Seorang perempuan sangat perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang wanita yang dewasa, dan dalam hal ini ibu sangat berperan, sang ayah pun sangat diperlukan di dalam ikut membentuk anak perempuannya karena ayah sudah terlebih dahulu mengenal wanita-wanita yang sudah dewasa. Sehingga dia dapat memberitahu bagaimana seorang pria berpikir, seorang pria mengungkapkan diri, perasaan dan sebagainya.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Kali ini kami juga didampingi oleh seorang Amerika Ibu Collins Martin istri dari seorang hamba Tuhan yang melayani di kota Malang ini. Kami akan berbincang-bincang "Membentuk A Girl menjadi A Woman". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya kira dalam hal-hal yang prinsiple memang tidak ada beda tapi dalam hal-hal yang menyangkut budaya dan keadaan sosial saya kira akan jelas sekali ada perbedaan antara membesarkan ank yang laki-laki dan anak perempuan.
Nah untuk itulah kita merasa keperluan untuk mengundang Ibu Collins Martin untuk memberikan masukan-masukan karena beliau adalah seorang ibu yang mempunyai anak remaja yang juga wanita.(2) PG : Kalau boleh saya tanya Ibu Collins, menurut Ibu apakah pada dewasa ini para ibu rumah tangga mempunyai ketakutan-ketakutan tertentu dalam membesarkan anak-anak wanitanya?
PG : Jadi ada ketakutan yang spesifik Ibu Collins, kalau orang tua mempunyai ketakutan tertentu terhadap anak lakinya misalnya kalau anak itu menjadi nakal, tidak sekolah misalnya memakai obt terlarang atau pada masa lebih kecil kita takut anak kita misalnya mendapatkan kecelakaan.
Tapi khusus untuk anak-anak perempuan orang tua rupanya mempunyai ketakutan yang lebih spesifik yaitu jangan sampai anak perempuan kita ini menderita kerugian-kerugian, ada yang melukai atau merugikan dia.PG : Saya kira wajar, sebab kita ini tidak mau anak kita terlalu berbeda dari anak-anak lain. Tapi sebetulnya Pak Gunawan dari segi psikologis seorang anak perempuan yang sedikit terlambat brkembang dalam hal ini misalnya haidnya terlambat dan dapat juga disimpulkan jika haidnya terlambat pembentukan tubuhnya tidak secepat anak-anak yang lainnya.
Itu sebetulnya merupakan keuntungan bagi anak-anak wanita sebab anak-anak wanita yang bertumbuh lebih dini alias matang lebih cepat sering kali mengalami tekanan-tekanan psikologis yang lebih banyak. Misalnya karena tubuhnya terbentuk dengan lebih cepat dia menjadi sorotan teman para prianya, dia menjadi bahan ejekan, bahan guyonan dan sudah tentu tubuhnya itu akan menjadi juga sasaran untuk dilihat oleh para teman prianya pada usia yang lebih muda itu. Itu sebabnya anak-anak wanita yang matang lebih cepat mempunyai tingkat kerawanan yang lebih tinggi untuk terlibat dalam hal-hal yang negatif. Karena apa, karena dia merasa ditolak oleh teman-teman usia sebayanya yang pria karena menjadi bahan ejekan, di kalangan teman wanita pun dia merasa dirinya berbeda karena teman-teman wanita yang lain belum berkembang seperti dia. Akibatnya dia mencari teman yang lebih tua darinya nah kalau kebetulan teman-teman wanitanya yang lebih tua itu tidak terlalu baik dia juga akan terbawa arus oleh mereka. Jadi justru anak wanita yang berkembangnya sedikit terlambat itu adalah faktor keuntungan baginya bukan kerugian.PG : Saya kira semua remaja pada umumnya akan menjauh dari orang tua karena apa, karena pada saat-saat itu mereka mulai membentuk diri mereka yang terpisah dari orang tua. Jadi akan ada kebuuhan untuk lebih privat, untuk lebih tersendiri tidak lagi terlalu suka menceritakan banyak kepada orang tua atau memberikan kesempatan kepada orang tua untuk tahu tentang dirinya.
Jadi kadang kala anak remaja itu tidak terlalu mau menceritakan banyak kepada orang tuanya bukan karena tidak percaya kepada orang tua, bukan karena tidak sayang kepada orang tua, tapi hendak menutup pintu jangan sampai orang tua terlalu tahu tentang diri mereka. Sebab kebutuhan untuk merahasiakan makin membesar seperti itu.PG : Apakah kira-kira yang bisa dilakukan Ibu Collins, sebagai orang tua untuk memonitor anak, jangan sampai dia bergaul dengan teman-teman yang keliru ya.
PG : Jadi penting sekali untuk memonitor dengan siapa anak-anak kita bergaul.
