Pajak dan Toeslag
oleh Sdri. Betty Tjipta Sari
Hari-hari ini aku sibuk mencari apartemen baru karena aku ingin pindah ke Tilburg agar lebih berkonsentrasi untuk penelitianku di Tilburg University. Aku tinggal di Maastricht karena pelayananku dengan IFES, namun setelah berhenti bekerja untuk IFES, aku tidak punya alasan lagi untuk tinggal di Maastricht. Terlebih lagi universitas tempatku melanjutkan S3 ada di kota Tilburg. Untuk pergi ke Tilburg aku harus naik kereta dan memakan waktu hampir 2 jam, dengan biaya sekitar 25 euro (sekitar Rp 375.000,-) pulang pergi. Selain itu, di Tilburg aku akan lebih mudah untuk berkumpul dengan teman-teman sesama mahasiswa PhD. Jadi masuk akan kalau aku pindah ke Tilburg. Hanya saja, kali ini aku ingin tinggal di apartemen sendiri dan tidak lagi di kamar kos mahasiswa. Memang harga apartemen lebih mahal, namun pemerintah memberi subsidi sewa rumah jika kita berpenghasilan rendah. Kalau di Indonesia orang asing selalu dianggap kaya, beda halnya dengan aku yang adalah mahasiswa asing di Belanda. Aku tergolong kelompok yang berpenghasilan rendah.
Tadinya aku tidak mengerti sistem subsidi ini. Baru setelah aku tinggal di Maastricht dan melayani mahasiswa Belanda, baru aku mengerti. Satu kali ada mahasiswa yang tadinya tinggal di kamar kos, pindah ke apartemen di pusat kota. Aku tanya dia berapa harga sewanya, karena pasti mahal untuk mahasiswa. Lalu dia mengatakan bahwa harga sewa memang mahal (sekitar 600 euro), tapi dia mendapat subsidi dari pemerintah sehingga dia hanya membayar 300 euro. Aku pun berkomentar bahwa mahasiswa Belanda cukup beruntung karena banyak didukung pemerintah seperti mendapat fasilitas transportasi gratis, subsidi sewa tempat tinggal, subsidi pendidikan dan sebagainya. Lalu dia mengatakan bahwa aku pun sebenarnya juga bisa mendapat subsidi sewa kamar meskipun aku bukan warga negara Belanda. Dia menunjukkan web-site pemerintah Belanda dan menterjemahkannya untukku (waktu itu aku belum lancar berbahasa Belanda). Dia juga membantuku untuk mengisi formulir online dari web-site bersangkutan untuk mengajukan permohonan subsidi sewa kamar (asal aku punya nomor rumah sendiri dan tidak berbagi alamat tersebut dengan orang lain). Akhirnya aku pun berhasil mendapat subsidi dan ternyata cukup banyak subsidi yang kuterima. Dari pengalaman ini, aku pun tahu bahwa jika aku menyewa tempat yang lebih mahal aku akan tetap membayar dengan harga sewa yang hampir sama karena subsidi tersebut. Jadi aku mencari apartemen yang kira-kira harga sewanya sekitar 600 euro supaya aku membayar sekitar 300 euro pada akhirnya (harga yang sama dengan harga yang kubayarkan untuk sewa kamar kos-ku sekarang).
Namun ternyata tidak mudah untuk mendapatkan apartemen yang cocok, karena banyak mahasiswa yang selesai kuliah juga ingin mendapatkan apartemen untuk satu orang. Terlebih lagi, aku ingin agar apartemenku nantinya dapat kugunakan untuk pertemuan Bible Study atau mengundang mahasiswa untuk makan malam bersama. Jadi selain berkompetisi dengan orang-orang lain yang ingin mendapat apartemen, jumlah apartemen yang dapat menerima subsidi dari pemerintah juga tidaklah banyak. Jadi aku harus antri dan menunggu sampai mendapat tempat yang tepat sesuai keinginanku. Memang kalau tidak punya uang banyak, harus sabar. Tapi aku cukup bersyukur dan menghargai sistem yang dibuat pemerintah Belanda untuk memberikan kesetaraan baik untuk yang kaya dan yang miskin. Yang kaya membayar pajak lebih mahal (bisa mencapai 58% dari penghasilan), dan yang miskin lebih sedikit (30% atau kurang dari itu). Yang kaya membayar sewa rumah lebih mahal, dan yang miskin membayar sewa rumah lebih murah untuk tipe rumah yang sama. Pada akhirnya baik yang kaya dan yang miskin sama-sama sejahtera. Sebenarnya sistem ini juga dipengaruhi oleh nilai-nilai kekristenan. Walaupun sekarang 50% lebih orang Belanda tidak percaya Tuhan dan gereja, tapi di masa lalu (sampai sekitar perang dunia ke-2) kekristenan sangat dominan dan memberi pengaruh dalam banyak aspek kehidupan di Belanda.
"Apabila engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda". (Ulangan 24:21)
*)Toeslag dapat diartikan mekanisme bantuan/tunjangan finansial untuk sewa rumah dan untuk asuransi kesehatan yang disediakan oleh pemerintah Belanda bagi mereka yang berpenghasilan rendah, baik warga belanda atau yang memiliki izin tinggal di Belanda (seperti Pelajar atau Mahasiwa).
- Blog admin
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 2779 kali dibaca