Pelajaran Menjadi Orang Tua

Versi printer-friendly
Maret

Berita Telaga Edisi No. 91 /Tahun VIII/ Maret 2012


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon



Pelajaran Menjadi Orang Tua


Tidak semua orang tua telah berfungsi sebagai orang tua. Mengapa demikian?

  1. Sebagian orang tua menjadi orang tua hanya karena mereka telah melahirkan anak, setelah itu mereka memercayakan peran dan tugas sebagai orang tua kepada perawat. Akibat: Anak tidak menerima kasih orang tua secara langsung dan nyata. Anak juga kehilangan kesempatan untuk mencontoh atau belajar dari orang tua.
  2. Ada pula orang tua yang menjadi orang tua atas dasar kebutuhan, misalnya ingin dikasihi dan merasa diri berharga. Alhasil, anak dituntut untuk memenuhi kebutuhan mendasar orang tuanya. Akibat: Anak letih dan memikul beban yang tidak seharusnya dipikul-nya. Pertumbuhannya akan terhambat karena apa yang seyogianya menjadi perhatian dan minatnya sekarang tergantikan dengan tugas menyenangkan orang tua.
  3. Ada orang tua yang menyesal menjadi orang tua karena tidak menginginkan anak itu atau menyesal menikah dengan pasangannya. Alhasil, anak menjadi sasaran kemarahan dan penyesalannya. Akibat: Anak merasa tertolak dan terbantai. Sejak kecil ia merasa kehadirannya tidak diinginkan dan bahwa ia lebih merupakan beban daripada berkat. Biasanya anak seperti ini menyimpan kesedihan dan kepahitan mendalam dan semua ini akan melahirkan masalah dalam dirinya kelak.
  4. Ada juga orang tua yang menjadikan anak sebagai bagian program perbaikan hidupnya sehingga menuntut anak untuk menjadi orang yang didambakan orang tua untuk dirinya sendiri namun tak berhasil diraihnya. Akibat: Tuntutan orang tua menjadi beban yang akan menindih pengem-bangan dirinya. Ia akan bertumbuh kem-bang melenceng dari garis karunia yang dimilikinya. Ia akan kehilangan kesem-patan menjadi dirinya sendiri dan terus merasa ada sesuatu yang terhilang dalam hidupnya.
  5. Terakhir ada orang tua yang mengharapkan anak menjadi seperti dirinya sendiri. Jika ia pandai, ia mau anaknya sepandai dirinya; bila ia berbakat, ia pun menuntut anaknya berbakat seperti dirinya. Akibat: Anak menjadi tertuntut menjadi sempurna dan tidak boleh gagal. Ia mudah dirundung rasa bersalah yang berat dan akan merasa diri tidak berarti jika gagal memenuhi permintaan orang tua. Hidupnya terpenjara oleh tuntutan demi tuntutan dan pada akhirnya ia pun akan menerapkan tuntutan yang sama pada orang yang dekat dengannya.

Firman Tuhan: "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)

Jadi, jika demikian apakah yang sesungguhnya harus kita perbuat untuk menjadi orang tua yang melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan kodrat dan panggilan kita? Untuk menjadi orang tua diperlukan satu syarat utama yaitu kemampuan untuk mengasuh anak. Berikut akan dipaparkan makna dan cara konkret mengasuh.

  1. Mengasuh berarti mengasihi. Perbuatan mengasuh tanpa kasih dan mengasihi tanpa berbuat apa-apa untuk mengasuh adalah sama buruknya. Kasih mesti diperlihatkan lewat tindakan mengasuh. Inilah sumber kekuatan dan penggerak mengasuh.
  2. Mengasuh berarti berkorban. Untuk menjadi pengasuh anak acap kali kita harus mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan anak.
  3. Mengasuh berarti melindungi. Kita melindungi anak dari ancaman bahaya yang bersifat fisik terutama tatkala anak masih kecil dan dari bahaya yang bersifat mental-emosional sewaktu anak menginjak usia remaja.
  4. Mengasuh berarti memenuhi kebutuhan anak. Termaktub di dalamnya adalah kebutuhan fisik, intelektual, sosial, emosional dan rohani.
  5. Mengasuh berarti membentuk. Salah satu bagian dari membentuk anak ialah mendisiplinnya agar ia tidak bertindak seturut kehendaknya belaka dan dapat menghormati orang lain.
  6. Mengasuh berarti mengarahkan. Orang tua mesti menjadi pengarah hidup anak melalui kehidupannya sendiri maupun nasihat yang diberikan. Tanpa arah, anak akan limbung dan mudah terbawa arus.

