Lagu rohani, bisa Anda saksikan di youtube.com.
(Sisilia Lilies Lie)
Bagaimana Mendapat Cinta?
“A gift cannot be earned, it is given. Don’t take it for granted but handle it with loving care”.
Saya baca tulisan ini dari posting salah satu teman di Facebook. Yang spontan muncul dalam ingatan saya adalah ‘cinta juga sebuah pemberian dan anugerah’. Kita tidak bisa meraihnya dengan prestasi, tidak bisa membelinya dengan uang, tidak dapat menundukkannya dengan kuasa dan tidak dapat menariknya dengan popularitas. Kita mendapatkan cinta karena itu diberikan dengan sukarela.
Meskipun ada banyak macam cinta, namun semuanya adalah pemberian. Cinta karena hubungan darah sekalipun adalah pemberian dan bukan sekedar kewajiban. Setiap ibu tahu rasanya ketika ingin ‘lari’ dari kewajiban rumah dan mengurus anak-anaknya tapi karena cinta ada kekuatan baru untuk selalu melakukannya lagi dan lagi dan lagi. Demikian juga cinta persahabatan maupun cinta romantis. Semua adalah pemberian atau hadiah.
Sama seperti kita membutuhkan udara dan air untuk hidup, kita juga membutuhkan cinta untuk hidup. Sama seperti udara dan air yang tersedia dan dianugerahkan Tuhan untuk manusia, cinta juga seharusnya memiliki natur yang sama, tersedia untuk semua orang. Tapi mengapa banyak orang tidak merasa mendapatkannya, tidak dapat memberikannya dan tidak dapat menerimanya? Karena sama seperti air dan udara yang kadang tercemar dan rusak karena keterpurukan manusia dalam dosa. Bedanya dari air dan udara adalah bahwa cinta merupakan satu kebutuhan dasar manusia yang penting untuk bertahan hidup. Makhluk hidup lain selalu akan bertahan hidup meski pun tidak mengalami cinta sama sekali. Tapi manusia tidak bisa hidup tanpa cinta. Itu mengapa kita tidak pernah mendengar berita monyet gantung diri karena patah hati, tapi banyak berita orang bunuh diri karena merasa kesepian (baik secara instan maupun perlahan karena gaya hidup).
Cinta adalah satu hal yang penting dalam existensi hidup manusia. Manusia yang dapat mencintai dirinya dan orang lain serta menerima cinta dari Tuhan dan dari manusia lain adalah mereka yang dapat menghidupi hidup yang paling berkualitas. Sayangnya tidak banyak orang yang mengalaminya. Para pembuat iklan tahu persis hal ini dan itu sebabnya mereka menjual berbagai produk dengan mengatakan ‘kalau Anda pakai ini maka Anda akan lebih menarik (dan mendapat cinta dari lawan jenis)’ atau ‘pakailah ini maka Anda akan menjadi ibu yang dicintai suami dan anak-anak’ atau ‘pergilah ke mari maka reputasi Anda akan naik (dan Anda akan lebih dicintai orang lain)’, dsb. Namun kita semua tahu bahwa semua materi yang ditawarkan dalam iklan tidak akan pernah dapat menyediakan cinta. Orang bisa saja menghabiskan banyak uang untuk baju-baju yang indah, make up dan parfum mahal, perhiasan, dan gaya hidup yang menarik, namun pada akhirnya orang akan menyadari bahwa semuanya itu tidak akan mendatangkan cinta. Karena cinta tidaklah dapat diraih, cinta hanya dapat diberikan dan diterima, tidak dapat dijual dan dibeli, dan tidak dapat ditukarkan.
Kedengarannya seperti sebuah kabar baik sekaligus kabar buruk.
Mengapa kabar baik? Karena artinya semua orang memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan dan memberikan cinta, tidak peduli apakah dia kaya atau miskin, pandai atau pun bodoh, cantik atau pun tidak cantik, bahkan tanpa cacat maupun yang cacat.
Mengapa kabar buruk? Karena kejatuhan manusia dalam dosa, membuat manusia cenderung berpusat pada diri sendiri dan karenanya mereka mau memberi hanya ketika yakin bahwa mereka akan menerima yang seimbang. Dan karena kecenderungan manusia untuk berpusat pada dirinya sendiri, maka hanya sedikit yang mau memberi dengan murah hati karena ketakutan akan merugi besar-besaran. Kerugian besar yang saya maksud adalah luka hati dan kekecewaan yang sulit disembuhkan. Semakin banyak luka dan kekecewaan, maka semakin takut pula seseorang untuk memberikan cintanya. Manusia hanya berani memberikan cintanya ketika melihat bahwa ada ‘imbal balik’ yang seimbang. Ketika keseimbangan yang dicari hilang, maka berhentilah menerima dan memberi cinta itu. Ini adalah prinsip yang semua orang sadar atau tidak sadar dipelajari, dimengerti dan dijalankan tiap hari.
