pak Paul, akhirnya si istri itu juga ikut menikmatinya, akhirnya dia suka padahal sebelumnya tidak suka.
PG : Betul, jadi akhirnya memperkaya wawasan si istri juga. Demikian juga kalau suami memperlakukan hal yang sama kepada istrinya.
IR : Akhirnya terbalas, dulu suaminya tidak senang kalau istri itu hobby menanam tanaman, tapi karena si istri itu mendahului, mementingkan kepentingan si suami, akhirnya si suami juga ingin membalasnya. Jadi hobby si istri juga dipenuhi, dibelikan tanaman, jadi akhirnya dia yang membelikan tanaman dan si suami juga menikmati bahwa tanaman itu juga indah. Hubungan itu jadi bagus, semakin baik, jadi ada pengorbanan di antara keduanya.
PG : Betul, dan kalau sudah tahap ini pernikahan tersebut juga menjadi pernikahan yang sangat kuat sebetulnya, karena suami istri tidak lagi berputar-putar pada soal kebutuhan, tapi berputarpada yang lebih tinggi yaitu hal-hal yang menyenangkan masing-masing.
Jadi melakukan hal yang bukan hanya menyenangkan pasangannya, yang sebetulnya kalau tidak adapun tidak apa-apa, kalau tidak ditemani nonton sepak bola ya tidak apa-apa, kalau tidak dibelikan tanaman juga tidak apa-apa. Tapi karena hubungan ini sudah begitu baik sehingga sekarang kebutuhannya meningkat kepada hal-hal yang diidamkan, yang bonus-bonus dan itu akan sangat memperkaya hubungan pernikahan tersebut.
(3) GS : Karena saya pikir memang betul apa yang Ibu Ida katakan, setiap suami akan merasa senang kalau istrinya itu mau melayani. Bukan dalam hal tertentu tetapi pada semua segi kehidupannya, Pak Paul. Memang sulit seorang suami mau mengatakan, kamu harus melayani saya, nanti dia tersinggung dipikirnya pelayan, tapi bagaimanapun juga sebagai seorang suami itu punya kebutuhan untuk dilayani oleh istrinya.
PG : Betul, dan itu akan membuat si suami merasa dihargai, ya Pak Gunawan, waktu istri melayani suami.
GS : Tapi itu boleh dikatakan dengan spontan, terus terang, dan istri bisa tersinggung ya Pak Paul?
PG : Betul, jadi sekali lagi masalah komunikasinya, mengutarakannya. Adakalanya suami itu menuntut untuk dilayani, tapi karena tidak berani berterus terang, apa kebutuhannya yang dia inginka, keluar dari mulutnya justru dalam bentuk perintah.
Kamu lakukan, jangan banyak tanya ini yang aku minta, masa kau tidak tahu apa yang aku butuhkan. Nada-nada perintah seperti itu membuat istri merasa sebagai pelayan, dan akhirnya tidak bisa memberikan secara spontan dan suka rela. Yang lainnya lagi yang bisa dilakukan oleh suami ya dalam wujudnya mengasihi si istri selain dari membuat si istri merasa spesial adalah mengerti kelemahan istri. Istri itu sebetulnya mempunyai kebutuhan mendasar yaitu ingin suami bisa menerima kelemahannya. Kelemahan yang saya maksud di sini adalah wanita itu cenderung mudah beremosi, karena emosi wanita lebih peka dibandingkan pria. Oleh sebab itulah pada umumnya, ya tidak semuanya, pada umumnya wanita lebih bisa mengalami kelabilan, naik turun emosinya dan kebanyakan wanita menyadari hal ini. Ini adalah sesuatu yang seharusnya lebih baik, lebih diperbaiki, lebih stabil. Yang dibutuhkan oleh wanita atau istri adalah pengertian si suami akan emosinya. Bahwa waktu dia marah, tidak berarti dia membenci si suami, waktu dia bernada tinggi, tidak berarti dia sedang menggurui si suami, jadi yang dibutuhkan adalah "terimalah aku, jangan tolak aku karena aku mempunyai perasaan-perasaan seperti ini". Itu sebetulnya kebutuhan pokok istri, kalau si suami bisa memberikan itu, aku menerimamu apa adanya, aku tahu bahwa waktu engkau berkata begitu, engkau tidak benar-benar bermaksud seperti itu, itu karena emosimu saja. Suami yang bisa memberikan perlakuan seperti itu akan membuat istrinya sangat aman . Dia tahu suaminya itu mencintai dia dan hubungan ini sangat kuat. Jadi apapun yang dilakukan, suaminya akan menerima dia.