PG : Saya kira memonitornya dari dua cara, cara pertama adalah kita melihat dengan siapa dia pergi atau ke rumah siapa dia bermain. Jadi kita ingin tahu dengan siapanya, apa yang dia lakukanitu kita perlu ketahui secara garis besar, nah jangan sampai kita sebagai orang tua melewati garis yaitu terlalu mau tahu dan bertanya-tanya apanya, bicara apa, tadi kok lama benar.
Jadi apa sekali-sekali boleh ditanyakan dan seharusnya ditanyakan, tapi apanya jangan menjadi sorotan utama. Yang paling penting kita tahu dengan siapanya, nomor dua adalah kita ingin memantau atau memonitor teman-temannya dengan cara lebih banyak berbicara tentang karakter teman. Siapakah teman yang baik, siapakah orang yang baik, sebab ada perbedaan antara teman yang baik dengan orang yang baik. Teman yang baik belum tentu orang yang baik karena teman yang baik bisa saja sama-sama rusaknya dengan kita. Nah di situ peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk menjelaskan kepada anak apa itu orang yang baik, nah kita bisa tegaskan orang yang baik adalah orang yang mencintai Tuhan, takut akan Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menjerumuskan teman-temannya dalam hal yang jahat atau yang salah. Nah orang yang baiknya itu yang kita tekankan, sehingga anak kita mempunyai standar nilai, waktu dia memilih teman dia akan memilihnya dengan yang tadi kita telah sebutkan. Saya mungkin bisa bertanya kepada Ibu Collins secara spesifik, apakah yang Ibu lakukan misalnya kalau Ibu melihat anak Ibu mulai berteman dengan teman pria yang kurang baik?PG : Apakah hal ini menurut Ibu Collins perlu dilakukan, membicarakan tentang seks kepada anak wanita?
PG : Saya ada kesan bahwa para ibu dewasa ini melihat anak perempuannya seperti domba di tengah-tengah serigala, tapi serigalanya para pria-pria ini. Dan kebetulan anak kita sebagian juga pria, apakah memang seperti itu bahwa kita harus menjaga anak perempuan kita dari serangan para serigala ini?
PG : Jadi jangan kita mengajar anak untuk takut kepada laki-laki tapi untuk waspada dengan kelemahan laki-laki jadi itu yang Ibu tekankan ya. Bukan laki-lakinya tapi waspadalah terhadap keleahan laki-laki.
PG : Saya kira anak perempuan itu memang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang wanita, nah yang paling tepat untuk mempersiapkannya adalah nomor 1 ibunya sendiri karena ibunya sudah menjai seorang wanita.
Tapi seorang ayah menurut saya juga mempunyai tugas untuk mempersiapkan anak perempuannya menjadi seorang wanita pula. Sebab seorang ayah adalah seorang anak laki-laki yang telah mengenal wanita-wanita yang sudah dewasa, sehingga diapun bisa memberitahukan si anak bagaimanakah seorang pria itu berpikir, bagaimanakah seorang pria itu mengungkapkan dirinya atau perasaannya atau kebutuhannya. Dengan kata lain masukan-masukan dari si ayah ini akan menolong pula si anak wanita mengerti tentang pria sehingga waktu dia sudah mulai besar dia juga tidak akan terlalu asing bergaul dengan pria karena masukan-masukan dari ayahnya telah membekali dia. Bahwa misalnya pria kalau marah tidak senantiasa mengungakapkan perasaannya, cukup banyak pria yang marah kemudian diam. Sedangkan yang lebih umum di kalangan wanita waktu marah mengekspresikan dirinya. nah hal kecil ini misalkan dia sadari waktu dia sudah menginjak usia dewasa dengan sendirinya dia juga akan lebih bisa membawa diri dengan pria. Waktu pria itu tidak berkata apa-apa dan diam bukan berarti pria itu pasti menyetujui yang dia lakukan atau dia katakan, mungkin saja pria itu tidak setuju nah dia lebih tahu apa yang harus dia lakukan misalnya dia bisa langsung bertanya lebih spesifik, engkau setuju atau tidak, engkau tampaknya tidak senang. Sehingga hal-hal itu lebih membekali dia dalam berkomunikasi dan bergaul dengan pria, nah peranan seorang ibu juga sangat dibutuhkan di sini, sudah tentu. Menyambung yang tadi Ibu Collins katakan tentang seks, istri saya memberi informasi tentang seks kepada anak-anak wanita kami pula, jadi anak-anak perempuan kami belum mengalami haid istri saya sudah mulai memberitahukan bahwa suatu hari mungkin tahun ini, mungkin tahun depan kamu melalui suatu perubahan fisik yang tidak pernah kamu alami sebelumnya yaitu kamu akan mengalami haid. Dan istri saya menjelaskan apa itu haid dan sebetulnya apa yang terjadi secara konkret sekali, dengan tujuan supaya anak