Jangan Racuni Kami dengan Ragi Dunia

Versi printer-friendly
Oleh : Yusak Timothy,M.Th

Firman Tuhan diambil dari Matius 16:6,11

Jika kita amati seringkali ada sebagian orang dewasa meracuni anak-anak dengan ragi dunia yang tidak bertanggung-jawab, sebagai contoh : ada orang dewasa yang memberitahu anak-anak bahwa seorang anak laki-laki pantang menangis, harus tegar dan kuat, lawanlah setiap orang yang menghina dan mengucilkan kamu.

Cara berpikir diatas tidaklah salah total namun juga tidak sepenuhnya benar, memberitahu bahwa seorang anak laki-laki pantang menangis, bukannya tidak baik, namun adakalanya hal-hal tertentu harus membiarkan dia menangis, terutama menangis bagi dosa-dosa-nya yang menyebabkan dia jauh dari TUHAN, harus tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai masalah, namun tidak selalu harus melawan setiap orang yang menghina dan mengucilkan, adakalanya TUHAN mau menggunakan kondisi ini untuk membentuk karakter seorang anak.

Sebagai orang dewasa adakalanya kurang memperhatikan bahwa anak bagai kertas putih yang ditulisi apapun akan jadi seperti itu, jika orang dewasa mencoret hal-hal yang tidak bertanggung-jawab, maka akan menjadi coretan yang penuh noda kertas putih tersebut. Oleh sebab itu, waspadalah dalam memberikan ajaran dan masukan, pilah-pilahlah yang berguna dan tidak menodai diri sang anak.

Ada pula orang dewasa yang mengumbar janji yang sangat tidak logis dan jahat, hingga menyebabkan anak mengingat dan melakukan hal-hal yang jahat ketika ia menjadi dewasa, seperti yang terjadi akhir-akhir ini di negara tercinta ini.

Begitu banyak pengajaran dan pengarahan yang tidak logis dan jahat, yang disampaikan orang dewasa pada anak-anak,sebagai-mana yang sering terjadi sehari-hari dalam kehidupan ini, ada orang dewasa tertentu yang kesal dan sakit hati atas keputusan seorang pimpinan perusahaan, padahal orang dewasa ini yang melakukan kesalahan fatal sehingga ia di PHK dan ada kemungkinan ia dipenjara oleh karena kelakuannya, namun nyatanya ia dendam dengan pimpinan perusahaan tersebut dan memotivasi anaknya agar membalaskan dendamnya pada pimpinan perusahaan tersebut, bukankah ini pengajaran dan pengarahan yang tidak logis dan jahat ? Masih banyak lagi contoh yang kita amati, ternyata tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab. Alkitab dengan jelas melarang kita umat-Nya untuk dendam dengan siapa pun melainkan harus mengampuni. Sebagaimana dalam Yoh. 20:23: "Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." "Ayat ini berarti bahwa jika Anda tidak mengampuni,Anda menyimpan dosa orang tersebut terhadap Anda dalam tubuh dan jiwa Anda. Orang yang tidak mau Anda ampuni juga tetap terbelenggu! Jika Anda dapat memahami ini, Anda akan dimerde-kakan. Roh tidak mengampuni tidak diizinkan untuk terus berakar dalam kehidupan Anda. Itu akan mencemari segala sesuatu yang baik dalam kehidupan Anda dan keluarga.

Yang sedang Anda hadapi adalah masalah rohani. Roh-roh jahat mengambil alih kendali atas penganiaya Anda serta menyebabkannya membahayakan dan mengambil keuntungan dari Anda dalam cara tertentu. Firman Tuhan mengatakan bahwa perjuangan kita bukan melawan manusia(darah dan daging), melainkan melawan setan dan roh-roh jahatnya". (Iris Delgado,SETAN, Engkau tidak berkuasa atas anak-anakku, Jakarta : Immanuel,2012,hal.120-121)

Sepanjang pengajaran dan pengarahan Alkitab, TUHAN YESUS selalu menekankan agar kita mengasihi dan mengampuni, bukan balas membalas tanpa akhir, dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, baik atas kesalahan yang kita perbuat maupun yang diperbuat orang lain atas kita, senantiasa TUHAN menggunakannya sebagai sarana membentuk karakter dan sifat kita yang egois, bahkan sebagai orang tua kita harus jadi teladan untuk anak-anak kita bukan meracuni mereka. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa saya sedang disakiti seseorang, pemikiran tersebut amat sempit adanya dan jangan racuni anak-anak dengan ragi dunia yang tidak bertanggungjawab.

"Ayah, ajarlah putra Anda bagaimana menjadi pria yang utuh. Ajarlah dia untuk menjadi seorang pria, bukan anak kesayangan seorang ibu. Semua itu dimulai di rumah. Mulailah meminta pengampunan atas tindakan-tindakan yang telah menimbulkan luka dan pola yang disfungsional dalam diri anak-anak Anda. Seorang anak laki-laki membutuhkan pengakuan, pelukan, ciuman dan kata-kata positif ayahnya. Anak laki-laki yang tidak menerima pengakuan ayahnya cenderung bersikap suka memberontak dan tidak patuh serta dalam banyak kasus, tidak akan pernah belajar untuk mengasihi dengan layak." (Iris Delgado,SETAN, Engkau tidak berkuasa atas anak-anakku, Jakarta : Immanuel,2012,hal.28)