Tahun Baru

Versi printer-friendly


oleh Sdri. Betty Tjipta Sari

Besok pagi adalah hari terakhir tahun ini, dan aku teringat pertama kali aku mengalami tahun baru di Belanda. Waktu itu menjelang ujian semester dan semua teman serumah (mahasiswa Belanda) pulang ke rumah orang tua masing-masing. Jadi aku pikir, kesempatan baik untuk belajar saat sendirian di rumah. Menjelang tengah malam, aku mulai mengantuk dan beranjak pergi ke tempat tidur. Tapi tiba-tiba, hiruk-pikuk seperti suara bom berdentum berulang kali serasa terjadi perang yang tiba-tiba. Karena kaget aku melihat ke luar dan ternyata itu suara kembang api yang dinyalakan pada waktu bersamaan di seluruh penjuru kota, termasuk oleh para tetanggaku. Suara dentuman tak kunjung henti, jadi kuputuskan untuk naik ke atas dan melihat ke luar. Lebih dari satu jam mulai pukul 00.00 suara dentuman kembang api terus bersahutan dan bau mesiu menyebar ke mana-mana. Jangan tanya soal keamanan, banyak kecelakaan terjadi sewaktu orang menyalakan kembang api besar. Tapi entah kenapa sebagian besar orang Belanda tetap ingin bebas menyalakan kembang api di tahun baru. Kembang api tidak boleh dinyalakan secara bebas kecuali di tahun baru, dan banyak orang menikmati kebebasan ini dengan gila-gilaan. Bahkan seorang teman mengatakan bahwa dia sendirian menghabiskan 300 euro atau setara 4,5 juta rupiah untuk membeli kembang api dan membakarnya dalam 2 jam. Bayangkan berapa juta euro terbakar dalam dua jam di Belanda!! Pagi harinya,kota berubah menjadi sunyi senyap dan jalanan di seluruh penjuru kota penuh dengan kertas dan abu sisa kembang api (total berat sampah kembang api di seluruh Belanda rata-rata 10 juta kilo tiap tahunnya menurut NPO TV). Tidak peduli jalan kecil, jalan kampung, jalan besar, pusat kota, pinggir kota, semua bau mesiu dan bertebaran sampah kembang api. Baru aku tahu bahwa tidak ada satu orang pun di kota ini yang ingin tidur waktu tahun baru kecuali aku, dan hanya aku yang bangun pagi di tanggal 1 Januari!! Aku jadi mengerti mengapa kita di Indonesia selalu melihat orang asing sebagai orang yang tampaknya aneh, aku di sini pun menjadi orang asing yang aneh!! ?

Ada kebiasaan gila lain di Belanda waktu tahun baru, yaitu nyebur bareng-bareng ke laut tak peduli seberapa pun dinginnya. Ketika musim dingin, tentu saja suhu dapat mencapai minus 20 derajat Celcius di pagi hari, atau sekedar 0 derajat Celcius kalau sedang hangat. Ada lebih dari 130 lokasi di mana orang bisa berame-rame berkumpul dan nyebur ke laut bersamaan. Namun yang paling besar adalah di Pantai Scheveningen, Den Haag. Informasi tentang event tahunan ini dapat dikunjungi di www.nieuwjaarsduik.info. Kalau aku, tentu saja memilih bersembunyi di bawah selimut di atas sofa dengan lap top.

Tradisi lain di tahun baru adalah makan olie bollen (olie = minyak, bollen = bola-bola), semacam kue bulat seperti bola yang digoreng lalu ditaburi tepung gula. Mungkin ini mirip donat goreng di Indonesia. Kadang kue ini dicampur dengan buah beri atau coklat atau rasa lainnya. Menjelang tahun baru, semua supermarket menjual bahan kue ini dan tinggal digoreng di rumah. Asal mulanya sih dari tradisi kuno sebelum kekristenan dikenal di Eropa. Ceritanya mirip dengan legenda Asia juga, yaitu ada dewi jahat yang berkeliaran di malam tahun baru dengan pedangnya. Orang menawarkan olie bollen ini ke si dewi untuk mengalihkan perhatiaannya, dan ketika si dewi hendak menghunjamkan pedangnya, minyak dari kue ini membuat pedang terpeleset dan tidak jadi menghunjam perut manusia. Tentu saja sekarang tetap memakannya tapi bukan karena takut pada si dewi jahat ini, tapi karena rasanya enak. Bagiku tentu saja, aku menikmati makanan yang enak sebagai berkat Tuhan dan belajar menikmati setiap hal yang dapat dirayakan dan menyambut hari yang baru dengan kejutan baru yang Tuhan anugerahkan (bukan cuma terkejut karena suara ribuan kembang api!!).

"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23)