kami tidak kaget dan ketakutan waktu pertama kali mengalami haid. Nah setelah itu juga akan dibimbing bagaimana menghadapi haidnya dan sebagainya dan istri saya pun juga mulai membicarakan mengenai hubungan perempuan dengan laki-laki. Jadi apa itu yang harus dilakukan dengan anak laki-laki dan sebagainya. Saya juga bersyukur anak wanita saya cukup terbuka, menyambung yang tadi Ibu Collins katakan penting sekali komunikasi yang terbuka. Kadang anak perempuan saya membicarakan tentang teman prianya pula, perilaku teman-teman prianya yang nakal seperti ini itu, nah saya juga harus berhati-hati tidak memberikan gambaran yang terlalu buruk tentang pria karena saya juga harus memaklumi itulah perilaku pria. Terutama pada usia-usia remaja yang cenderung nakal, yang cenderung genit yang mau menggoda anak wanita dan sebagainya. Nah jadi saya hanya memberikan masukan supaya dia berhati-hati, waspada dan sebagainya tapi saya juga tidak memberikan gambaran pria itu adalah makluk yang sangat buruk sehingga engkau harus menjauhkan diri dari pria. Nah saya kira hal-hal ini penting dipahami oleh anak wanita kita sehingga dia waktu dewasa dia mempunyai pandangan yang lumayan tepat tentang pria. Nah adakalanya orang tua mempunyai pengalaman yang buruk dengan pasangan hidupnya misalnya sehingga memberikan banyak informasi yang negatif tentang pria, nah itu yang akan dibawa oleh anak-anak wanita ini sewaktu mereka besar. Sehingga tatkala anak wanita itu besar gambaran tentang pria tidak ada lagi yang positif, pria adalah makluk yang selalu harus dicurigai misalnya. Kita di situ telah berjasa membentuk seorang anak wanita yang tidak lagi mempunyai perspektif yang sehat tentang pria, jadi saya kira hal-hal ini perlu dibicarakan, diberitahukan kepada anak-anak sehingga waktu dia dewasa dia menjadi seorang wanita yang sehat.PG : Ibu Collins, saya mau tanya apakah kita juga perlu mempersiapkan anak wanita kita bergaul dengan sesama wanita, apakah ada isu-isu tertentu yang perlu disadari.
PG : Menarik sekali sebab istri saya pun pernah mengutarakan hal yang serupa yaitu dia pernah menyinggung bahwa wanita itu mampu untuk dia tidak menggunakan kata manipulasi tapi seperti itulh.
Jadi bisa mengatur tindakan dan perilakunya agar apa yang dia inginkan itu bisa dia dapatkan, rupanya Ibu Collins juga mempunyai kesan yang sama ya, tapi inilah sesuatu yang perlu disadari oleh anak wanita kita pula. Dan mungkin yang harus kita tekankan kepadanya adalah sebaiknya dia tidak begitu ya. Sebaiknya dia lebih terbuka, apa adanya dan tidak usah bermain-main sandiwara.PG : Pak Gunawan apakah juga mempunyai kesan yang sama ?
PG : Alkitab sebetulnya tidak begitu banyak membicarakan tentang anak-anak wanita Pak Gunawan, jadi memang ada firman Tuhan yang mengatakan bahwa kita harus memperlakukan yang wanita lebih mda itu sebagai adik kita sebagai saudari kita ya.
Tapi selain itu petuah bagaimana orang tua memperlakukan anak wanitanya dan sebagainya memang hampir tidak ada. Ada juga I Korintus tentang anak wanita yang mau menikah, jadi saya akan gunakan saja prinsip yang umum yang bisa berlaku pula bagi anak wanita maupun pria. Saya akan bacakan dariGS : Jadi berdasarkan kebenaran firman Tuhan itu tentu tidak betul, faham yang mengatakan anak laki-laki itu lebih berharga daripada anak wanita karena tanggung jawabnya tetap sama Pak Paul. Jadi demikian tadi saudara-saudara pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Collins Martin dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja melanjutkan perbincangan kami tentang 'Bagaimana Membentuk A Girl Menjadi A Woman". Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
Membesarkan anak laki-laki dan anak perempuan dalam hal-hal yang prinsiple memang tidak ada beda tapi dalam hal-hal yang menyangkut budaya dan keadaan sosial akan ada perbedaan. Bagi orang tua yang membesarkan anak perempuan cenderung memiliki ketakutan yang lebih spesifik. Pada anak laki-laki, mungkin orang tua mempunyai ketakutan tertentu misalnya kalau anak itu jadi nakal, tidak sekolah, memakai obat terlarang atau pada masa kecil kita takut misalnya anak kita mendapatkan kecelakaan. Tapi khusus untuk anak-anak perempuan, orang tua rupanya mempunyai ketakutan yang lebih spesifik yaitu jangan sampai anak perempuan kita ini menderita kerugian-kerugian, ada yang melukai atau merugikan dia.