GS : Jadi suami bukan saja dituntut untuk menerima kelemahan istri, tapi juga melindungi istri itu. Memang sifat-sifatnya dibuat seperti itu, Pak Paul? Jadi istri yang lemah lembut dan sebagainya agar suami memberikan perlindungan.
PG : Betul sekali, pengayoman itu akan membuat istri merasa sangat tenang dan aman. Tapi adakalanya istri kebablasan akhirnya tidak tepat dalam mengutarakan kebutuhannya ini, bukannya dia megakui terus terang inilah diri saya, tapi saya tidak bermaksud seperti itu atau saya tadi beremosi.
Yang istri lakukan adalah dia meminta si suami untuk seolah-olah tidak boleh menuntut, jangan menuntut apa-apa.
GS : Tapi istri boleh menuntut.
PG : Tapi istri boleh menuntut, itu kadangkala yang terjadi ya, si istri akhirnya benar-benar menutup pintu kepada si suami untuk menuntut atau meminta apapun. Karena apa? Karena si istri measa dia tidak bisa mencapai standar yang diharapkan oleh si suami, dia merasa sangat tidak aman.
Daripada dia dituntut lagi dan dia tambah stres tidak bisa memenuhi tuntutan tersebut, dia benar-benar menutup mulut. Berkata kepada suaminya jangan menuntut-nuntut lagi, jangan minta macam-macam lagi, sudah ini saya apa adanya, mau terima baik tidak mau terima ya sudah. Nah sebetulnya sekali lagi yang dibutuhkan oleh si istri adalah rasa aman, tapi karena akhirnya masalah dalam keluarga, rasa aman itu dia peroleh dengan cara menutup mulut si suami.
GS : Mungkin bukan hanya menutup mulut saja, pergaulan si suami pun bisa dibatasi Pak Paul supaya tidak terlalu sering keluar rumah atau sibuk dengan kegiatan di luar. Lalu seolah-olah si istri ini agak mengekang suaminya.
PG : Betul, betul supaya rasa amannya lebih terjamin.
GS : Apakah yang diperlukan begitu, lalu si suami malah mengasihi istrinya, Pak?
PG : Cenderungnya justru tidak, justru si suami tidak memperlakukan istri dengan istimewa dan spesial, nah itu berkaitan. Jadi akhirnya si suami justru memperlakukan istri sebagai orang yangjahat.
Tapi adakalanya memang ada problem juga dari pihak si suami yang berkaitan dengan kebutuhannya tadi itu. Tadi sudah kita sebutkan memang pria itu ingin sekali dihargai dan dihormati; ini berkaitan dengan perasaan bisa, mampu, sanggup. Pria adalah makhluk yang butuh merasa bisa, dia sangat malu kalau dia tidak bisa, apalagi di depan istrinya. Akhirnya kalau dia tidak mantap, tidak aman, yang keluar dari mulutnya adalah "tutup mulut kamu, jangan beritahu apa-apa, aku bisa, aku mengerti, ini urusan pria." Nah itu contoh-contoh yang mungkin kita pernah dengar, "ini dunia laki-laki, kamu tidak mengerti dagang, jangan banyak mulut" dan sebagainya. Sebetulnya yang dibutuhkan oleh suami adalah perasaan aku bisa, jadi sekali lagi perasaan-perasaan atau kebutuhan-kebutuhan alamiah dalam pernikahan yang tidak sehat benar-benar menjadi hancur. Destruktif sekali, saling merusakkan.
(4) IR : Nah Pak Paul, suami yang selalu melibatkan misalkan dalam kariernya, keputusannya selalu melibatkan si istri berarti itu juga memperlakukan istrinya spesial, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, tepat sekali orang yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan akan merasa dihargai, itu betul.
IR : Sekalipun keputusannya nanti diambil oleh sang suami tapi pokoknya diutarakan, dibicarakan, istri sudah sangat merasa dihargai, ya Pak Paul?