Firman Tuhan: "Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anakmu tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T 194.




Mengenal Lebih Dekat

Puji Tuhan ! Melanjutkan Berita Telaga edisi yang lalu, radio ke dua yang bekerjasama sama di bulan Februari adalah radio GALA FM (Gema Aletheia) di Genteng Banyuwangi, mengudara pada frekuensi 107 MHz. Jangkauan siar dari radio GALA FM ini meliputi radius 20 Km dari kota Genteng. Program TELAGA bisa didengarkan setiap hari pk. 08.00 WIB. Bagi Anda atau kerabat Anda yang tinggal di Kota Genteng dan sekitarnya, silakan menyimak program Telaga melalui GALA FM.


Doakanlah

  1. Bersyukur untuk royalty yang diterima dari Metanoia Publishing dan Literatur SAAT.
  2. Bersyukur selama hampir 6 minggu, tim rekaman telah menghasilkan 24 judul baru, rekaman terakhir adalah T 350. Doakan untuk pencatatan transkrip yang diusahakan selesai pada bulan April 2012.
  3. Doakan untuk radio MDC FM di Magelang yang direncanakan mulai mengudara pada bulan April 2012.
  4. Kita memasuki minggu sengsara yang terakhir, biarlah anak-anak Tuhan bisa memersiapkan diri mengingat pengorbanan-Nya di kayu salib pada Jum’at Agung dan merayakan kebangkitan-Nya (Paskah).
  5. Bersyukur untuk tambahan seorang konselor di Bandung, yaitu Bp. Ichwan S. Chahyadi, M.Sc.,MA.
  6. Doakan untuk Sdr. Albert Kurniawan, CPA, putra ke-2 dari Bp.& Ibu Edhie Santoso (Ibu Nanik adalah Bendahara Telaga) dengan Sdri. Anita Widyasaputra, MBA. Pemberkatan nikah di Sydney pada tgl. 14 April 2012 dan dilanjutkan dengan resepsi pernikahan di Jakarta pada tgl. 21 April 2012.
  7. Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari:
    001 – Rp 100.000,-
    004 – Rp 200.000,- untuk 2 bulan
    006 – Rp 150.000,- untuk 3 bulan
    007 – Rp 300.000,-
    011 – Rp 150.000,-

Telaga Menjawab

Tanya???

Saya mau menanyakan bagaimana mendisiplin anak usia 2 tahun ?

Saya kewalahan dengan anak saya yang kedua, pria berusia 2 tahun 2 bulan. Dia nakal sekali suka mengganggu kakaknya, sama-sama pria.

Berbagai cara sudah saya coba, mulai cara halus dengan memberi pengertian atau mengalihkan perhatian sampai cara keras memukul dengan kemucing, semua sudah saya lakukan tapi hasilnya sama.

Padahal kalau dilihat-lihat anak saya yang kedua ini cukup banyak mendapat perhatian dari saya antara lain ketika masih bayi, ASI lebih banyak, dan kalau tidur masih seranjang dengan saya, tidak bisa tidur tanpa saya, sementara kakaknya sejak kecil sudah tidur di ranjang bayi dan tidur sendiri. Kalau saya perhatikan sang kakak melankolis sementara si adik sanguin, kelihatan sekali karena sang adik selalu ceria, sebenarnya sifatnya yang selalu ceria itu membuat suasana rumah jadi ceria juga, tapi saya kesulitan benar mengarahkannya.


Jawab!!!