Apa yang harus dilakukan orangtua untuk memantau anak:
Kita melihat dengan siapa dia pergi atau ke rumah siapa dia bermain. Jadi yang kita ingin tahu dengan siapanya, apa yang dia lakukan itu kita perlu ketahui secara garis besar. Jangan sampai sebagai orang tua melewati garis yaitu terlalu mau tahu dan bertanya-tanya ngomongin apa, bicara apa dsb.
Kita ingin memantau atau memonitor teman-temannya dengan cara lebih banyak berbicara tentang karakter teman. Siapakah teman yang baik, siapakah orang yang baik sebab ada perbedaan antara teman yang baik dengan orang yang baik. Teman yang baik belum tentu orang yang baik karena teman yang baik bisa saja sama-sama rusaknya dengan kita. Kita perlu tegaskan orang yang baik adalah orang yang mencintai Tuhan, takut akan Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menjerumuskan teman-temannya dalam hal yang jahat atau yang salah.
Seorang anak perempuan itu memang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang wanita. Yang paling tepat untuk mempersiapkannya adalah:
Nomor 1 ibunya sendiri, karena ibu sudah menjadi seorang wanita.
Nomor 2 ayahnya, sebab seorang ayah adalah seorang anak laki-laki yang telah mengenal wanita-wanita yang sudah dewasa, sehingga dia pun bisa memberitahukan si anak bagaimanakah seorang pria berpikir, bagaimana seorang pria mengungkapkan dirinya atau perasaannya atau kebutuhannya. Dengan kata lain masukan-masukan dari si ayah ini akan menolong si anak wanita mengerti tentang pria sehingga waktu dia sudah mulai besar dia tidak akan terlalu asing bergaul dengan pria.
Ada dua hal yang bisa ditinggalkan oleh orangtua pada anak di sini yaitu kasih dan setia, jadi itu mungkin juga yang bisa kita tinggalkan kepada anak-anak wanita kita, apapun yang terjadi kita perlu mempunyai kasih dan setia di dalam hidup ini. Karena mengasihi orang dan setia adalah dua karakteristik yang kekal yang pasti akan bisa menjembatani hubungan dia dengan siapapun.
Prinsip yang diberikan kepada anak-anak wanita dalam bergaul dengan teman-teman prianya: adalah sebaiknya tidak pacaran terlalu dini, karena itu akan membuka peluang kontak seksual yang lebih pagi, terlalu prematur.
Wanita perlu diajarkan untuk mandiri secara emosional karena:
Sebab ada kecenderungan kalau seorang wanita terlalu bergantung itu bukannya menjadi daya tarik baginya, justru itu menjadi kelemahan baginya. Kelemahan dalam pengertian pria sebetulnya menghargai wanita yang mandiri, justru wanita yang terlalu bergantung pada akhirnya kurang dihormati oleh pria.
Sebab dia membuka peluang untuk dimanfaatkan, tatkala seorang pria melihat dia adalah wanita yang begitu membutuhkan pria. Jadi mudah sekali dimasuki oleh pria yang bermaksud buruk dan akhirnya memanfaatkan. Jadi saya kira sejak kecil atau sejak usia remaja penting bagi seorang ibu dan ayah menanamkan konsep ini kepada mereka. Engkau seorang yang lengkap, engkau memerlukan pria sama seperti pria memerlukan engkau, tapi engkau tetap adalah seorang yang matang dan lengkap, meskipun kalau misalnya nanti engkau sendirian tanpa pria.
Wanita cenderung memiliki rasa bersalah yang lebih besar dari pada pria, hal ini disebabkan:
Dipengaruhi oleh emosi.
Sejak kecil anak wanita sudah dididik untuk lebih bertanggung jawab. Kita orang tua cenderung membolehkan anak pria tidak terlalu bertanggung jawab, terutama dalam hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan rumah. Sedangkan anak wanita lebih dituntut untuk bertanggung jawab akan pekerjaan rumahnya.
Yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah memberikan teladan kepada anak-anaknya. Dan saya kira teladan, berbicara jauh lebih banyak dari pada perkataan atau instruksi-instruksi. Jadi bagaimana orangtua hidup, bagaimana dia memperlakukan satu sama lain dan juga orang-orang di luar, bagaimana dia melakukan tanggung jawab di rumah dan juga di luar, itu semua merupakan didikan atau ajaran yang akan diserap oleh anak-anak kita.