Sebut saja bos Anda yang tidak akan bersikap manis dan penuh kasih pada bawahannya yang tidak produktif. Atau seorang suami yang melirik wanita lain yang lebih menarik, wanita yang tidak banyak mengeluhkan tentang berbagai kelemahannya, wanita yang menyanjung dirinya lebih dari istrinya sendiri. Atau seorang ibu yang lebih senang memperkenalkan anaknya yang bintang kelas namun sering lupa memperkenalkan anaknya yang sering gagal memenuhi harapannya. Tentu saja contoh-contoh yang saya sebutkan ini tidak selalu terjadi, namun dapat kita lihat sehari-hari dan berulang terus-menerus sepanjang sejarah manusia.
Lalu bagaimanakah caranya manusia dapat mengalami cinta? Memberi dan menerimanya tanpa rasa takut?
Saya sungguh berbahagia karena tanpa mengenal anugerah dalam Yesus mungkin saya adalah salah satu orang yang akan putus asa untuk mengejar cinta. Anugerah Tuhan memutuskan lingkaran rumit ketidakmampuan manusia untuk memberi dan menerima cinta dengan murah hati. Dimulai dengan pemberian Yesus buat saya di kayu salib, membuat saya tidak takut untuk memberikan cinta meski pun merugi (sakit hati, terluka, kecewa, dan dikhianati) berulang-ulang, karena saya tahu bahwa cinta yang saya miliki, cinta yang saya dapatkan dari Yesus, tidak akan pernah habis. Dengan kata lain saya tidak pernah akan bangkrut meski pun rugi terus.
Tentu saja rumusan tersebut tidak akan pernah dapat dimengerti dalam hitungan bisnis, karena terus-menerus rugi dalam bisnis artinya bangkrut. Tapi dalam anugerah Yesus, orang yang terus-menerus merugi (bejana yang terus mengalir keluar tapi alirannya tidak akan berbalik ke dia) justru adalah yang paling banyak menerima cinta (terus-menerus diisi oleh Tuhan supaya dapat terus mengalir keluar). Dalam anugerah, saya tidak akan pernah kehabisan cinta dan kerugian yang ada akan selalu digantikan dan dipulihkan oleh pengorbanan Kristus. Kesakitan dan luka tentu saja tidak dapat dihindari karena luka adalah akibat yang alamiah dan natural jika kita dilukai, namun kesakitan dan luka itu tidak akan pernah permanen dalam anugerah Kristus. Inilah bedanya dengan sistem dunia yang ada di luar anugerah. Di luar anugerah, ada banyak luka menjadi permanen karena tidak pernah sempat dirawat dan disembuhkan. Akibatnya, banyak orang merasa bangkrut dalam cinta. Selalu memberi tapi tidak pernah mendapat dan menjadi kosong.
Dalam jaminan anugerah Kristus inilah, saya memiliki keberanian untuk memberikan cinta dan ketika semakin banyak orang memiliki keberanian yang sama, maka semakin banyak orang yang kaya akan cinta. Semakin banyak yang berani memberi dan semakin banyak berani menerima.
Banyak orang Kristen salah mengerti dalam soal menerima ini karena berpikir bahwa ‘lebih baik memberi daripada menerima’. Namun bagaimana kita bisa saling berbagi kasih kalau tidak ada yang mau menerima? Bukankah sistem itu akan macet kalau semua orang mau memberi tapi tidak ada yang mau menerima. Karena yang Tuhan inginkan adalah “saling mencintai” dan di dalam mencintai ada “saling memberi” (yang otomatis juga saling menerima). Coba bayangkan dua orang yang begitu taat pada perintah tuannya untuk memberikan miliknya tapi kedua orang itu juga sangat yakin bahwa mereka tidak boleh menerima. Maka yang terjadi bukanlah sukacita, namun pertengkaran tentang siapa yang lebih berhak memberi. Memberi dan menerima adalah 2 sisi dari satu mata uang cinta. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kalau kita kaya dalam cinta, maka kita kaya akan kemurahan untuk memberi dan kaya akan kerendahan hati untuk menerima. Karena cinta adalah sebuah hadiah, maka kita boleh berani mengambil resiko untuk memberi dan berani mengambil resiko untuk menerima!
- Blog Betty Tjipta Sari
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 4470 kali dibaca