PG : Betul, ini adakalanya memang yang dianggap atau dimiliki oleh para pria yaitu pria adakalanya menganggap dia itu di atas istri. Tuhan memang meminta pria itu menjadi kepala, tapi bukanlh kepala yang searah ya, yang hanya memberikan perintah dari atas ke bawah, tidak sama sekali.
Sebab yang Tuhan inginkan adalah hubungan cinta, hubungan kasih-mengasihi bukan hubungan kerja. Kadangkala pria yang mempunyai konsep yang keliru, seperti hubungan kerja, saya bos engkau bawahan. Engkau harus menuruti perintah, adakalanya pria yang rasanya terdesak menggunakan senjata Alkitab. Engkau harus taat kepada suamimu, engkau menjadi istri yang tidak taat. Tapi sebetulnya ini bukan hubungan kerja, ini hubungan kasih, dan dalam hubungan kasih memang tidak ada yang menggurui, yang ada adalah saling menghormati, itu sebetulnya yang harus terjadi dalam pernikahan Kristen.
GS : Karena di dalam Tuhan menciptakan kita, baik suami maupun istri masing-masing mempunyai kebutuhan, ya Pak Paul. Dan diciptakan pasangan, dan diberikan pasangan supaya pasangan itu bisa mengisi kebutuhannya dan sebaliknya. Saya rasa begitu.
GS : Jadi menggarisbawahi firman Tuhan yang tadi Pak Paul bacakan dari Efesus itu tentunya kita semua terpanggil untuk betul-betul melaksanakan firman Tuhan dalam kehidupan suami istri. Karena kalau kita keluar dari apa yang Tuhan tetapkan ini, pasti akan menimbulkan banyak masalah di dalam kehidupan rumah tangga kita.
PG : Betul dan saya teringat akan satu ayat di Pilipi 2, di mana Rasul Paulus meminta agar kita tidak hanya memikirkan kepentingan diri kita saja. Nah ini yang harus ditanamkan dalam setiap ernikahan.
Harus kita akui bahwa kecenderungan kita memikirkan kepentingan kita yang tidak terpenuhi, yang dilanggar, dan kurang mementingkan kepentingan pasangan kita.
GS : Jadi memang kalau mau belajar berkorban, di dalam rumah tangga itu Pak Paul, di dalam hubungan suami istri kita betul-betul mewujudkan, mempraktekkan kasih yang nyata itu.
IR : Mengutamakan kepentingan orang lain, terutama keluarga ya Pak Paul?
GS : Jadi saya rasa demikianlah perbincangan kita dalam kesempatan ini Pak Paul, kita percaya bahwa Tuhan pasti akan menolong setiap anak-anaknya yang mau sungguh- sungguh melakukan kebenaran firman Tuhan ini.
Dan demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan ke hadapan Anda sebuah perbincangan tentang bagaimana kita memenuhi kebutuhan pasangan kita suami istri. Dan perbincangan ini kami lakukan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih untuk surat-surat, saran-saran serta pertanyaan yang ditujukan kepada kami. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami bertiga mengucapkan sampai berjumpa lagi pada acara TELAGA yang akan datang.
PERTANYAAN KASET T 36 B
- Bagaimana mengaplikasikan Efesus 5 bahwa istri harus tunduk kepada suami?
- Bagaimana mengaplikasikan Efesus 5 bahwa suami harus mengasihi istri seperti dirinya sendiri?
- Bagaimana cara mengutarakan keinginan kita sebagai suami terhadap istri, bahwa sesungguhnya suami senang dilayani oleh istri?
- Melibatkan istri dalam setiap pengambilan keputusan, karier, apakah merupakan wujud dari perlakuan istimewa dari seorang suami?
Comments
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sen, 02/03/2009 - 12:48pm
Link permanen
terima kasih buat renungannya.
TELAGA
Sel, 03/03/2009 - 12:05pm
Link permanen
Kami pun bersyukur apabila
Anonymous (tidak terverifikasi)
Sen, 02/03/2009 - 1:46pm
Link permanen
komitmen menikah tapi lokasi kerja berjauhan
TELAGA
Jum, 06/03/2009 - 4:49am
Link permanen
Kepada yang terkasih dalam