Yang ingin di- tekankan bahwa apa yang orang tua pikirkan itu belum tentu sama dengan apa yang anak pikirkan. Apa yang orang tua (Ibu) rasakan belum tentu sama dengan apa yang anak rasakan. Untuk jelasnya adalah Ibu berpikir/merasa sudah memberikan perhatian cukup, kasih yang cukup dan lain-lain (itu dari sisi Ibu). Tapi belum tentu demikian yang dirasakan/dipikirkan oleh sang anak. Karena kendala antara orang tua dan anak seringkali disini (orang tua merasa sudah memberikan, memuaskan, mencukupkan, namun si anak masih saja "berulah"). Hal ini terjadi karena orang tua tidak mengunakan bahasa kasih yang dimengerti oleh si anak.

Hal yang tidak kalah pentingnya Ibu juga perlu menyadari bahwa tiap anak unik dan memiliki karakternya sendiri-sendiri. Saya menduga kemungkinan karena anak pertama Ibu termasuk anak yang manis, tenang (karena memang karakternya demikian), kemudian hadir anak kedua dengan karakter yang lebih kuat dan energi lebih banyak sehingga cenderung banyak aktivitas/gerak jadi Ibu agak kewalahan menghadapinya. Padahal kedua anak tersebut unik dan masing-masing punya kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Saran saya kalau memungkinkan berikan kegiatan permainan yang cukup banyak gerak, karena untuk anak-anak sanguin memang sulit untuk duduk manis. Kalau disuruh diam itu merupakan suatu "siksaan" bagi anak-anak sanguin. Ibu bisa mencari kegemarannya, entah melukis, berenang, bermain sepeda atau masih banyak hal positif lainnya untuk menyalurkan energinya yang banyak itu.




Mengenali Karakter Anak berdasarkan Golongan Darah
Sambungan Berita Telaga edisi Januari 2012
GOLONGAN DARAH B

Karakteristik temperamen:

  1. Senantiasa melakukan sesuai apa yang disukai, mereka tidak suka dibatasi
  2. Berfikir dengan cara yang fleksibel
  3. Mudah membuka hati untuk orang lain
  4. Optimis

Tingkah laku yang terlihat pada anak:

  1. Memiliki ide yang berani dan bebas
  2. Antusias terhadap apa yang disukainya
  3. Walaupun bersama-sama dengan orang lain dalam kelompoknya, biasanya mereka melakukan aktivitasnya sendiri
  4. Pemalu
  5. Tidak bisa stabil, tidak mau dikontrol

Cara menegur :

  1. Karena intonasi suara yang keras tidak terlalu berpengaruh, ajarkan suatu hal berkali-kali tanpa kenal lelah

Bagian yang perlu diperhatikan:

  1. Aktivitas dan ide yang fleksibel
  2. Berikan pujian pada saat mereka sedang melatih kemampuan dan talenta mereka
GOLONGAN DARAH AB

Karakteristik temperamen :

  1. Memiliki pemikiran rasional
  2. Terkadang memiliki emosi yang stabil, tetapi juga kadang-kadang tidak stabil
  3. Bersikap lembut dan baik hati, pandai membuat keputusan terhadap suatu situasi, tidak suka sikap yang cenderung menyanjung.
  4. Senang melayani

Tingkah laku yang terlihat pada anak:

  1. Sejak kecil tidak terlalu manja
  2. Anak yang pemalu tapi sekaligus juga anak yang ceria, penuh rasa humor, lucu
  3. Memiliki kebiasaan berfantasi

Cara menegur :

  1. Jangan membentak dan memarahi, berikan pengertian dengan mengajaknya berdiskusi. Hanya saja berhati-hatilah, jangan sampai menjawab dengan terlalu enteng.

Bagian yang perlu diperhatikan :

  1. Perasaan yang lembut terhadap orang maupun alam, keinginan untuk melayani di lingkungan social
  2. Berikan penghargaan pada upayanya, meskipun tampak kecil.

Nah para orang tua, dengan lebih mengetahui karakter anak kita melalui golongan darah, kita bisa semakin mengerti perasaan anak kita. Sehingga akan terjalin komunikasi yang sehat antara kita sebagai orang tua dan anak-anak kita. Dan dengan mengenali karakter anak kita, kita bisa menggali lebih dalam kemampuan anak.

Sumber : http://prima-TK & Playgroup Kreatif Primagama | www.prima-kids.com